Menuju konten utama

Soal Jamal Khashoggi, Pangeran Salman Sebut Itu Kejahatan Keji

MBS menyatakan akan bekerja sama dengan Turki dalam penyelidikan kasus pembunuhan Khashoggi.

Soal Jamal Khashoggi, Pangeran Salman Sebut Itu Kejahatan Keji
Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menghadiri rapat kabinet di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (28/11/2017). ANTARA FOTO/Saudi Press Agency/Handout via REUTERS

tirto.id - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau MBS buka suara soal kematian jurnalis Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki. MBS menyebut pembunuhan Khashoggi adalah kejahatan "keji" dan "menyakitkan untuk semua orang Saudi".

Pernyataan itu merupakan yang pertama kali diucapkan MBS soal Khashoggi yang dinyatakan hilang di dalam konsulat pada 2 Oktober lalu. MBS menyampaikannya dalam forum bisnis internasional, Future Investment Initiative yang digelar pada Rabu (24/10/2018) waktu setempat.

Banyak pejabat dan pimpinan yang tak hadir dalam forum bisnis yang digelar Saudi itu, usai kematian Khashoggi. Namun, dalam forum, pangeran berusia 33 tahun ini mendapat tepuk tangan dan sambutan meriah setelah ia berpidato tentang kematian Khashoggi.

Seperti diwartakan Associated Press, MBS mengatakan bahwa pihak Saudi akan bekerja sama dengan Turki dalam penyelidikan Khashoggi. Para peserta yang hadir di forum mengapresiasi ketegasan dan keberanian yang ditunjukkan MBS dalam pidatonya

"Peristiwa yang terjadi sangat menyakitkan bagi semua orang Saudi, terutama karena dia adalah warga negara Saudi. Saya kira itu juga menyakitkan bagi siapa pun di dunia," ujar MBS.

"Ini adalah tindakan keji yang tidak dapat dibenarkan," tambahnya sebelum memperingatkan siapa pun untuk jangan mencoba "memanipulasi situasi" antara Riyadh dan Ankara.

"Aku berpesan untuk mereka: mereka tidak akan bisa melakukan itu semua selama ada seorang raja bernama Salman bin Abdul-Aziz dan seorang putra mahkota bernama Mohammed bin Salman, dan seorang Presiden Turki bernama Erdogan," ujarnya diiringi tepukan tangan hadirin.

Erdogan pada Selasa lalu membantah pernyataan Saudi yang menyebut Khashoggi meninggal secara tidak sengaja karena "baku hantam". Ia menyebut kematian Khashoggi telah direncanakan oleh pejabat setempat berhari-hari sebelumnya.

"Kami bertekad untuk tidak membiarkan pembunuhan itu ditutup-tutupi dan bagi mereka yang bertanggung jawab-dari yang memberi perintah hingga mengeksekusinya-jangan melarikan diri dari keadilan," ujar Erdogan di Ankara pada Rabu (24/10/2018).

Erdogan mengatakan, 15 orang pejabat Saudi terbang ke Istanbul sesaat sebelum kedatangan Khashoggi ke konsulat. Para pejabat Turki mengatakan, 15 orang itu terdiri dari pejabat Saudi termasuk pengawal MBS yang kerap ikut ke luar negeri.

Arab Saudi menyatakan telah menangkap 18 warga Saudi dan memecat lima pejabat tinggi, beberapa di antaranya bekerja langsung di bawah Putra Mahkota. Media lokal Turki telah mempublikasikan foto dari CCTV yang menunjukkan kendaraan milik Konsulat Saudi yang disebut-sebut mengintai hutan di pinggiran Istanbul sebelum pembunuhan itu.

Pembunuhan jurnalis The Washington Post berusia 60 tahun itu telah menghebohkan dunia internasional karena kecurigaan ada keterlibatan Putra Mahkota di dalam pembunuhan itu.

Khashoggi, sebelum kematiannya kerap mengkritik penindasan dan kekerasan yang dilakukan MBS terhadap perbedaan pendapat dan demokrasi. Associated Press menyebut, puluhan aktivis Saudi, penulis, ulama, bahkan para wanita ditahan karena menyuarakan pendapatnya soal kebijakan MBS.

Para imam di Arab yang tak sependapat dengan cara MBS menjalankan pemerintahan atau yang menolak tunduk pada otoritas kerajaan dijebloskan ke penjara. Kebijakan tangan besi juga berlaku pada aktivis dan akademisi yang vokal terhadap isu-isu pelanggaran hak asasi manusia.

Baca juga artikel terkait PEMBUNUHAN JURNALIS atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra