Menuju konten utama

Tak Bahas Pembunuhan Khashoggi, Raja Salman Janji Tegas Soal Hukum

Jamal Khashoggi adalah jurnalis asal Arab Saudi yang diduga tewas akibat "baku hantam" di Konsulat Saudi di Istanbul.

Tak Bahas Pembunuhan Khashoggi, Raja Salman Janji Tegas Soal Hukum
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud. FOTO/Reuters

tirto.id - Untuk pertama kalinya, Raja Salman berpidato usai kasus pembunuhan seorang jurnalis Jamal Khashoggi yang tewas di Istanbul bulan lalu. Dalam pidato tahunannya di Dewan Syuro Saudi, Raja Salman memang tidak secara langsung menyinggung kasus tersebut, tetapi ia mengatakan bahwa negaranya tidak akan pernah menyimpang dari keadilan.

"Kerajaan itu didirikan dengan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan Islam, dan kami bangga dengan upaya peradilan dan penuntutan publik," kata Raja berusia 82 tahun itu dalam pidato hari Senin (19/11), seperti dilansir BBC.

"Kami memastikan bahwa negara ini tidak akan pernah menyimpang dari penerapan hukum," lanjut Salman.

Tidak hanya menyinggung soal keadilan, Raja Salman juga mengkritik Iran dalam pidatonya. "Masyarakat internasional harus bekerja untuk mengakhiri program nuklir Iran dan menghentikan kegiatannya yang mengancam keamanan dan stabilitas."

Pidato singkat Raja Salman itu seakan untuk meyakinkan orang-orang bahwa sistem hukum di Saudi tidak berubah sejak kasus pembunuhan Khashoggi mencuat menyusul masifnya tekanan internasional yang ekstrem terhadap negara itu.

Arab Saudi sebelumnya telah membantah tudingan yang mengatakan bahwa putra mahkota mereka, Mohammed bin Salman alias MBS, terlibat dalam kematian Khashoggi.

Jamal Khashoggi adalah jurnalis asal Arab Saudi yang diduga tewas akibat "baku hantam" di Konsulat Saudi di Istanbul. Pernyataan ini untuk pertama kalinya dikeluarkan kerajaan Arab Saudi, Sabtu (20/10/2018) pagi, setelah dua pekan meninggalnya Khashoggi.

Pihak berwenang mengatakan 18 tersangka Saudi ditahan karena pembantaian dan pejabat intelijennya telah dipecat. Pernyataan Kerjaan Saudi di media lokal tersebut dirilis setelah lebih dari dua minggu Khashoggi memasuki konsulat Saudi di Istanbul.

Pada 2 Oktober lalu, Khashoggi tengah mengurus dokumen yang diperlukan untuk menikahi tunangannya warga Turki dan tak pernah kembali.

Sejak saat itu, Kerajaan Saudi terus menolak tudingan Turki bahwa Khashoggi dibunuh dan disiksa. Namun, tekanan dan komentar internasional yang terus meningkat mulai dari pejabat AS hingga Presiden Donald Trump tampaknya telah memaksa kerajaan untuk mengakui pembunuhan itu.

Satu pernyataan dari jaksa penuntut umum Arab Saudi mengatakan perkelahian terjadi antara Khashoggi dan orang-orang yang menemui dia di dalam Konsulat dan mengakibatkan kematiannya.

"Penyelidikan masih berlangsung dan 18 warga negara Arab Saudi telah ditangkap," menurut pernyataan media lokal dikutip Tirto dari Associated Press, Sabtu pagi.

Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa Kerajaan Saudi telah memecat Penasehat Pengadilan Kerajaan Saud Al-Qaftani dan Wakil Kepala Dinas Intelijen Ahmed Asiri yang dekat dengan lingkaran Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.

Para pejabat Turki telah mengatakan, mereka percaya Khashoggi, pengeritik Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, tewas di dalam gedung Konsulat. Arab Saudi sebelumnya telah membantah tuduhan itu dan mengatakan Khashoggi "telah meninggalkan gedung tersebut tak lama setelah ia memasukinya".

Raja Salman juga memerintahkan pembentukan satu komite tingkat menteri yang dipimpin oleh putra mahkota untuk menata kembali dinas intelijen, menurut media negara. Para penyidik telah menemukan sampel dari pencarian di kedua gedung itu untuk dianalisis guna menemukan jejak DNA Khashoggi.

Turki menyatakan negara tersebut tidak membagikan rekaman audio apa pun yang mendokumentasikan kemungkinan tewasnya Khashoggi di dalam Konsulat Arab Saudi, untuk membantah laporan bahwa Turki telah membagikan rekaman audio kepada PBB.

Baca juga artikel terkait KASUS KEMATIAN JAMAL KHASHOGGI atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Hukum
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto