tirto.id - Dalam Islam, kucing adalah hewan yang sangat disayangi oleh Rasulullah SAW. Namun, tidak seperti manusia, di akhirat nanti, kucing adalah salah satu hewan yang tidak akan masuk surga. Kenapa kucing tidak masuk surga?
Berbeda dengan manusia yang akan dihisab atas amal baik dan buruknya di akhirat, hewan tidak memiliki tanggung jawab moral maupun kewajiban agama. Surga dan neraka diperuntukkan bagi makhluk yang diberi akal dan memiliki beban syariat, seperti manusia dan jin.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, disebutkan bahwa pada hari kiamat, Allah akan memberikan keadilan kepada setiap makhluk, termasuk hewan. Setelah itu, semua hewan akan menjadi tanah dan tidak akan masuk surga maupun neraka.
Hadits ini menunjukkan bahwa hewan tidak mengalami pembalasan seperti halnya manusia dan jadi alasan kenapa kucing tidak masuk surga menurut Islam.
Hukum Memelihara Kucing dalam Islam
Memelihara hewan, termasuk kucing, diperbolehkan dan bahkan dianjurkan dalam agama Islam, asalkan hewan tersebut diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Adakah dalil memelihara kucing yang menjelaskan bagaimana hukum memelihara kucing dalam Islam?
Berikut ini penjelasan lengkapnya.
1. Perlakukan dengan Penuh Kasih Sayang
Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra (Beirut, Dar Kutub Al-Ilmiyah, 1971, Juz 4, Halaman 240) sebagai dalil memelihara kucing menyebutkan bahwa memelihara kucing dengan penuh penghormatan dan kasih sayang merupakan perbuatan yang disunnahkan.
Jika seseorang berniat untuk merawat kucing, ia harus memperlakukannya dengan sebaik-baiknya. Hal ini mencakup memberikan makanan dan minuman yang cukup dan bergizi, menyediakan tempat tinggal yang bersih dan nyaman, serta memastikan kesehatannya dengan membawanya ke dokter hewan secara rutin.
وَيُسْتَحَبُّ إكْرَامُهُ وَيَجِبُ عَلَى مَالِكِهِ إطْعَامُهُ إنْ لَمْ يَسْتَغْنِ بِخَشَاشِ الْأَرْضِ
Artinya: "Dianjurkan memuliakan kucing, dan wajib bagi pemiliknya memberikan makan kepadanya jikalau kucing itu tidak bisa mencari makan sendiri."
2. Beri Makan dan Minuman yang Layak
Meskipun hewan, termasuk kucing, tidak memiliki akal dan pikiran seperti manusia, merawatnya dengan penuh kasih sayang merupakan perbuatan terpuji yang akan mendatangkan pahala besar. Dalam hukum memelihara kucing, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa orang yang memberikan makanan dan minuman yang layak kepada hewan akan mendapatkan pahala berlimpah dari Allah SWT.
Sebaliknya, menyiksa hewan atau membiarkannya kelaparan hingga mati adalah perbuatan zalim yang mendatangkan azab di akhirat. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menceritakan kisah seorang wanita yang disiksa dalam kuburnya dan masuk neraka karena membiarkan seekor kucing mati kelaparan tanpa diberi makan dan minum.
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ، سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَسَقَتْهَا، إِذْ هِيَ حَبَسَتْهَا، وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ. رواه مسلم.
Artinya: "Sungguh Rasulullah SAW. telah bersabda, “Ada seorang wanita yang diazab karena seekor kucing. Ia mengurung kucingnya sampai mati, lalu ia masuk neraka karenanya. Ia tidak memberikan makan dan minum kucingnya. Bahkan ia mengurungnya. Ia tidak meninggalkan makanan untuknya, sehingga ia memakan apa yang keluar dari bumi.”
3. Menyediakan Tempat Tinggal yang Layak
Memutuskan untuk merawat kucing berarti berkomitmen untuk menyediakan tempat tinggal yang bersih dan layak bagi mereka. Ada banyak ajaran yang menjelaskan bagaimana seharusnya memperlakukan kucing serta ganjaran yang diperoleh ketika memuliakan dan menyayanginya dengan penuh kasih sayang. Begitu pula akibatnya jika menelantarkannya.
Pastikan kucing memiliki tempat tinggal yang cukup luas untuk bergerak, beristirahat, dan bermain dengan nyaman. Jangan lupa menyediakan ventilasi yang baik agar kucing dapat bernapas dengan leluasa. Selain itu, berikan makanan secara rutin dan bersihkan kandangnya secara teratur agar kucing tetap sehat dan bahagia. Ini adalah bagian dari tanggung jawab sebagai pemilik hewan peliharaan.
Kenapa Kucing Tidak Masuk Surga?
Kenapa kucing tidak masuk surga? Dalam sebuah hadits kucing tidak masuk surga yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dalam kitab Tafsir Al-Thabari, terdapat penjelasan mengenai nasib hewan di akhirat yang juga jadi alasan kenapa kucing tidak masuk surga:
إن الله يحشر الخلق كلهم، كل دابة وطائر وإنسان، يقول للبهائم والطيركونوا ترابًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat, baik hewan, burung-burung, maupun manusia. Kemudian Allah berkata kepada hewan-hewan dan burung-burung, 'Jadilah kamu tanah.'"
Hadits ini menjelaskan bahwa semua hewan akan dikumpulkan di akhirat dan diadili sesuai dengan amal perbuatan mereka selama hidup. Setelah proses tersebut, hewan-hewan tidak akan masuk surga atau neraka, melainkan akan berubah menjadi tanah.
Menurut ulama fikih, seperti Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, alasan kenapa kucing tidak masuk surga adalah karena hewan tidak memiliki akal yang dapat dihisab seperti manusia. Dalam Islam, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatannya, sementara hewan tidak mengalami hisab yang sama.
Menurut ajaran Islam, surga adalah tempat bagi manusia dan jin yang telah diuji dengan amal perbuatan mereka di dunia. Kucing, seperti hewan lainnya, tidak memiliki kewajiban syariat seperti salat, puasa, atau beribadah kepada Allah. Karena itu, mereka tidak dihisab dan tidak mendapatkan pahala atau hukuman seperti manusia.
Surga diperuntukkan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Hewan tidak memiliki kesadaran untuk berbuat baik atau buruk berdasarkan kehendak bebas. Oleh karena itu, mereka tidak masuk dalam kategori makhluk yang menerima balasan di akhirat.
Namun, terdapat riwayat lain yang menyebutkan bahwa pemilik hewan peliharaan yang merawat hewan dengan baik dapat bertemu kembali dengan peliharaannya di surga.
Dikisahkan bahwa seorang Arab Badui pernah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai untanya, apakah ia akan bertemu dengannya di surga. Riwayat ini menunjukkan bahwa kasih sayang terhadap hewan memiliki nilai tersendiri dalam Islam.
يا رسول الله إني أحبّ الإبلَ فهل في الجنة إبل فقال يا أعرابيّ إنْ يُدْخِلْكَ اللهُ الجَنَّةَ إنْ شاءَ اللهُ فَفِيها ما اشْتَهَتْ نَفْسُكَ وَلَذَّتْ عَيْنَاك
Artinya: "Wahai Rasulullah, aku sangat mencintai unta. Apakah di surga nanti ada unta?" Rasulullah menjawab, 'Jika Allah memasukkanmu ke surga, maka di dalamnya terdapat apa pun yang diinginkan oleh hatimu dan menyenangkan matamu.'"
Hal ini selaras dengan dua firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ ٱلْأَنفُسُ وَتَلَذُّ ٱلْأَعْيُنُۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Artinya: “Dan di dalam surga itu terdapat apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata, dan kamu kekal di dalamnya." (QS. Az-Zukhruf: 71).
لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُم مَّا يَدَّعُونَ
Artinya: “Buat mereka (para penghuni Surga) buah-buahan di dalam Surga dan buat mereka apa sahaja yang mereka minta.” (QS: Yasin: 57).
Dengan demikian, pertanyaan mengenai apakah benar kucing tidak masuk surga telah terjawab. Hewan, termasuk kucing, tidak memiliki akal dan pikiran seperti manusia, sehingga mereka tidak dihisab seperti halnya manusia.
Namun, pemilik hewan peliharaan tetap berpotensi untuk bertemu kembali dengan hewan kesayangannya di akhirat dan masuk surga bersama, sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Apakah Semua Hewan tidak masuk surga?
Apakah semua hewan masuk surga? Sebelum bertanya mengenai hal ini, perlu dibedakan ada perbedaan makna dari pertanyaan ‘apakah hewan masuk surga?’ dan ‘apakah ada hewan di surga?’ sebagai landasan pertanyaan apakah bemar kucing tidak masuk surga.
1. Apakah Hewan Masuk Surga?
Berkaitan dengan pertanyaan pertama mengenai apakah hewan masuk surga, Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ
Artinya: ”Apabila binatang-binatang dikumpulkan.”
Selain itu, Allah juga berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
Artinya: ”Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am: 38).
Dari firman Allah SWT di atas, dapat disimpulkan bahwa hewan-hewan juga akan mendapatkan keadilan sesuai dengan perbuatan mereka di dunia. Namun, setelah diadili, para hewan tersebut akan diperintah untuk menjadi tanah, dan mereka tidak akan melalui proses hisab seperti yang dialami oleh manusia. Hal ini yang menjadi dalil kucing tidak masuk surga.
Ini sejalan dengan yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya (24/180) dan dishahihkan oleh al-Albani, ketika Abu Hurairah RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
يقضي الله بين خلقه الجن والإنس والبهائم، وإنه ليقيد يومئذ الجماء من القرناء حتى إذا لم يبق تبعة عند واحدة لأخرى قال الله: كونوا ترابا، فعند ذلك يقول الكافر: (يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا)
Artinya: "Allah akan menegakkan qishas antar-semua makhluknya, jin, manusia, dan binatang. Pada hari itu, akan diqishas dari kambing yang tidak memiliki tanduk untuk membalas kambing bertanduk. Hingga setelah tidak tersisa lagi kedzaliman apapun yang belum terbalaskan, Allah berfirman kepada binatang, “Jadilah tanah.” di saat itulah, orang kafir mengatakan, “Andai aku menjadi tanah.”" (HR. Ibnu Jarir dalam tafsirnya, 24/180 dan dishahihkan al-Albani).
2. Apakah Ada Hewan Masuk Surga?

Pertanyaan kedua berkaitan dengan apakah ada hewan yang masuk surga. Jawabannya adalah ada. Hal ini sesuai dengan dalil yang menunjukkan bahwa penduduk surga akan tetap disediakan makanan oleh Allah, termasuk daging hewan.
Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ
Artinya: ”Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (al-Waqi’ah: 21).
Selain itu, terdapat pula riwayat dari Kaisan yang bertemu dengan Abu Hurairah dengan percakapan berikut:
Abu Hurairah bertanya kepada Kaisan, “Mau ke mana?”
Lalu, dijawab oleh Kaisan, “Mau ke kambing-kambingku.”
Abu Hurairah lalu berpesan,
نَعَمْ، امْسَحْ رُعَامَهَا، وَأَطِبْ مُرَاحَهَا، وَصَلِّ فِي جَانِبِ؛ مُرَاحِهَا، فَإِنَّهَا مِنْ دَوَابِّ الْجَنَّةِ
Artinya: “Bagus, bersihkan mulut dan hidungnya, perbagus kandangnya, dan shalatnya di sebelah kandangnya, karena kambing adalah hewan surga.” (HR. Ahmad 9625 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Sekarang, sudah jelas alasan kenapa kucing tidak masuk surga.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menyayangi hewan dan makhluk ciptaan Allah lainnya. Menyayangi dan memperlakukan hewan dengan baik, termasuk memberi makan, merawat, dan menjaga kesejahteraannya, merupakan amalan yang bernilai pahala di sisi Allah SWT.
Bahkan, Rasulullah SAW menegaskan bahwa setiap perlakuan baik terhadap makhluk hidup, baik manusia maupun hewan, dapat mendatangkan pahala yang besar. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Dalam setiap tubuh yang bernyawa, ada pahala yang dapat diperoleh dengan berbuat baik." (HR. Bukhari dan Muslim).
Penulis: Marhamah Ika Putri
Editor: Yulaika Ramadhani