Menuju konten utama

Anies Baswedan Belajar Penataan Sungai dari Kota Yogyakarta

Anies Baswedan berniat mengadopsi konsep penataan sungai, yang selama ini sudah dijalankan di sekitar bantaran Kali Winongo di Kota Yogyakarta, untuk diterapkan di Jakarta.

Anies Baswedan Belajar Penataan Sungai dari Kota Yogyakarta
(Ilustrasi) Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI terpilih Anies Baswedan (kanan)-Sandiaga Uno (kiri) menggelar konferensi pers di Rumah Partisipasi, Jalan Borobudur, Jakarta, Senin (15/5/2017). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan sedang mempelajari konsep penataan sungai di Kota Yogyakarta untuk diterapkan di ibu kota. Dia memilih konsep penataan sungai Winongo di Kota Yogyakarta sebagai percontohan.

"Kami ingin melihat Sungai Winongo dari dekat dan belajar. Di sini, penataan dilakukan dengan konsep penataan kampung. Sama seperti yang kami sampaikan saat kampanye dulu," kata Anies saat menyambangi bantaran Sungai Winongo di Kota Yogyakarta pada Rabu (19/7/2017) seperti dilansir Antara.

Menurut Anies, penataan lingkungan sungai harus dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di bantaran kali.

"Penataan itu bukan digusur. Tetapi, warga di ajak rembugan dan cari solusi sama-sama. Seperti di Winongo, akhirnya ada warga yang kemudian memundurkan rumahnya (dari garis sempadan)," kata Anies.

Anies menambahkan penataan lingkungan sungai juga perlu mengedepankan semangat gotong royong dan menyadarkan masyarakat agar mampu melihat sungai sebagai pilihan pusat kegiatan.

"Dengan demikian, masyarakat memiliki cara pandang baru, mereka akan mengubah halaman depan rumah ke arah sungai. Rumah tidak lagi membelakangi sungai, tetapi menghadap sungai," ujar dia.

Di Jakarta, Anies mencontohkan, sebenarnya sudah ada kampung yang memiliki konsep penataan serupa dengan di Sungai Winongo yaitu Kampung Tongkol. Warga di sana bersedia memundurkan letak rumahnya lima meter dari garis sempadan sungai. Mereka juga mengubah arah rumah ke sungai. Di kampung tersebut, menurut dia, juga sudah dilengkapi jalan inspeksi.

"Yang penting itu ada kemauan dari pemerintah. Begitu ada kemauan, semua yang disebut kendala bisa diselesaikan," kata dia.

Sementara menurut Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) DIY Endang Rohjiani, penataan kawasan permukiman di sekitar sungai Winongo bukan merupakan program instan.

"Yang paling penting adalah membangun kesadaran masyarakat. Jika kesadaran sudah muncul, program penataan sungai akan berhasil dijalankan," kata dia.

Di Winongo, menurut Endang, penataan kawasan sungai dilakukan dengan gerakan M3K, yakni akronim kalimat "Mundur, Munggah (Naik), Madep Kali (Menghadap Sungai)".

Endang mengatakan salah satu kawasan pinggiran Sungai Winongo yang sudah menerapkan gerakan tersebut adalah lingkungan RW1 Ngampilan. Penataan sungai di lokasi tersebut dilakukan dengan menggunakan dana Pembangunan Lingkungan Perumahan Berbasis Komunitas tahun anggaran 2014 senilai Rp2 miliar.

Endang memaparkan perumahan yang semula berada sangat dekat dengan sungai sudah dimundurkan sekitar 10 meter. Bantaran sungai yang terbebas dari bangunan kemudian disulap menjadi ruang terbuka hijau. Menurut dia, program itu akan terus dilanjutkan karena saat ini masih ada beberapa rumah yang letaknya terlalu mepet ke tebing Sungai Winongo.

Baca juga artikel terkait ANIES BASWEDAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom