Menuju konten utama

Tantang Kivlan Sumpah Pocong, Wiranto: Sudah Cukup Saya Komentari

Menkopolhukam Wiranto menolak berkomentar lanjut terkait tantangan sumpah pocong kepada mantan Kepala Staf Kostrad Kivlan Zen dan Prabowo Subianto tentang dirinya yang tak terlibat dalam kerusuhan 1998.

Tantang Kivlan Sumpah Pocong, Wiranto: Sudah Cukup Saya Komentari
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menolak berkomentar terkait dirinya yang menantang mantan Kepala Staf Kostrad Kivlan Zen dan Capres nomor 02 Prabowo Subianto melakukan sumpah pocong untuk membuktikan dirinya tak terlibat dalam kerusuhan 1998.

Wiranto mengatakan, saat ini dirinya lebih konsentrasi mengurusi bangsa dan Pemilihan Umun (Pemilu) 2019 dibandingkan sumpah pocong yang sebelumnya pernah ia lontarkan.

"Sudah cukup saya komentari itu. Kita pemilu gini, semua sedang konsentrasi ke bangsa, bukan ke urusan-urusan seperti ini. Saya sudah jawab, cukup," ujarnya usai Laporan Akhir Tahun (Laptah) Mahkamah Agung (MA) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (27/2/2019).

Purnawirawan Jendral TNI itu sebelumnya menantang Kivlan dan Prabowo melakukan sumpah pocong terkait kerusuhan 1998.

“Oleh karena itu saya berani untuk sumpah pocong saja, 98 itu yang menjadi bagian dari kerusuhan itu saya atau Prabowo dan Kivlan Zein? sumpah pocong kita. Siapa yang sebenarnya dalang kerusuhan itu, biar terdengar ke masyarakat, biar jelas masalahnya, jangan asal menuduh saja,” kata Wiranto melalui keterangan tertulis, Selasa (26/2/2019) lalu.

Dirinya menuding Kivlan sebagai sosok yang gemar memberikan pernyataan-pernyataan ngawur.

“Sudah jelas 1998 itu sumber kerusuhan mengarah kepada institusi mana, sudah mengarah kepada figur-figur di mana, itu ada di sana,” kata Wiranto.

Menurut Wiranto, dirinya hanya melakukan berbagai langkah persuasif, edukatif, kompromi, dan dialogis dengan orang-orang reformis pada kerusuhan 1998. Berbagai langkah itu, kata dia, untuk mencegah kekacauan dan kerusuhan nasional yang akan merugikan bangsa Indonesia.

“Bukan saya sebagai dalang kerusuhan, saya justru mencegah kerusuhan terjadi dan ternyata tiga hari saya sudah mampu untuk mengamankan negeri ini. Tanggal 13 Mei terjadi penembakan di Trisakti pagi, siang sudah terjadi kerusuhan di Jakarta, tanggal 14 Mei kerusuhan memuncak, 14 malam saya kerahkan pasukan dari Jawa Timur dengan airlift masuk Jakarta sehingga 15 pagi Jakarta sudah aman dan seluruh wilayah nasional sudah aman,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno