tirto.id - Tembang pupuh ginanti menjadi salah satu jenis tembang sekar alit yang berkembang pada masyarakat Bali. Berikut ini contoh teks tembang pupuh ginanti dalam bahasa Bali, jumlah padalingsa, beserta artinya.
Peninggalan kesusastraan Bali berdasarkan bentuknya dikelompokkan menjadi 3. Ketiga kelompok tersebut meliputi gancaran, tembang, dan palawakya. Tidak berhenti di situ, tembang Bali masih dibagi lagi menjadi empat jenis. Salah satu dari keempat jenis tembang Bali itu adalah sekar alit.
Sekar alit merupakan tembang yang berisi tentang kehidupan sehari-hari, keindahan alam, atau isu-isu sosial di masyarakat. Sekar alit disebut juga sebagai pupuh, geguritan atau tembang macapat. Adapun beberapa jenis-jenis tembang sekar alit Bali adalah sebagai berikut:
- Pupuh Sinom
- Pupuh Ginada
- Pupuh Durma
- Pupuh Dangdang
- Pupuh Pangkur
- Pupuh Ginanti
- Pupuh Semarandana
- Pupuh Pucung
- Pupuh Megatruh
- Pupuh Gambuh
- Pupuh Demung
- Pupuh Adri.
Lantaran sekar alit termasuk karya sastra geguritan, terdapat sistem konvensi yang mengikatnya. Mengutip peneltian I Wayan Kotaniartha yang berjudul "Makna Pesan Moral Lirik Lagu Tradisional Bali (Sekar Alit) dalam Membentuk Karakter Anak (Studi Kasus pada Widya Sabha Desa Punggul Kabupaten Badung Bali", geguritan dibentuk oleh pupuh-pupuh.
Secara singkat, pupuh dapat dipahami sebagai bentuk puisi tradisional yang terdapat di kebudayaan Bali, Jawa, dan Sunda. Ada aturan yang mengikat pupuh-pupuh tersebut, yaitu padalingsa. Kata "pada" bisa diartikan banyaknya bilang suku kata dalam satu carik/baris kalimat.
Sementara itu, "lingsa" ialah perubahan suara a,i,u,e,o pada suku kata terakhir setiap kalimat atau baris. Selain itu, sekar alit juga bisa disebut macapat. Dalam bahasa Jawa, macapat merupakan sistem pembacaan syair tembang atas empat-empat suku kata. Macapat juga dianggap sebagai pupuh (rangkaian tembang) dalam kebudayaan Bali.
Makna Pupuh Ginanti & Pesan Moral
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, ginanti adalah salah satu jenis pupuh Bali. Pupuh ginanti populer di masyarakat Bali karena dipelajari peserta didik di sekolah dalam mata pelajaran bahasa Bali maupun agama Hindu.
Pupuh ginanti memiliki padalingsa 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i. Berikut ini contoh lirik pupuh ginanti dalam bahasa Bali:
Saking tuhu manah guru
Mituturin cening jani
Kaweruhe luir senjata
Ne dadi prabotan sai
Ka anggen ngaruruh merta
Seenun ceninge ceninge urip
Berikut terjemahan Pupuh Ginanti di atas dalam bahasa Indonesia:
Sang Guru dengan penuh perhatian dan kesungguhan
Memberikan petuah pada muridnya
Pengetahuan itu bagaikan senjata
Yang dapat dipergunakan sehari-hari
Terutama untuk menyambung hidup,
mencari penghidupan selagi kamu masih hidup
Pupuh ginanti di atas mengandung makna seorang guru yang menasihati muridnya terkait pentingnya pengetahuan. Pengetahuan diibaratkan sebuah senjata dalam hidup yang berguna untuk mencari nafkah. Selain itu, pupuh gambuh menyiratkan belajar tidak mengenal batas waktu dan usia.
Di sisi lain, pupuh ginanti di atas membawa pesan moral kepada murid supaya rajin belajar sehingga memiliki pengetahuan yang cukup untuk bekal hidup. Tanpa ilmu pengetahuan, seseorang bagaikan hidup tanpa penglihatan.
Kebodohan merupakan musuh manusia yang paling utama. Karena itu, kebodohan mesti diperangi. Apabila dihubungkan dengan pemaknaan Pupuh Ginanti, seorang anak diharapkan untuk selalu belajar tanpa kenal waktu.
Dalam pertumbuhan menunju manusia dewasa, seorang anak harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri. Jadikan setiap buku adalah ilmu, sementara setiap orang adalah guru. Jika hal ini dilakukan terus menerus, maka akan membentuk karakter seorang anak sebagai pembelajar.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Ahmad Yasin & Yulaika Ramadhani