Indeks suku bunga acuan bi

Kebijakan pelonggaran moneter ini akan tetap mempertimbangkan stabilitas nilai tukar dan inflasi agar keseimbangan ekonomi terjaga.

Keputusan ini sejalan dengan tetap terjaganya prakiraan inflasi serta untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

BI perlu mengambil jeda untuk mengevaluasi efektivitas transmisi kebijakan moneter terkini sembari memantau volatilitas rupiah secara ketat.

Penurunan suku bunga ke depan akan mempertimbangkan dua faktor utama: inflasi inti tetap rendah dan adanya output gap dalam perekonomian nasional.

Keputusan mempertahankan suku bunga seiring dengan adanya potensi reeskalasi dari perang dagang yang disulut Amerika Serikat (AS).

Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang rendah dan terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen.

Penurunan suku bunga diperkirakan akan terjadi dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian RI dan data inflasi yang rendah.

BI juga memastikan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5 persen dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,5 persen.

BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 5 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen.

BI juga menurunkan suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps masing-masing menjadi 5,0 persen dan 6,5 persen.

BI juga menyatakan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen

Volatilitas di pasar uang yang cukup tinggi membuat rupiah melemah di kisaran Rp15.800 per dolar AS menjadi alasan mengapa BI perlu menempuh kebijakan ini.

Komite Stabilitas Sistem Keuangan akan terus mewaspadai kondisi keuangan global di tengah memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah.

BI tidak menutup peluang untuk menurunkan suku bunga acuan di bawah 6 persen melihat nilai inflasi, pertukaran mata uang dan pertumbuhan ekonomi.

LPEM FEB UI memprediksi BI akan menahan suku bunga acuan di 6,25% sementara Bahana Sekuritas memperkirakan berada di 6% atau turun 25 poin.

Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak risiko global.

Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik, serta proyeksi inflasi yang masih berada dalam kisaran target.

Suharso Monoarfa menyinggung suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan dinaikkan dari level 6,25 persen.

Efek dari kenaikan suku bunga acuan membuat masyarakat makin terbebani karena pembelian rumah dan kendaraan bermotor.

Naiknya BI Rate untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah & memastikan inflasi terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 & 2025.