tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa sampai saat ini ada 18 suspek (dugaan) cacar monyet (monkeypox) di Indonesia. Dari 18 suspek tersebut, 17 hasilnya negatif dan 1 suspek lainnya yang berada di Provinsi Banten masih dalam tahap pemeriksaan
“Ya betul,” singkat Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu kepada Tirto saat dikonfirmasi, Kamis (11/8/2022).
Dia menuturkan 17 suspek cacar monyet ini statusnya menjadi discarded, karena semua hasil laboratorium polymerase chain reaction (PCR) menunjukkan negatif cacar monyet.
“Betul, 17 pernah suspek. Saat ini ke-17 masuk status discarded karena semua hasil lab PCR negatif monkeypox,” kata Maxi.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi pun membenarkan bahwa ada penambahan tiga kasus suspek cacar monyet. Dua suspek itu ditemukan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan satu suspek lainnya ditemukan di Provinsi Banten namun masih tahap pemeriksaan.
“Ada tiga kasus suspek kemarin. Dua dari DKI [Jakarta] negatif dan satu dari Banten masih tahap pemeriksaan,” ungkap dia kepada Tirto, Kamis (11/8/2022).
Nadia menerangkan bahwa dua suspek yang hasilnya negatif cacar monyet di DKI Jakarta itu hasilnya cacar air (cacar varicella). “Iya cacar varicella biasa. Kasus suspek ya, jadi bukan [positif] monkeypox,” kata dia.
Sebelumya, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril melaporkan 15 pasien suspek cacar monyet atau monkeypox di Indonesia. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan seluruh pasien tersebut negatif cacar monyet.
“Per 7 Agustus, [ada tambahan] satu pasien yang suspek hasil swab lesi cacarnya negatif. Hasilnya cacar air,” kata Syahril kepada Tirto, Senin (8/8/2022).
Dengan begitu per 7 Agustus 2022, dia mengatakan bahwa Indonesia memiliki 15 kasus discarded cacar monyet. Sebarannya yaitu delapan pasien di Provinsi DKI Jakarta, tiga pasien dari Provinsi Jawa Barat (Jabar), dua pasien di Provinsi Jawa Tengah (Jateng), dan satu pasien di Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri