Menuju konten utama

Tolak Omnibus Law, BEM SI Perkirakan 5.000 Massa Demo Istana Kamis

BEM SI memperkirakan ada 5.000 massa aksi yang akan menggeruduk Istana Negara menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Tolak Omnibus Law, BEM SI Perkirakan 5.000 Massa Demo Istana Kamis
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi menyampaikan tuntutan kepada anggota DPR terpilih periode 2019-2024 saat unjuk rasa di sekitar Gedung DPR-RI, Selasa (1/10/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) akan melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis, 8 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB untuk mendesak pemerintah mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja (Ciptaker) yang telah disahkan.

“Fokus kami menekan Presiden Jokowi agar mendengar aspirasi kami yaitu menolak Omnibus Law," kata Koordinator Pusat Aliansi BEM SI, Remy Hastian, kepada Tirto, Rabu (7/10/2020).

Tak hanya itu, BEM SI juga mendesak Presiden Jokowi untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undangan (Perppu) untuk membatalkan Omnibus Law UU Ciptaker.

"Kami mendesak Presiden mengeluarkan Perppu, arahnya ke sana. Fokus kami bagaimana presiden nolak dulu," kata dia.

Remy mengklaim, diperkirakan akan ada 5.000 massa aksi yang nantinya akan menggeruduk Istana Negara. Sejumlah massa aksi itu terdiri dari 20 kampus di Jakarta yang berada di dalam organisasi BEM SI.

"Diperkirakan besok bisa tembus 5.000-an massa kalau dilihat dari antusiasme publik. Antusiasme kampus banyak ya, kalau di Jakarta sekitar 20-an, nanti mereka mengirimkan mahasiswanya," ucapnya.

Selain di Jakarta, dia mengaku terdapat 50 kampus di seluruh Indonesia yang juga akan menggelar aksi serupa di daerah mereka masing-masing.

"Mereka bisa bawa masa banyak untuk aksi besok di daerah mereka," tuturnya.

BEM SI menilai, pengesahan UU Ciptaker pada Senin 5 Oktober 2020 kemarin menjadi hari duka dan penghianatan, sekaligus jadi simbol atas matinya hati nurani para Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah terhadap rakyat Indonesia.

Kata Remy, saat hati rakyat telah tersakiti, buruh menjadi korban atas kerakusan para penguasa dan oligarki, pendidikan, perekonomian, kesehatan dan segala aspek kehidupan dikebiri,

"Maka sampaikanlah keseluruh pelosok negeri, bahwa demokrasi kita telah mati," tegas dia.

Remy juga mengundang mahasiswa lainnya untuk bergabung dalam aksi unjuk rasa besok, baik di Istana Negara, maupun daerah mereka masing-masing untuk menolak Omnibus Law Cipta Kerja melalui pesan berantainya dan media sosial BEM SI.

Pada ajakan tersebut, Remy menyertakan nomor handphone pribadinya untuk dijadikan narahubung. Namun sayangnya, dia mengaku sejak sekitar pukul 11.00 WIB tadi nomor handphonenya tidak bisa digunakan.

"Sepertinya nomor saya di-hack, sampai sekarang enggak bisa digunakan. Tadi sudah diurus sih, katanya suruh tunggu tujuh jam," terangnya.

Baca juga artikel terkait DEMO TOLAK UU CIPTAKER atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz