tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto berharap, agar arah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia tetap dipertahankan dalam level yang rendah 3,5 persen. Mengingat kondisi perekonomian dalam negeri masih terpantau membaik dan menguat.
Airlangga mengatakan, laju pemulihan ekonomi dalam negeri terus menguat dengan beberapa indikator diantaranya indeks keyakinan konsumen tercatat 128,2. Kemudian indeks penjualan ritel 15,42 serta laju inflasi Juli tercatat 4,94 persen (yoy) dengan inflasi inti 2,86 persen (yoy) yang masih terjaga rendah.
Indikator lainnya dari sisi kredit perbankan tercatat tumbuh 10,66 persen (yoy) pada Juni 2022, dengan tingkat NPL terjaga pada level 2,86 persen. Kemudian pertumbuhan dana pihak ketiga jauh lebih tinggi sebesar 9,13 persen (yoy).
"Tingkat suku bunga, kita melihat dari inflasi yang mencapai 4,94 persen (yoy) dan inflasi inti sebesar 2,86 persen (yoy) sehingga angkanya masih rendah dan ekonominya masih recovery. Jadi kami berharap tidak perlu terburu-buru [BI naikkan suku bunga acuan]," kata Airlangga dalam Konferensi Pers Perkembangan Perekonomian Indonesia Terkini, di Kantornya, Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Airlangga mengatakan di tengah ketidakpastian global, indikator sektor eksternal Indonesia relatif baik dan terkendali yang tercermin dari neraca perdagangan sepanjang Semester I mencapai 24,89 miliar dolar AS atau lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kemudian transaksi berjalan hingga kuartal I 0,07 persen terhadap PDB. "Kondisi nilai tukar rupiah pun dalam kondisi stabil dibawah Rp 15.000 per dolar AS dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diantara 6.500 hingga 7.000 dan cadangan devisa Juli pun terpantau masih tinggi sebesar 132 miliar dolar AS dan rasio utang turun di level 32 persen terhadap PDB," tandasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang