Menuju konten utama

Wartawan Tidak Merekam Diam-diam Pidato Gatot Nurmantyo

Gatot Nurmantyo sadar ucapannya bahwa ada institusi negara yang membeli 5.000 senjata ilegal di Mabes TNI Cilangkap, Jumat (22/9) pekan lalu, didengar wartawan. Dia bilang, "biar saja."

Wartawan Tidak Merekam Diam-diam Pidato Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan Orasi Kebangsaan di Universitas Serang Raya (Unsera) di Serang, Banten, Kamis (14/9/2017). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

tirto.id - Wacana pembelian 5.000 senjata ilegal semakin memanas. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Wuryanto, mengatakan bahwa ungkapan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menyebut ada institusi yang memesan 5.000 senjata secara ilegal dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo di acara silaturahmi dengan purnawirawan di Mabes TNI Cilangkap, Jumat (22/9) pekan lalu, seharusnya bukan konsumsi publik.

"Kami sudah sampaikan bahwa pernyataan Panglima TNI dalam acara silaturahmi dengan purnawirawan TNI bukan untuk konsumsi publik atau off the record," kata Wuryanto, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (25/9/2017). Wuryanto juga mengatakan bahwa Panglima TNI tidak pernah membuat pernyataan resmi (pers rilis) yang berkaitan dengan senjata ilegal.

Informasi ini beredar, menurut Wuryanto, adalah karena ada jurnalis yang tidak mematuhi aturan soal pemberitaan. "Ada teman-teman yang kebetulan mungkin merekam pernyataan beliau, padahal kami sudah sampaikan tidak boleh diberitakan," katanya, seperti dikutip Antara.

Sebenarnya, apa yang terjadi ketika itu? Benarkah bahwa wartawan yang bertugas merekam diam-diam pembicaraan Jenderal Gatot?

Faktanya, wartawan tidak tidak melakukan hal tersebut. Sejumlah wartawan, termasuk reporter Tirto, memang meliput kegiatan di Mabes TNI tersebut. Sebelum meliput pun, wartawan menanyakan terlebih dahulu kepada Divisi Penerangan Mabes TNI apakah kegiatan silaturahmi para purnawirawan TNI itu bisa diliput atau tidak. Jawabannya bisa, artinya acara itu memang terbuka.

Sebagai informasi, agenda silaturahmi hanya disampaikan dalam jadwal aktivitas menteri, yakni Menkopolhukam Wiranto serta Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Keduanya dijadwalkan menghadiri silaturahmi tersebut pada pukul 09.00 WIB.

Sebelum acara berlangsung, kami diminta berkumpul dulu di Divisi Penerangan Mabes TNI. Tidak sedikit wartawan yang berusaha langsung mendatangi auditorium Mabes TNI tempat acara digelar. Namun, mereka semua tidak diperkenankan masuk di acara tersebut. Sekitar pukul 08.45 WIB, barulah wartawan dibawa ke ruang auditorium. Hingga pukul 09.00 WIB, sejumlah pejabat TNI dan purnawirawan terlihat mengisi daftar tamu, termasuk Menkopolhukam Wiranto.

Di dalam auditorium tersebut, wartawan televisi ditempatkan di bagian bawah, sementara wartawan tulis dan radio berada di balkon auditorium. Dari atas auditorium, terlihat sejumlah purnawirawan TNI seperti mantan Wakasad Letjen (purnawirawan) Kiki Syahnakri, mantan Kasum TNI Letjen Suryo Prabowo, mantan Pangdam Jaya Mayjen (purnawirawan) Sutiyoso, hingga mantan Gubernur Lemhanas Jenderal (Hor) (purnawirawan) Agum Gumelar.

Dalam pertemuan tersebut, hadir pula Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto serta mantan Wakil Presiden sekaligus Panglima ABRI Try Sutrisno. Sejumlah pejabat aktif pun terlihat di auditorium seperti Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, Pangkostrad TNI Letjen TNI Edhy Rahmayadi, serta Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Hadiyan Suminta Atmadja.

Baca juga

Omongan Gatot Soal 5.000 Senjata Seharusnya Off The Record

Komisi I: Pernyataan Gatot Soal Senjata Dinilai Politis

Kritik Fadli Zon untuk Gatot Nurmantyo Soal 5.000 Senjata

Para wartawan lalu mulai menempatkan diri masing-masing. Wartawan radio dan sejumlah media daring mendekati speaker auditorium agar pidato terdengar jelas. Wartawan televisi mengambil gambar di tempat lain. Humas TNI mengingatkan para wartawan untuk menulis secara akurat. Rekaman tersebut pun disebut hanya boleh digunakan untuk keperluan pemberitaan.

Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Panitia Acara Letjen (purnawirawan) Suryo Prabowo, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Dalam sambutan itu, Gatot menyampaikan beberapa hal, termasuk klaim kesuksesannya dalam memimpin TNI jelang akhir masa jabatan. Beberapa capaian yang ia sebut adalah pembangunan rumah dinas serta perbaikan taman makam para pejuang di Timor Leste.

Setelah itu, giliran mantan Panglima ABRI Try Sutrisno menyampaikan sambutan. Try menyinggung tentang pentingnya Pancasila. Ia sempat juga menyinggung tentang ide pemutaran kembali film G30S/PKI yang digagas Gatot serta bahaya ideologi komunisme. Dirinya pun memberikan wejangan kepada Gatot bagaimana memimpin TNI.

Sejumlah purnawirawan lain ikut memberikan pandangan dan saran untuk Gatot. Agum Gumelar misalnya, sempat memberikan pandangannya tentang TNI. Sementara mantan KSAU Rilo Pambudi justru meminta agar Panglima TNI mempertimbangkan kembali kebijakannya memutar film G30S/PKI.

Begitu selesai para purnawirawan berbicara, mantan Pangkostrad ini kembali naik podium. Ia menanggapi beberapa hal dari omongan seniornya tersebut. Di sinilah Gatot tiba-tiba bercerita bahwa ada institusi non-militer yang ingin membeli 5.000 pucuk senjata dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo. Menurutnya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari data intelijen TNI, TNI berusaha "dibeli" oleh institusi tersebut. Gatot yakin hal itu akurat, tetapi ia mengaku informasi lebih lanjut dipegang oleh TNI saja.

Dalam pertemuan tersebut, Gatot sebetulnya menyadari keberadaan wartawan yang siap memberitakan apapun yang terjadi dalam pertemuan tersebut. Tapi ia tidak peduli atas informasi yang sebetulnya hanya untuk kalangan internal sendiri itu.

"Di sini ada wartawan, biar saja. Tidak apa-apa, pak. Biar saja. Karena ini memang sudah ada indikasi," kata Gatot.

Tentu omongan tersebut membuat penasaran wartawan, apalagi ini isu yang sangat sensitif dan menyangkut banyak institusi negara. Sebagai salah satu jurnalis yang ada di tempat, mengkonfirmasi lebih lanjut informasi tersebut tentu diperlukan agar tidak terjadi keresahan serta tidak ada kesalahpahaman dalam pemberitaan. Wartawan tetap menyimak acara sekaligus beberapa kali merekam suara serta momen yang terjadi via beragam gadget.

Dalam konferensi pers usai acara, wartawan Elshinta menanyakan tentang pengawasan instansi yang membeli senjata yang diungkapkan Gatot. Namun, Gatot malah berdalih tidak mengatakan itu.

"Saya nggak bicara begitu," kata Gatot.

"Seperti apa prosesnya saat ini? Sudah seperti apa?" tanya wartawan tersebut.

"Nggak... Nggak jadi. Ada yang akan membeli loh ya, ya tapi enggak jadi," kata Gatot.

Panglima tidak mau menjawab lebih lanjut. Ia hanya mau menjawab tentang pemutaran film G30S/PKI di salah satu TV swasta. Panglima langsung meninggalkan tempat konferensi pers. Wartawan tidak lagi bisa meminta informasi lebih jauh.

Tidak lama kemudian, Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto menegaskan bahwa tidak ada pembelian senjata itu. "Sekali lagi seperti yang disampaikan bapak, masalah senjata itu nggak ada," ujar Wuryanto.

Baca juga artikel terkait SENJATA ILEGAL atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Rio Apinino