Menuju konten utama

Airlangga Ungkap Indonesia Jaga Konektivitas Global Melalui G20

Kepemimpinan Indonesia pada Presidensi G20 menjadi lebih kompleks sekaligus makin vital karena kondisi global yang tidak menentu.

Airlangga Ungkap Indonesia Jaga Konektivitas Global Melalui G20
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan sambutan dalam acara Penanaman Perdana Program Peremajaan Sawit Rakyat di Desa Parit Gajah, Kabupaten Siak, Riau, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/Rony Muharrman/rwa.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyoroti situasi global yang menjadi tidak kondusif. Dia menilai kondisi saat ini membuat kepemimpinan Indonesia pada Presidensi G20 menjadi lebih kompleks sekaligus makin vital.

Dia menuturkan hal itu karena rentetan krisis dan seteru geopolitik memiliki dampak buruk sangat masif. Kepemimpinan Indonesia sebagai Presiden G20 merupakan sebuah tanggung jawab dan amanah yang besar bagi Indonesia karena pandemi COVID-19 di dunia belum selesai. Sementara pemulihan global masih terpecah-pecah dan terjadi secara tidak merata di berbagai negara.

"Dalam waktu kurang dari 3 bulan Presidensi Indonesia, dunia dikejutkan dengan perang Rusia-Ukraina, dan tidak dapat disangkal tanggung jawab G20 jauh menjadi lebih kompleks,” ujar Menko Airlangga dalam Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV Lemhanas RI Tahun 2022 bertajuk Kolaborasi/Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasok Global di Jakarta, dikutip Rabu (12/10/2022).

Airlangga menekankan kepemimpinan Indonesia di G20 menjadi lebih penting akibat perang tersebut. Terlebih proyeksi pertumbuhan ekonomi global telah direvisi ke bawah karena inflasi yang tinggi, harga komoditas, pengetatan kebijakan moneter, volatilitas pasar keuangan, terutama di negara-negara berkembang.

IMF memprediksikan pertumbuhan tahun ini sebesar 3,2 persen akan menurun tahun depan menjadi 2,9 persen di 2023. Kondisi ini sering disebut the perfect storm atau tantangan akibat 5C yaitu COVID-19 yang belum selesai, konflik Ukraina, perubahan iklim, tingginya harga komoditas dan tingginya biaya hidup yang berakibat kepada inflasi. Akibatnya terjadi krisis energi dan pangan.

“Bahkan jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan meningkat dua kali lipat dari 135 juta orang sebelum pandemi menjadi 276 juta hanya dalam dua tahun. Kini bahkan bisa meningkat sampai 323 juta orang sebagai efek dari perang Rusia dan Ukraina,” papar Airlangga.

Kondisi konflik dan krisis global ini pada akhirnya, kata Airlangga tidak hanya berpengaruh terhadap negara-negara yang memiliki kepentingan, namun juga negara lainnya di seluruh dunia. Sebab hal ini turut memengaruhi konektivitas serta rantai pasok global hingga berujung resesi.

"Di sini, Indonesia dapat memainkan peranan penting sebagai tuan rumah Presidensi G20 2022 untuk mendorong terciptanya kerja sama strategis sekaligus memperbaiki konektivitas global," katanya.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, sejauh ini Presidensi G20 2022 di Indonesia secara perlahan memang telah menjadi jembatan atas dinamika situasi global saat ini. Dia menjelaskan, kepercayaan global terhadap Indonesia meningkat cukup signifikan dengan politik bebas aktif yang dilakukan.

Trust must be earned. Dengan pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, kita memperoleh kepercayaan global. Bebas aktif adalah bebas menentukan pilihan dan tidak terikat pilihan mana pun. Kiblat kita jelas adalah kepentingan nasional. Semoga selama Indonesia berdiri, kita tidak jadi permasalahan dunia, tapi jadi solusi,” ungkap Retno.

Dalam memimpin aksi resolusi global melalui Presidensi G20 2022 ini, Retno menjelaskan, Indonesia juga selalu mengedepankan paradigma kolaborasi, bukan kompetisi. Termasuk saat Sidang Majelis PBB ke-77. Indonesia dituntut untuk sukses menyelenggarakan Presidensi G20. Jika gagal, taruhannya terlalu besar. Nasib dan kesejahteraan miliaran penduduk dunia terutama negara berkembang akan terdampak.

"Kolaborasi dengan paradigma win-win, bukan zero sum. Paradigma kolaborasi, bukan kompetisi, dan paradigma engagement bukan containment. Pandemi mengajarkan pelajaran berharga bahwa no one is safe until everyone is," terang Retno.

Di sisi lain, Gubernur Lemhanas, Andi Widjajanto ikut menyoroti situasi global saat ini telah memicu krisis pada tiga sektor yaitu pangan, energi, dan finansial. Secara simultan, hal ini juga diperparah dengan meningkatnya tensi geopolitik yang disebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina. Imbasnya muncul ketidakpastian yang dapat memicu resesi global dan mempersulit upaya pemulihan ekonomi paska pandemi.

“Seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo bahwa tahun ini merupakan tahun yang berat, dan tahun depan akan menjadi tahun yang gelap. Saat Indonesia menerima mandat sebagai tuan rumah G20 tahun ini, fokus kita adalah bagaimana mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi. Saat amanat Presidensi G20 dijalankan, muncul situasi geopolitik yang membuat dunia makin keras,” ungkap Andi.

Karena itu, Andi menilai Presidensi G20 2022 di Indonesia saat ini makin menantang. Karena tak hanya berupaya sebagai momentum pemulihan ekonomi dunia pasca-pandemi, melainkan juga sebagai sarana memimpin kolaborasi antar negara dalam mendorong resolusi global.

“Seminar PPRA LXIV Lemhanas RI Tahun 2022 salah satunya hadir sebagai forum untuk memberi masukan-masukan kepada pemerintah, termasuk Presidensi G20," tutupnya.

Baca juga artikel terkait PRESIDENSI KTT G20 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin