tirto.id - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survey terbaru mengenai opini publik Indonesia terkait isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI), pada Rabu (30/9/2020) sore. Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abas mengatakan pihaknya melakukan survey sepanjang 23 sampai 26 September 2020.
Abas mengatakan hasil survei pihaknya menunjukkan bahwa dari total responden yang diwawancarai, terdapat 36 persen yang mengetahui bahwa saat ini ada isu kebangkitan PKI. Sedangkan 64 persen sisanya mengaku tidak tahu.
Ia menambahkan, dari total responden yang tahu, terdapat 38,7 persen—atau 14 persen dari total populasi—mengaku setuju dengan isu kebangkitan PKI. Sedangkan 60,6 persen—atau 22 persen dari total populasi—mengaku tidak setuju dengan isu itu.
“Itu artinya, pada September 2020 terhadap 14 persen populasi yang mengaku tahu dan setuju,” kata Abas dalam paparannya saat konferensi pers, Rabu sore.
Kata Abas, temuan survei nasional yang dilakukan pihaknya sepanjang Juni 2016 sampai September 2019 memperlihatkan data bahwa warga yang setuju dengan isu kebangkitan PKI hanya berkisar 10-16 persen dan tak banyak mengalami perubahan.
Dari 14 persen populasi yang mengaku tahu dan setuju dengan adanya kebangkitan PKI, sebanyak 79 persen—atau 11 persen dari populasi—menilai bahwa PKI sudah menjadi ancaman nyata. Dan dari 11 persen yang menilai PKI sudah menjadi ancaman nyata, umumnya, 69 persen—atau 8 persen dari populasi—mereka merasa bahwa Pemerintah tidak tegas sama sekali atas ancaman kebangkitan tersebut.
Di ranah kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok, SMRC juga menemukan data survei bahwa 47 persen responden setuju bahwa kerjasama antara dua negara itu adalah untuk murni bisnis yang saling menguntungkan dan tak ada kaitannya sama sekali dengan paham komunisme.
“Sementara 26 persen setuju dengan pendapat kerjasama Indonesia dan Tiongkok dapat menghidupkan kembali paham komunisme dan PKI di Indonesia,” kata Abas.
SMRC juga rilis analisis peta demografi dari subjek-subjek yang menjadi responden dalam isu kebangkitan PKI. Abas mengatakan tingkat kesadaran (awareness) terhadap isu kebangkitan PKI lebih tinggi di kelompok laki-laki di perkotaan yang tinggal di Sulawesi, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Dari mereka yang sadar, tingkat kesetujuan terhadap isu itu lebih tinggi di kelompok laki-laki yang tinggal di Bali, Nusa Tenggara Timur dan Barat, dan Sumatera
“Berikutnya, kesadaran isu kebangkitan PKI lebih tinggi oleh warga pendidikan tinggi. Dari yang sadar, tingkat kesetujuan lebih tinggi di kelompok berpendidikan SLTP-SLTA,” kata Abas.
Pada kategori yang lain, kesadaran isu kebangkitan PKI lebih tinggi di kelompok beragama Islam dan beretnis Minang. Dari yang sadar tersebut, tingkat kesetujuan terhadap isu kebangkitan PKI lebih tinggi di kelompok agama Islam dan beretnis Betawi dan Minang.
“Di ranah elektoral, kesadaran terhadap isu kebangkitan PKI lebih tinggi di kelompok pemilih PKS. Dari yang sadar, tingkat kesetujuan isu kebangkitan PKI lebih tinggi di kelompok pemilih Nasdem. Dan juga, kesadaran dan tingkat kesetujuan isu kebangkitan PKI lebih tinggi di pemilih Prabowo-Sandi dibanding Jokowi-MA,” tambahnya.
Survei yang berjudul “Sikap Publik Atas Isu Kebangkitan PKI” tersebut dilakukan terhadap 1.203 responden yang dipilih secara acak, menggunakan metode random sampling. Margin of Error (MoE) diperkirakan kurang lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Restu Diantina Putri