tirto.id - Empat tokoh dianggap paling layak menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo di Pilpres 2019 berdasar hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Survei itu dilakukan pada 28 Juni-5 Juli 2018.
Survei yang melibatkan 1.200 responden itu menyimpulkan 4 nama yang dianggap sebagai kandidat ideal cawapres Jokowi adalah Airlangga Hartarto, Sri Mulyani, Tito Karnavian, dan Ma'ruf Amin.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengungkapkan empat nama tersebut muncul berdasar jawaban responden survei lembaganya soal cawapres ideal menurut bidang politik, ekonomi, hukum dan keamanan, serta pemuka agama.
"Untuk cawapres ideal Jokowi agar kuat di parlemen [...] nama Airlangga Hartarto menjadi pilihan teratas dengan elektabilitas 35,70 persen," ujar Adjie di kantornya, Jakarta, pada Selasa (10/7/2018).
Nama Airlangga sebagai cawapres ideal di bidang politik dibuntuti Muhaimin Iskandar (21,5 persen) dan Romahurmuzy (16 persen).
Pada bidang ekonomi, sosok cawapres ideal pendamping Jokowi pilihan responden adalah Sri Mulyani dengan dukungan 32,5 persen. Ia diikuti nama Susi Pudjiastuti (24,5 persen) dan Chairul Tanjung (17 persen).
"Ketiga, cawapres ideal Jokowi agar didukung aparat hukum dan keamanan [...] Hasilnya Jenderal Tito Karnavian menjadi cawapres terideal menurut publik dengan angka 32,6 persen," tutur Adjie.
Raihan dukungan untuk Kapolri Tito di kategori itu diikuti oleh Moeldoko (29 persen) dan Menko Polhukam Wiranto (25,7 persen).
Pada kategori cawapres ideal Jokowi dari kalangan pemuka agama berpengaruh, Ma'ruf Amin unggul dengan raihan dukungan 21 persen. Posisi kedua ditempati Din Syamsuddin (17,2 persen) dan TGH Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang alias TGB (12,3 persen).
LSI Denny JA juga meminta penilaian sejumlah ahli dari kawasan Indonesia Barat, Tengah, dan Timur ihwal kandidat cawapres ideal untuk Jokowi.
Hasilnya, muncul 5 nama yang dianggap bisa menjadi cawapres ideal untuk Jokowi yaitu Airlangga, Mahfud MD, Tito Karnavian, Moeldoko, dan Sri Mulyani.
"Survei menunjukkan, jika nama Jusuf Kalla dimasukkan, maka elektabilitasnya cukup mentereng. Namun, ada aturan terkait larangan wapres dua periode dalam konstitusi," ujar Adjie.
Survei LSI Denny JA ini memakai metode wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Margin of Error pada survei itu sebesar kurang lebih 2,8 persen. Survei dilakukan di 33 provinsi dan dibiayai sendiri oleh lembaga itu.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Addi M Idhom