Menuju konten utama

Ada Apa dengan Korea Utara & Isi Pidato Kim Jong Un Soal Korsel?

Hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan sedang memanas lantaran terjadi serangan pada Jumat (5/1/2024) dan pidato Kim Jong Un soal Korsel.

Ada Apa dengan Korea Utara & Isi Pidato Kim Jong Un Soal Korsel?
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara pada konferensi Komite Militer Pusat Partai Buruh Korea dalam gambar yang dirilis Agensi Berita Sentral Korea (ABSK) pada Sabtu (23/5/2020). ANTARA FOTO/KCNA via REUTERS/foc/djo

tirto.id - Hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan sedang memanas. Akibat situasi tersebut, dua negara yang sempat mengalami perang saudara pada 1950-an itu menjadi sorotan dunia.

Lantas, ada apa dengan Korea Utara dan Korea Selatan? Mengapa hubungan mereka memanas belakangan ini?

Tensi dua negara di Semenanjung Korea meningkat setelah Korea Utara meluncurkan lebih dari 200 peluru artileri pada Jumat (5/1/2024). Serangan itu, diluncurkan oleh pihak Korea Utara ke dekat perbatasan maritim yang disengketakan dengan Korea Selatan.

Dikutip dari Reuters, tindakan Korea Utara tersebut lantas mendorong Korea Selatan mengambil tindakan yang “sepadan” dengan melakukan serangan balik. Tak hanya konflik bersenjata, ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan semakin intens setelah pidato terbaru Kim Jong Un.

Bertepatan dengan pergantian tahun baru 2024, Presiden Korea Utara itu menegaskan bahwa reunifikasi atau persatuan dengan Korea Selatan tidak akan mungkin terjadi. Kim Jong Un juga menyebutkan pihaknya mengubah kebijakan terkait Korea Selatan, yang sekarang dianggap sebagai negara musuh.

Korea Selatan menggambarkan serangan artileri Korea Utara sebagai tindakan provokatif yang meningkatkan ketegangan dan mengancam perdamaian di Semenanjung Korea.

Hal ini menyebabkan Pemerintah Korsel mengambil langkah-langkah preventif setelah serangan Jumat lalu. Militer Korea Selatan telah mengevakuasi warga sipil di pulau-pulau terdekat dan melakukan latihan menembak sebagai tindakan pencegahan.

China yang merupakan sekutu politik utama Korea Utara, mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan kembali ke jalur dialog. Terlepas dari seruan Cina untuk menahan diri, situasi di Semenanjung Korea tetap tegang.

Korea Utara mengancam akan memberikan serangan balasan yang sangat kuat jika tindakan provokatif dari Korea Selatan terus berlanjut.

Isi Pidato Kim Jong Un Soal Korea Selatan

Kim Jong Un sempat menyampaikan sebuah pidato kontroversial di malam pergantian tahun 2024 di pertemuan dengan para perwira komando puncak Korea Utara, Pyonyang. Melalui pidato tersebut, Presiden Korut itu menyampaikan pesan keras terhadap Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Al Jazeera, Kim Jong Un memerintahkan militernya untuk "menghancurkan sepenuhnya" Korea Selatan dan AS jika kedua negara tersebut memulai konfrontasi militer. Kim menekankan bahwa Korea Utara tidak segan memberikan pukulan mematikan dan memobilisasi kekuatannya tanpa ragu.

“Apabila musuh memilih untuk memulai konfrontasi militer dan provokasi terhadap Democratic People's Republic of Korea (DPRK), maka militer Korea Utara harus memberikan pukulan mematikan untuk menghancurkan mereka sepenuhnya dengan memobilisasi segala cara dan potensi terkuat tanpa ragu," katanya.

Kim Jong Un juga menyoroti krisis yang menurutnya tidak terkendali dan dipicu oleh tindakan dari Korea Selatan dan Amerika Serikat. Melalui kesempatan yang sama, Kim mengumumkan bahwa Korea Utara tidak akan lagi mencari rekonsiliasi dan reunifikasi dengan Korea Selatan.

Masih dikutip dari Al Jazeera, pernyataan keras Kim Jong Un tersebut mencerminkan retorika bellicose yang telah dinyatakan sebelumnya dalam pertemuan pesta akhir tahun.

Kim menggambarkan Amerika Serikat sebagai pihak yang memberikan "berbagai bentuk ancaman militer". Berkaitan dengan hal tersebut, Kim menegaskan komitmennya untuk mengembangkan lebih lanjut program senjata dan peluncuran satelit Korea Utara pada tahun mendatang.

Merespons pidato tersebut, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, mengumumkan bahwa negaranya akan memperkuat kemampuan militer. Peningkatan kekuatan akan berfokus pada serangan pencegahan, pertahanan rudal, dan respons militer terhadap ancaman nuklir dari Korea Utara.

Yoon Suk-yeol juga menegaskan komitmen Korea Selatan untuk membangun perdamaian Korea.

"Republik Korea sedang membangun perdamaian yang sejati dan abadi melalui kekuatan, bukan perdamaian yang tunduk yang bergantung pada niat baik musuh," kata Yoon dalam pidatonya seperti yang dikutip dari Korea JoongAng Daily.

Baca juga artikel terkait KOREA UTARA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Iswara N Raditya & Yonada Nancy