tirto.id - Sebanyak enam mahasiswa Universitas Pelita Bangsa (UPB) kritis usai bentrok dengan polisi saat aksi tolak Omnibus Undang-undang (UU) Cipta Kerja (Ciptaker) di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang Jawa Barat, Rabu (7/10/2020) kemarin. Keenam mahasiswa tersebut harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Central Medika Cikarang, Jawa Barat.
Salah satu korban bernama Budi Nasrullah, dia mengaku hidungnya patah dan dua giginya retak akibat menerima bogem mentah polisi. Mahasiswa yang juga mengalami luka yakni Nasrul Firmansyah. Bahkan ia harus menjalani operasi lantaran tulang kepalanya retak.
"Enam mahasiswa kritis. Saya sendiri hidung patah, gigi retak dua," ucap Nasrullah dengan suara serak kepada Tirto sambil menahan rasa sakit, Kamis (8/10/2020)
"Satu [Nasrul Firmansyah] masuk tahap operasi [Rabu, 7 Oktober] karena tulang kepalanya retak, dia yang kena tembak peluru karet," tambahnya.
Mantan Ketua BEM UPB Tahun 2017-2018 itu menceritakan ia bersama rekan-rekannya awalnya berkumpul di Kampus UPB Cikarang pukul 11.00 WIB untuk menggelar aksi tolak Omnibus Law UU Ciptaker menuju PT. Samsung. Dia mengklaim sebanyak 800-an massa aksi.
Budi saat itu menjadi orator mengarahkan ratusan massa aksi ke Kawasan Industri Jababeka 2, Cikarang. Setelah berorasi menyampaikan aspirasinya, mereka bergerak ke Kawasan Industri Jababeka 1. Tepat di depan PT. Tokai yang ada di Jababeka 1, sejumlah polisi mulai menghadang massa aksi.
"Terjadi bentrok, kami maju, mau melangkah, terjadi dorong-dorongan lah. Kami tidak main kontak fisik, hanya dorong, ternyata kami ditembaki peluru karet. Yang parah itu Nasrul langsung kena kepalanya karena dekat banget jaraknya," ucapnya.
Tubuh Nasrul pun terkapar di jalan, wajahnya terlihat penuh darah dan menodai almamater kampusnya yang berwana biru. Nasrul pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Central Medika Cikarang.
"Saya mau melerai, pasukan itu sudah mundur sambil menarik Nasrul, saya angkat tangan ke pihak polisi, saya balik badan ke mahasiswa, saya ditarik, dibawa ke kerumunan polisi, diseret, dipukuli," katanya.
Budi yang berstatus mahasiswa semester 10 itu mengaku dibawa ke mobil polisi sebanyak dua kali dan selalu menerima bogem mentah dari aparat.
"Seluruh badan dipukuli, dari pinggang ke kepala. Ganti-gantian polisi yang pukuli, banyak, enggak tahu jumlahnya berapa," tuturnya.
Tak lama setelah dipukuli, dia dibebaskan oleh polisi dan kembali ke barisan massa. Sekitar pukul 16.00 WIB, massa pun kembali ke kampus UPB.
"Saat ini tersisa saya dan Nasrul yang dirawat di Rumah Sakit karena butuh perawatan," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Humas UPB Nining Yuningsih mengaku kondisi dua mahasiswanya yakni Budi Nasrullah dan Nasrul Firmansyah sudah membaik dan masih dilakukan perawatan di Rumah Sakit Central Medika Cikarang.
"Nasrul masih dirawat karena ada benturan sedikit di kepala. Dia dan Roy [Budi Nasrullah] masih dirawat," kata dia kepada Tirto, Kamis (8/10/2020).
Dia mengklaim pihak kampus UPB Cikarang telah merawat para mahasiswa yang ikut berdemo dengan baik. Sementara seluruh pembiayaan sejumlah mahasiswa yang dirawat, ditanggung oleh Polres Bekasi, Jawa Barat.
Nining menuturkan pihak Kampus UPB Cikarang belum bisa memberikan tuntutan kepada polisi atas tindakan kekerasan aparat yang membuat enam mahasiswanya dirawat.
"Yang penting anak-anak sembuh dulu, kalau memang kondisi gimana, nanti tinggal kesaksian anak-anak dan polisi, saya tidak ada di lapangan jadi kronologi tidak tahu," ucapnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Bayu Septianto