tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 5,95 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada September 2022. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dilakukan pemerintah pada awal September 2022 lalu.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan, bahwa inflasi tersebut berada di bawah prediksi pemerintah yaitu melebihi 6 persen. Inflasi yang lebih rendah itu tidak lepas dari dukungan pemerintah daerah dalam menjaga kenaikan harga-harga di daerahnya.
“Ini adalah satu bukti bahwa kemarin ketika kita menaikkan harga BBM, seluruh elemen masyarakat, termasuk Pemerintah Daerah, menjaga harga di daerahnya masing-masing,” kata Wamenkeu dalam Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dikutip dari siaran pers, Selasa (4/10/2022).
Suahasil memahami ketika harga BBM disesuaikan, inflasi akan meningkat tetapi tidak di luar kontrol. Namun dia meyakini inflasi secara bulanan atau month to month ke depan akan menurun dan mulai menuju normal.
“Ini menjadi fundamental yang bagus untuk perekonomian Indonesia dalam menyelesaikan 2022 dan memasuki 2023,” ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto optimistis tren peningkatan inflasi akan turun dalam tiga sampai empat bulan ke depan.
"Namun inflasi akan turun dalam 3-4 bulan ke depan. Itu kita lihat saja serinya selalu demikian," kata dia saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta.
Lebih lanjut, Airlangga mengatakan terpenting saat ini adalah bagaimana pemerintah bisa endorong pertumbuhan ekonomi di tengah tren peningkatan inflasi. Bahkan, ia optimis ekonomi RI tahun ini berada di kisaran 5 persen.
"Jadi pertumbuhan ekonomi kita perkirakan akan sedikit di atas 5,4 persen," kata dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang