tirto.id - Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean, merespons isu munculnya hasil survei dari Precision Public Policy Polling (PPPP), sebuah lembaga survei yang diklaim berasal dari Amerika Serikat.
Dalam survei tersebut menunjukkan kemenangan Prabowo atas Jokowi.
Ferdinand menilai, alasan mengapa PPPP ikut melakukan survei karena ia menilai sudah banyak fenomena yang tidak benar muncul menjelang Pemilu 2019.
"Artinya bahwa politik kita sekarang sangat menarik bagi pihak asing, bagi dunia luar, mengapa mereka harus menjadi merasa perlu untuk turun melakukan survei terkait dengan pemilu?," katanya saat dihubungi wartawan Tirto, Selasa (9/4/2019) siang.
"Karena mungkin saya duga pihak asing ini melihat gelagat-gelagat yang tidak baik dan tidak benar muncul di permukaan, kecurang-kecurangan muncul dipermukaan, sehingga mereka, apalagi Amerika yang terkenal dengan demokrasi yang cukup baik, merasa perlu untuk turut mengawal demokrasi, jadi bukan untuk perlu atau tidak perlu, tapi ini tanggung jawab moril dari sebuah lembaga survei yang harus mengawal demokrasi di setiap negara," lanjut Ferdinand.
Ferdinand menilai bahwa bukan saatnya lagi mempertanyakan perlu atau tidaknya sebuah lembaga asing ikut melakukan survei, tapi yang patut dicari tahu mengapa pihak asing turut terlibat melakukan survei di Indonesia terkait Pilpres 2019.
"Lembaga-lembaga survei yang selama ini dicurigai publik tidak jujur sedikit banyak harus berkaca dan malu jika membandingkan dengan hasil survei yang dilakukan PPPP dari Amerika," katanya.
Namun, Anggota Dewan Etik Persepsi Perhimpunan Survei Opini Publik, Hamdi Muluk justru mengatakan bahwa dirinya belum pernah mendengar lembaga survei yang di klaim berasal dari Amerika Serikat itu.
"Enggak pernah dengar saya [PPPP], karena sekarang [pemilu] banyak tiba-tiba [lembaga survei] yang baru. Saya bilang itu lembaga survei tibad alias tiba-tiba ada," ujar Hamdi kepada Tirto, Selasa (9/4/2019) sambil tertawa.
Dirinya pun mempertanyakan metodologi sampling apa yang digunakan oleh lembaga survei PPPP. Jika dari Amerika Serikat, kata Hamdi, kemungkinan melakukan survei melalui telepon.
"Pakai apa dia, telpon. Kalau telpon kan hanya ada di buku telpon saja [samplingnya]," ucapnya. Sehingga ia pun mengimbau sebelum percaya terhadap suatu lembaga survei, apalagi dari luar negeri, agar mencari tahu terlebih dahulu rekam jejaknya.
"Karena banyak lembaga survei yang hanya untuk menggiring opini masyarakat, datanya dibuat-buat saja," ucapnya.
Pada survei PPPP, disebutkan bahwa 54 persen responden menginginkan presiden baru dan yang masih menginginkan Joko Widodo kembali jadi presiden sebesar 37 persen.
Sementara sembilan persen responden tidak memberikan jawaban. Kemudian, ketika ditanyakan siapa kandidat yang akan dipilih jika pemilihan dilakukan saat survei dilaksanakan, 38 persen responden memiilih nama Joko Widodo (Jokowi). Sementara yang memilih Prabowo sebanyak 40 persen dan sisanya menyatakan belum dapat memutuskan.
Tirto berupaya mencari situs web resmi lembaga survei tersebut, tetapi hingga berita ini diturunkan, pencarian tersebut belum membuahkan hasil.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Nur Hidayah Perwitasari