tirto.id - Update kasus Corona dunia 15 Februari 2022 kembali dilaporkan hari ini, termasuk perkembangan varian Omicron yang penyebarannya semakin masif.
Laporan terbaru Worldometers, Selasa (15/2/2022) hingga pukul 07.50 WIB menunjukkan, total kasus Covid-19 secara global telah mencapai 413.734.932.
Dari jumlah itu, 5.843.562 orang dinyatakan meninggal dunia, dan 335.500.925 telah berhasil sembuh, serta masih ada 72.390.445 kasus aktif dari seluruh dunia, yang umumnya didominasi varian Omicron.
Berikut data 10 negara dengan kasus Corona terbanyak di dunia pada hari ini:
1. Amerika Serikat: 79.458.015 kasus positif, 945.458 kematian, 50.024.410 kesembuhan, dan kasus aktif 28.488.147.
2. India: 42.690.794 kasus positif, 509.388 kematian, 41.749.885 kesembuhan, dan kasus aktif 431.521
3. Brasil: 27.541.131 kasus positif, 638.913 kematian, 23.969.577 kesembuhan, dan kasus aktif 2.932.641.
4. Prancis: 21.735.302 kasus positif, 135.189 kematian, 17.167.744 kesembuhan, dan kasus aktif 4.432.369.
5. Inggris: 18.348.029 kasus positif, 159.605 kematian, 16.142.529 kesembuhan, dan kasus aktif 2.045.895.
6. Rusia: 14.313.965 kasus positif, 340.931 kematian, 11.333.044 kesembuhan, dan kasus aktif 2.639.990.
7. Turki: 12.984.953 kasus positif, 90.808 kematian, 12.060.306 kesembuhan, dan kasus aktif 833.839.
8. Jerman: 12.514.527 kasus positif, 120.710 kematian, 8.838.800 kesembuhan, dan kasus aktif 3.555.017
9. Italia: 12.134.451 kasus positif, 151.296 kematian, 10.392.540 kesembuhan, dan kasus aktif 1.590.615.
10. Spanyol: 10.672.906 kasus positif, 96.596 kematian, 7.833.932 kesembuhan, dan kasus aktif 2742.378.
Update Covid-19 & Omicron Indonesia
Indonesia saat ini masih menempati urutan 17 dunia dengan kasus Corona tertinggi, yakni total 4.844.279 kasus positif.
Laporan Satgas Covid-19 hingga Senin kemarin, 14 Februari 2022 menyebutkan, data itu diperoleh setelah ada tambahan 36.501 kasus harian baru.
Angka kematian bertambah 145 orang, sehingga jumlahnya menjadi 145.321 orang meninggal dunia.
Sementara kesembuhan bertambah 13.338 pasien, yang totalnya menjadi 4.323.101 pasien sembuh.
Serta kasus aktif tersisa sebanyak 375.85, di mana sebanyak 1.609 orang terkonfirmasi dalam kondisi kritis atau serius.
Dikutip dari Antara, Kementerian Kesehatan melaporkan, 68 persen kasus meninggal dunia akibat COVID-19 dialami pasien yang belum memperoleh vaksinasi dosis lengkap.
"Dari data 1.090 pasien yang meninggal hingga Minggu (13/2), 68 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap, 76 persen usianya lebih dari 45 tahun, 49 persen masuk golongan lanjut usia, dan 48 persen memiliki komorbid," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi.
Nadia mengatakan vaksinasi lengkap dua dosis menjadi salah satu upaya mencegah pasien untuk penderita gejala berat hingga risiko kematian akibat terinfeksi COVID-19.
“Kembali kami mengimbau masyarakat, termasuk anak-anak dan kelompok lanjut usia, untuk segera melengkapi vaksinasi karena vaksinasi telah terbukti mampu melindungi kita dari risiko gejala berat hingga kematian akibat terpapar COVID-19. Tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mau divaksinasi melihat data-data yang ada,” ujarnya.
Ia mengatakan, kasus COVID-19 di Indonesia saat ini telah didominasi kasus Omicron. Namun bila kasus kematian tersebut dibandingkan dengan situasi saat gelombang kedua Juli-Agustus 2021 yang didominasi varian Delta, kata Nadia, jumlah kasusnya masih sangat jauh.
"Hari ini kasus meninggal harian mencapai 145 jiwa per hari, jauh dibandingkan puncak Delta yang menyentuh angka 1.800 jiwa per hari," katanya.
Nadia mengatakan penguatan pelayanan kesehatan terus termasuk percepatan laju vaksinasi, testing dan tracing untuk menekan laju kasus.
Dari sisi kapasitas rumah sakit, per hari ini pukul 18.30 WIB, pasien yang dirawat ada di 32 persen dari total ketersediaan tempat tidur dan isolasi.
"Artinya, rumah sakit kita masih memiliki kapasitas yang sangat baik untuk menampung pasien COVID-19. Angka ini baru sementara dan kapasitas ini masih dapat terus ditingkatkan jika memang diperlukan,” jelasnya.
Update Omicron Dunia
Pemerintah Prancis dan WHO telah mengumumkan perjanjian kontribusi baru sebesar 50 juta Euro yang akan membantu sistem kesehatan negara-negara mengatasi kemacetan dalam respons COVID-19 dan mempercepat akses yang adil untuk pengujian, perawatan, dan vaksin.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO menyampaikan, WHO sangat berterima kasih kepada Pemerintah Prancis atas komitmennya yang berkelanjutan terhadap persatuan global dalam menanggapi pandemi COVID-19.
"Prancis telah mengambil peran utama dalam mendukung pekerjaan WHO melalui Akselerator ACT, yang sangat penting bagi WHO untuk mencapai misinya dan melindungi kehidupan yang paling rentan di seluruh dunia," ujarnya.
Kesepakatan tersebut dilakukan di sela-sela konferensi menteri luar negeri dan menteri kesehatan di Lyon, Prancis, bertujuan untuk mendukung kerja WHO dan co-convener work di Health Systems and Response Connector (HSRC) Access to COVID- 19 Alat Akselerator (ACT-A), selaras dengan Rencana Kesiapsiagaan dan Respons Strategis COVID-19 WHO (SPRP).
HSRC bekerja untuk memastikan bahwa negara-negara memiliki sumber daya teknis, operasional, dan keuangan untuk memperoleh dan menggunakan vaksin dan alat COVID-19 lainnya secara efisien.
Menurut Tedros, kontribusi Prancis akan membantu mempercepat akses yang adil ke semua alat COVID-19, dengan melihat hambatan sistem kesehatan masing-masing negara dan mengidentifikasi tanggapan dan solusi yang tepat.
Editor: Iswara N Raditya