Menuju konten utama

Suriah Bantah Pakai Senjata Kimia di Medan Pertempuran

Kementerian Luar Negeri Suriah pada Rabu (26/10) membantah isu yang menyebutkan pasukan pemerintah menggunakan senjata kimia selama pertempuran di negara yang dilanda perang itu. Pernyataan kementerian tersebut menjawab tudingan laporan PBB dan Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang menyebutkan pasukan Suriah melancarkan serangan gas ke gerilyawan di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah pada Maret 2015.

Suriah Bantah Pakai Senjata Kimia di Medan Pertempuran
Seorang anak yang terluka terlihat di sebuah rumah sakit darurat setelah serangan udara oleh pasukan yang loyal terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad di Douma Timur Al-Ghouta, dekat Damaskus, Suriah, Minggu (15/3). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammed Badra.

tirto.id - Kementerian Luar Negeri Suriah pada Rabu (26/10) membantah isu yang menyebutkan pasukan pemerintah menggunakan senjata kimia selama pertempuran di negara yang dilanda perang itu. Pernyataan kementerian tersebut menjawab tudingan laporan PBB dan Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang menyebutkan pasukan Suriah melancarkan serangan gas ke gerilyawan di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah pada Maret 2015.

"Pemerintah Suriah membantah semua tuduhan di dalam laporan itu, menekankan komitmennya pada semua janji yang dibuat ketika Suriah bergabung dengan kesepakatan Konvensi Senjata Kimia," kata kementerian sebagaimana dikutip Antara dari Xinhua, Kamis (27/10/2016).

Kementerian menyatakan Pemerintah Suriah telah berulang kali membantah semua tuduhan Barat dan terkait isu penggunaan senjata kimia dalam perang melawan gerilyawan.

Penggunaan senjata kimia menjadi polemik dalam beberapa tahun belakangan, dan pemerintah serta gerilyawan saling melempar tuduhan.

Namun akibat pertempuran sebanyak 1.400 orang dilaporkan tewas ketika beberapa daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggiran Ibu Kota Suriah, Damaskus, diserang oleh roket yang berisi bahan kimia sarin pada 21 Agustus 2013. Gara-gara peristiwa ini oposisi dan Pemerintah Suriah saling melempar tuduhan.

Pada tahun yang sama, serangan bahan kimia dilancarkan ke Kota Al-Asal, yang saat itu dikuasai pemerintah, di pinggiran Aleppo, yang membuat beberapa prajurit Suriah dan warga sipil tewas atau menderita sesak nafas. Pemerintah menuduh gerilyawan, yang pada gilirannya membantah tuduhan itu.

Pada Oktober 2013, pejabat OPCW tiba di Suriah untuk memantau perlucutan simpanan senjata kimia Suriah, setelah Damaskus secara resmi bergabung dengan Konvensi Pelarangan Senjata Kimia.

OPCW belakangan mengatakan pemerintah telah membuat instalasi produksi senjata kimianya tak beroperasi.

Perlucutan simpanan senjata kimia Suriah dilakukan setelah dicapainya kesepahaman antara Amerika Serikat dan Rusia, tanda pertama mengenai konsensus antara kedua negara adidaya mengenai konflik Suriah. Sejak itu, laporan mengenai serangan senjata beracun kadangkala muncul.

Berkaitan dengan persoalan itu, Amerika Serikat pada Sabtu pekan lalu dikabrkan telah mengutuk penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah. Tuduhan itu dilayangkan Gedung Putih setelah penyelidikan internasional menemukan adanya gas beracun dalam perang sipil Suriah, demikian The Guardian.

Baca juga artikel terkait SURIAH atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Politik
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH