tirto.id - Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, memamerkan nilai surplus perdagangan Indonesia yang mencapai 2,02 miliar dolar AS. Menurut dia, catatan surplus saat ini sudah terjadi sejak Mei 2020 atau 45 bulan berturut-turut.
“Kemendag per hari ini, kawan-kawan, khususnya para pelaku usaha bahwa per hari ini, Februari 2024, Indonesia, itu baru saja meraih surplus neraca perdagangan 2,02 miliar dolas AS,” kata Jerry di Kantor Kementerian Perdagangan, Senin (26/2/2024).
Menurut dia, surplus yang berlangsung selama 45 bulan beruntun ini menunjukkan dunia usaha di Tanah Air sudah menggeliat dengan baik. Sebab, nilai ekspor secara konsisten lebih besar daripada nilai impor.
“Bukan karena saya wakil menterinya, poinnya adalah kita selalu mengalami surplus, nilai ekspor lebih tinggi dan paling penting kita mampu me-maintenance itu,” ujar Jerry.
Lebih lanjut, Jerry juga memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi RI secara konsisten di atas 5 persen, artinya mengalami kestabilan, dan nilai inflasi Indonesia terkendali di bawah 4 persen.
“Pertumbuhan ekonomi kita sekitar 5 persen, stabil, inflasi kita di bawah 4 persen, 3 persen sekian,” ucap dia.
Kontribusi surplus RI, menurut Jerry, adalah produk nasional yang sudah lebih masif dilakukan ekspor dan menguasai pasar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
“Salah satu kontribusinya produk nasional dan lokal yang selama ini mewarnai dan juga selama ini memastikan kontribusinya kepada neraca perdagangan surplus,” kata Jerry.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 2,02 miliar dolar AS. Surplus menambah rekor selama 45 bulan beruntun.
“Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ucap Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta, Kamis (15/2/2024).
Namun demikian, surplus pada Januari 2024, menurut Amalia, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu. Secara rinci, surplus neraca perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas yaitu sebesar 3,32 miliar dolar AS.
“Komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja,” kata Amalia.
Sementara itu, surplus neraca perdagangan non-migas Januari 2024 lebih rendah jika dibandingkan bulan lalu dan Januari 2023. Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,30 miliar dolar AS.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Abdul Aziz