Menuju konten utama

3 Perbedaan Imitasi dan Identifikasi dalam Interaksi Sosial

Berikut sejumlah perbedaan imitasi dan identifikasi dalam interaksi sosial. Simak untuk mengetahui perbedaan imitasi dan identifikasi beserta contohnya.

3 Perbedaan Imitasi dan Identifikasi dalam Interaksi Sosial
Ilustrasi interaksi dengan warga asing di bar. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Perbedaan imitasi dan identifikasi dalam interaksi sosial menjadi pembahasan penting, seandainya kita berbicara mengenai faktor sosiologi terhadap cara berperilaku seseorang. Keduanya menjadi proses yang terjadi di dalam diri individu.

Adapun Soerjono Soekanto dalam Sosiologi: Suatu Pengantar menjelaskan, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis, seperti interaksi antara orang-perorangan, kelompok-kelompok, maupun perorangan dengan kelompok.

Sehubungan dengan itu, perbedaan imitasi dan identifikasi beserta contohnya dalam interaksi sosial muncul akibat proses peniruan karakter yang berlainan. Seseorang bisa meniru gaya orang lain secara utuh atau lewat identifikasi terlebih dahulu.

Pengertian Imitasi dan Identifikasi

Untuk memahami bagaimana perbedaan imitasi dan identifikasi dalam interaksi sosial, kita perlu mengetahui terlebih dahulu definisi dari dua proses tersebut. Berikut ini pengertian imitasi dan identifikasi.

Pengertian Imitasi

Dalam buku Psikologi Sosial, Gerungan, W.A. dijelaskan, imitasi punya peran penting dalam proses interaksi. Segi positif dari imitasi adalah dapat mendorong seseorang untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku, sementara negatifnya adalah tindakan yang menyimpang dan mematikan daya kreasi.

Psikolog M.Tarde memelajari imitasi yang disebut sebagai fenomena sosial atau "kunci misteri sosial." Dia menyebutkan masyarakat sebagai proses imitasi, di mana satu pikiran memengaruhi pikiran kepada yang lain.

Proses peniruan yang terjadi di seluruh masyarakat dapat dirumuskan menjadi dua yaitu semua imitasi cenderung menyebar ke seluruh masyarakat dalam perkembangan geometris. Selanjutnya, imitasi bisa menyebar jika tidak terjadi gangguan.

Adapun Prof. Baldwin dalam The American Journal of Sociology menggambarkan proses imitasi mirip dengan perkembangan seorang anak. Seorang anak bisa meniru ucapan atau perbuatan orang-orang di sekitarnya lewat imitasi langsung.

Pengertian Identifikasi

Di buku yang sama, Gerungan, W.A. membahas bahwa identifikasi bersifat lebih mendalam karena kepribadian individu dapat terbentuk setelah melalui beberapa proses. Identifikasi terjadi secara alami maupun sengaja lantaran individu memerlukan tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupan.

Adapun Kerstin Sahlin-Andersson dan Guje Sevon dalam bukunya menjelaskan bahwa identifikasi melibatkan asosiasi dengan kualitas, karakteristik, dan pandangan dari model peran. Manusia akan mencari perilaku dan tindakan yang berkualitas sesuai keinginan demi dirinya masing-masing.

Ketika seorang pelajar mengidentifikasi dengan seorang panutan, mereka akan mengingat perilaku mereka dan menambahkannya ke dalam daftar tindakan secara logis. Seandainya dianggap identik, mereka akan mewujudkan itu dalam keseharian.

M.J Kehily menuliskan identifikasi diakui sebagai bagian penting dari nilai yang dapat dinikmati orang dalam hidup. Sebut misalnya mengidentifikasi dengan hubungan, proyek, pekerjaan, dan tujuan, sehingga hidup bisa terarah dan dapat berjalan baik.

Kemungkinan proses identifikasi dapat sangat dipengaruhi oleh fenomena sosial-ekonomi. Ketika orang merasa bimbang dan tidak aman, proses identifikasi jadi lebih lama. Mereka jadi tidak bisa membuat bayangan atau gambaran mengenai keputusan yang akan mereka ambil.

Perbedaan Imitasi dan Identifikasi dalam Interaksi Sosial

Apa perbedaan imitasi dan identifikasi? Untuk memahami kedua proses tersebut dalam interaksi sosial, Anda bisa memerhatikan beberapa penjelasan berikut.

1. Meniru dan Berpikir Sebelum Meniru

Imitasi yang meniru suatu cara interaksi sosial tidak bersifat luwes, sehingga gaya berperilaku mereka dilakukan tanpa memikirkan konsekuensi. Seperti bayi yang tidak mengetahui apapun, cara berbicara bahasa Ibu yang dilantunkan anak menjadi salah satu contohnya.

Berbeda dengan itu, identifikasi diproses melalui pemikiran terlebih dahulu untuk mengategorikan apakah cara interaksi sosial termasuk identik. Sebut seseorang yang berinteraksi dengan tetua adat, mereka akan memilih berbicara pelan demi mempertahankan citra diri dan menjaga standardisasi kesopanan.

2. Membatasi Kreasi dan Penuh Kreativitas

Peniruan interaksi sosial lewat proses imitasi dapat berlangsung tanpa memikirkan cara lain yang lebih relevan. Sebagai contoh, seseorang meniru gaya bicara seorang pemimpin adat karena masih termasuk keturunannya.

Adapun proses identifikasi dipenuhi oleh kreativitas-kreativitas tertentu dalam interaksi sosial. Untuk melihat contohnya, kita bisa memantau orang yang mengikuti gaya bicara atau pemikiran tertentu para tokoh untuk mengesankan keidentikannya.

3. Kepatuhan Mutlak dan Kepatuhan Logis

Norma tak tertulis di dalam masyarakat dalam interaksi sosial memang menjadi pembahasan penting ketika kita membicarakan imitasi dan identifikasi. Seseorang bisa saja patuh secara mutlak terhadap cara berinteraksi, misal harus menunduk di hadapan raja pada masa-masa kerajaan dahulu.

Berbeda dengan itu, mereka yang sudah memasuki tahapan identifikasi akan memikirkan terlebih dahulu alasan mereka berperilaku. Setiap orang akan menerka caranya berinteraksi sesuai pemahaman identiknya masing-masing, misal tidak ingin berbicara kasar karena itu bisa menimbulkan ketidaknyamanan.

Baca juga artikel terkait INTERAKSI SOSIAL atau tulisan lainnya dari Desika Pemita

tirto.id - Edusains
Kontributor: Desika Pemita
Penulis: Desika Pemita
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Yuda Prinada