tirto.id - Ketua Relawan Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer mendeklarasikan perubahan nama organisasi menjadi Prabowo Mania 08 atau disingkat PM 08. Perubahan nama ini sebagai tanda dukungan kepada Prabowo Subianto. Adapun makna dari Prabowo Mania 08 adalah harapan agar Prabowo menjadi presiden kedelapan yang bisa meneruskan Jokowi.
Pemberian dukungan tersebut secara resmi dilakukan saat kelompok PM 08 datang ke rumah sang ketua umum Partai Gerindra di Kertanegara pada Kamis (16/2/2023). PM 08 diterima oleh Prabowo selama satu jam lebih, dan keduanya sepakat menjadi kelompok pendukung dan didukung untuk kepentingan Pemilu 2024.
Prabowo selaku tuan rumah merasa terkejut dengan kedatangan Immanuel atau Noel dan kawan-kawan. Kelompok relawan itu datang dengan bus pariwisata dan kompak menggunakan kaus berwarna putih bertuliskan Prabowo Mania 08.
"Ini kaus yang bayar bukan dari saya kan? Ini dibuat dengan hati nurani kalian, kan?" kata Prabowo.
Sejumlah kelakar juga diungkapkan Prabowo kepada kelompok yang berseberangan dengannya pada Pemilu 2014 dan 2019 tersebut. Prabowo menyebut dirinya dengan muka "kudeta" karena kerap dianggap menyeramkan oleh sejumlah pihak. Namun ia menegaskan bahwa dia ada di barisan Jokowi, dan tetap setia dengan kabinet hingga akhir masa jabatan.
“Kita harus mengakui kepemimpinan Pak Jokowi berhasil dan saya berniat untuk meneruskan agar Indonesia kuat makmur dan jaya," ungkapnya.
Meski didukung oleh barisan pendukung Jokowi, tapi Prabowo menampik bila itu ada karena perintah Istana. Prabowo kembali memuji Jokowi sebagai orang yang pintar dan penuh perhitungan, sehingga teramat berhati-hati dalam memberi dukungan.
“Beliau angkanya sangat luar biasa. Presiden kita orangnya sangat jeli. Jangan underestimate terhadap beliau," tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Noel selaku pemimpin dari rombongan relawan PM 08 menegaskan bahwa dukungannya kepada Prabowo adalah perhitungan matang. Dia tidak ingin disebut sebagai sosok plin-plan yang mudah mengganti sikap soal dukungan capres. Dari Ganjar Pranowo ke Prabowo.
Sebagai informasi, Joman sebelumnya membentuk nama oraganisasi relawan Ganjar Pranowo Mania (GP Mania) dan mendukung Ganjar pada Pemilu 2024. Namun, GP Mania dibubarkan pada awal Februari ini dan secara otomatis tidak lagi mendukung gubernur Jawa Tengah tersebut.
“Ini sebenarnya penggodokan sudah lama sekali. Ada kita membahasnya sekitar 5 bulan yang lalu. Momentumnya memang pas sekarang,” kata Noel.
Noel tak menampik bila sikapnya di masa lalu yang anti Prabowo menjadi sejumlah pertanyaan. Dia menyebut Prabowo sudah terbuka dan merasa selesai soal masa lalu di Pemilu 2014 dan 2019. Noel pun memuji Prabowo sebagai sosok luar biasa dan mau menerima walau masa lalu ada di posisi yang berbeda.
“Tadi kita diskusi luar biasa dan banyak sekali. Perlu kita ketahui bahwa Pak Prabowo adalah sosok pemimpin yang sangat patriotik. Bangsa ini tidak bisa hidup dari masa lalu,” kata dia.
Saat dikonfirmasi, apakah organisasi Noel ini bisa hidup berdampingan dengan kelompok pendukung Prabowo yang datang dari banyak kelompok muslim konservatif? Noel menjawab bahwa dalam demokrasi semua bebas memilih. Dia mengatakan ini adalah pilihannya dan menegaskan bahwa Prabowo adalah sosok nasionalis dan membiarkan orang untuk memilih sesuai kehendaknya.
“Kita demokratis, silakan memilih dengan keyakinannya masing-masing,” kata dia.
Bahkan sebagai bentuk keseriusan dari jelmaan relawan Joman, PM 08 siap menjadi organisasi berbadan hukum. Walaupun hingga saat ini belum tercatat dalam akta Kementerian Hukum dan HAM.
“Yang terpenting langkah kita ke depan bukan relawan lagi, kita bentuknya ormas sebagai tim pemenangan," tegasnya.
Bagian dari Pragmatisme Politik?
Berpindahnya dukungan Joman atau PM 08 dari Ganjar ke Prabowo menjadi hal yang aneh di mata analis sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun. Menurutnya secara jejak rekam, PM 08 sudah menjadi "musuh" bagi Prabowo selama dua kali pemilu. Namun mendadak berubah haluan hanya integritas dan strong leadership.
“Jadi jika kini ada salah satu relawan Jokowi yang mendukung Prabowo, saya melihatnya itu aneh. Nampak terlihat begitu pragmatis," kata Ubeid.
Pragmatisme pendukung Jokowi ini disebut oleh Ubeid sebagai "kutu loncat" karena pilihannya sangat menunjukkan rasional pragmatis. Dia berpesan kepada Prabowo agar berhati-hati dalam menerima dukungan. Karena PM 08 sebagai organisasi relawan tidak memiliki basis data yang jelas terkait pendukungnya.
“Sayangnya saya belum pernah melihat basis masa Joman dalam skala yang besar dan cukup terorganisir solid," ungkapnya.
Ubeid juga mengungkapkan, dengan diterimanya PM 08 dalam barisan pendukung Prabowo, maka akan ada kelompok yang kecewa dengan pilihan tersebut. Terutama dari para pendukung Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019.
“Bisa juga jadi musibah karena bisa menjadi beban psikologis di dalam barisan pendukung Prabowo yang menimbulkan banyak tanda tanya," terangnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengingatkan, bahwa PM 08 tidak memiliki kekuatan politik dalam penentuan capres. Karena sejatinya yang bisa menentukan bakal capres hanya partai politik dengan ambang batas presidential threshold 20 persen.
“Relawan ini tidak bisa melengkapi syarat untuk presidential threshold. Karena yang bisa melakukan hanya partai. Bukan kelompok relawan," ungkapnya.
Oleh karena itu, Adi Prayitno mengingatkan kepada Prabowo jangan sampai karena menerima relawan lalu melepas kawan koalisinya, yaitu PKB. Karena hanya dengan PKB, Prabowo bisa maju menjadi capres.
“Saat ini yang terpenting bagi PKB [dan Prabowo] adalah mengamankan tiket pencapresan,” kata dia.
Beralihnya pendukung Jokowi dari Ganjar ke Prabowo juga menjadi irisan yang patut diperhitungkan. Karena sebelumnya, Prabowo selalu bersaing dengan Anies Baswedan dalam perebutan konstituen suara, tapi kini dia harus bersaing dengan Ganjar untuk merebut basis massa Jokowi.
“Saya pikir ke depan terjadi pergeseran segmen pemilih bagi Prabowo Subianto di mana kalangan muslim konservatif sepertinya akan lebih mendukung Anies. Tentu melihat potensi pergeseran ini, kekosongan itu bisa diisi dengan kelompok relawan itu," kata peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz