tirto.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku pemerintah saat ini sedang mengkaji pajak 900 komoditas guna menekan laju impor.
Pemerintah berencana menaikkan tarif PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 22 pada 900 komoditas tersebut serta menyiapkan penggantinya yang merupakan produk buatan dalam negeri.
“Kami tengah mengidentifikasi barang-barang konsumsi impor yang selama ini kena PPh Pasal 22. Kami melakukan evaluasi secara menyeluruh dengan Menteri Perdagangan,” kata Sri Mulyani di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta pada Jumat (24/8/2018).
Pengenaan tarif untuk PPh Pasal 22 saat ini bervariasi. Kisarannya mulai dari 2,5 persen sampai dengan 7,5 persen. Adanya penyesuaian tarif pajak, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan kebijakan supaya laju impor bisa dikendalikan secara optimal.
Sementara itu dalam mencari substitusi komoditas impor yang dimaksud, pemerintah bakal memastikan kesiapan dari industri dalam negeri.
“Terutama para UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), kami akan melakukan langkah yang sangat tegas untuk mengendalikan [impor] barang konsumsi tersebut,” ujar Sri Mulyani.
Saat disinggung mengenai hasil dari evaluasi yang saat ini tengah dilakukan, Sri Mulyani memperkirakan kajian tersebut bisa disampaikan ke masyarakat pada awal September 2018. Ia menyebutkan bahwa pemerintah setidaknya masih butuh 1-2 minggu lagi untuk merinci komoditas apa saja, serta mempertimbangkan dampaknya.
Pemerintah saat ini memang sedang jor-joran untuk mengupayakan agar laju impor tidak lebih besar ketimbang laju ekspor. Dampak dari tingginya laju impor itu ialah semakin melebarnya defisit neraca perdagangan barang dan jasa (transaksi berjalan).
Target pemerintah sampai dengan akhir tahun ini sendiri adalah menjaga inflasi di angka 3,5 persen. Tingginya laju impor yang terjadi turut dinilai Sri Mulyani dapat memengaruhi tingkat inflasi Indonesia ke depannya, mengingat proyeksi untuk tahun depan masih berada di level 3,5 persen plus minus 1 persen.
“Kami akan berfokus pada inflasi volatile food dan inflasi yang berasal dari nilai tukar. Apa yang menjadi langkah kita depan agar imported inflation tidak memicu terjadinya inflasi,” ungkap Sri Mulyani.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora