tirto.id - Pengamat penerbangan Arista Indonesia Aviation Center, Arista Atmadji menilai tidak tepat kritik Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menilai perencanaan buruk mengakibatkan bandara internasional Kertajati, Jawa Barat, sepi.
Sebab, menurutnya, rencana pembangunan bandara itu telah ada sejak era pemerintahan Presiden Megawati pada 2003.
Problemnya, kata dia, terletak pada pembangunan yang terkesan terburu-buru lantaran proyek tersebut sudah mangkrak lebih dari lima tahun pada era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
"Itu sebetulnya planning tidak mendadak. Sejak era SBY sengaja mau dibangun tapi mangkrak. Lalu diteruskan. Yang jadi masalah ini kan saya rasa aksesnya tidak dibangun. Tidak selesai berbarengan," ujar dia saat dihubungi, Rabu (10/4/2019).
Melihat kendala-kendala yang ada saat ini, Atmadji berharap pemerintah bisa segera merampungkan beberapa infrastruktur penunjang bandara seperti akses jalan serta kawasan perhotelan.
"Cisumdawu belum jadi. Terus KA dari Bandung juga belum jadi. Kalau dua itu jadi ya saya kira ramai lah untuk komersial reguler. Bagaimana pun juga nanti pesawat dari luar negeri dari Johor, Singapura, harus masuk ke situ, memang harus dipaksa," ujar dia.
Pembangunan Bandara Kertajati dimulai sejak 2003, namun izin penetapan lokasi bandara internasional ini baru keluar pada 2005.
Lantaran Pemprov Jawa Barat saat itu tidak memiliki anggaran cukup, pembangunan sempat terkendala dan izin penetapan lokasi diperpanjang hingga 2012.
Barulah pada era presiden Joko Widodo di tahun 2014, pembangunannya dimulai kembali dan diresmikan pada 24 Mei 2018.
"Sebetulnya pembangunannya ideal sih. Memang kita terbiasa membangun bandara kalau sudah penuh sesak. Kayak Jogja, Soetta, kalau sudah penuh sesak baru dibangun bandara," ungkap dia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali