tirto.id - Banyak orang melakukan berbagai macam diet dan olahraga untuk mendapatkan bentuk serta berat badan ideal. Namun, olahraga dan diet butuh konsistensi untuk dijalankan sebelum akhirnya berbuah hasil, dan tak semua orang punya ketahanan itu. Celah inilah yang kemudian membikin beragam produk pelangsing dan suplemen nutrisi hingga kini laris di pasaran.
Herbalife adalah salah satu suplemen nutrisi populer yang banyak digunakan di seluruh dunia. Produk tersebut menawarkan klaim khasiat yang mampu menurunkan berat badan namun mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Hanya dengan minum beberapa gelas Herbalife maka perut dijamin kenyang dan nafsu makan jadi berkurang.
Thalia, 23 tahun, merupakan salah satu konsumen yang pernah menguji keampuhan Herbalife. Tata, begitu perempuan ini karib disapa, tertarik menjajal karena melihat rekannya berhasil menurunkan indeks massa tubuh dengan bantuan suplemen tersebut. Selama dua bulan, setiap harinya ia mengonsumsi dua gelas Herbalife sebagai pengganti makan berat.
“Dosisnya 2 sendok makan dicampur 250-300 cc air. Aku makan nasi cuma siang hari aja. Dalam dua bulan bisa turun 5 kg,” ujar perantau asal Surabaya ini.
Membahayakan Liver
Namun, di balik khasiat yang mampu membikin kenyang dan melangsingkan tubuh, konsumsi produk-produk tersebut mengandung risiko yang membahayakan tubuh. Penelitian oleh Victor Navarro, dkk. berjudul “Liver Injury from Herbal and Dietary Supplements” (2017) menyebut ada 85 kasus suplemen yang berkaitan dengan faktor penyebab cedera liver. Sebanyak 14 kasus (16 persen) berasal dari produk herbal ternama seperti teh hijau, kratom, dan black cohosh.
Ada pula 7 kasus (8 persen) cedera liver dari campuran herbal tradisional, seperti ramuan cina, ramuan Korea, obat Ayurvedic. Sebanyak 6 kasus (7 persen) dari vitamin atau mineral sederhana atau suplemen makanan, misal niasin, multivitamin, levokarnitin, dan sisanya 58 kasus (68 persen), adalah karena suplemen nutrisi. Termasuk di antaranya Slimquick 6 kasus, Herbalife 4 kasus, Hydroxycut 4 kasus, Move Free 2 kasus, dan Airborne 2 kasus.
Khusus Herbalife, produk ini mendapat banyak peringatan dari berbagai negara, salah satunya Spanyol yang memberi peringatan sejak 2008. Konsumsi produk Herbalife dalam penelitian yang dilakukan oleh Manso G, dkk. dari Fakultas Farmasi Universitas Oviedo, Spanyol (2011) menyebut adanya hubungan antara produk Herbalife dengan kerusakan liver (hepatotoksisitas).
Para peneliti mengambil data dari Pusat Data Spanish Pharmacovigilance Centre tahun 2003-2010. Laporan itu secara spesifik menerangkan kejadian kerusakan liver akibat konsumsi produk Herbalife. Dari 20 laporan yang ditemukan, sebanyak 12 pasien (60 persen) membutuhkan rawat inap, sembilan (53 persen) pasien mengalami penyakit kuning, satu pasien mendapat sirosis, sementara lainnya sembuh.
Kasus Baru di Asia
Seorang perempuan berusia 24 tahun di India mengonsumsi tiga produk Herbalife yang dibeli dari klub nutrisi setempat. Tak ada penggunaan obat lain sebelum dan selama konsumsi Herbalife. Dalam periode dua bulan, ia kehilangan nafsu makan secara drastis, diikuti penyakit kuning dan pruritus (gatal di tubuh). Dua belas hari kemudian, penyakit kuningnya memburuk dan ia dirujuk melakukan transplantasi liver, tapi perempuan itu keburu meninggal dalam masa tunggu operasi.
“Pemeriksaan darah menunjukkan hepatitis virus akut dan kronis,” tulis studi kasus yang terbit di Jurnal Clinical and Experimental Hepatology (2019).
Peneliti dalam studi tersebut akhirnya menghimpun data dari delapan sampel Herbalife yang dijual di India. Hasilnya menunjukkan kontaminasi logam berat, senyawa beracun, zat psikotropika, dan kontaminasi bakteri patogen dalam produk tersebut. Sebanyak 75 persen sampel mengandung tingkat logam berat tinggi dan senyawa toksik yang tidak diungkapkan produsen, termasuk jejak agen psikotropika.
Pada analisis mikroba, bakteri DNA diisolasi dari 63 persen sampel. Analisis RNA mengungkapkan beberapa komunitas bakteri, termasuk spesies yang sangat patogenik dalam produk Herbalife. Misalnya genera berbahaya Escherichia (E. coli), Klebsiella, Acinetobacter, dan Streptococcus. Peneliti juga menemukan zat potensial lain yang meracuni liver seperti glukosamin dan hidrazin. Terakhir, sebanyak seperempat sampel ditemukan mengandung butyrolactones (BL).
Senyawa tersebut merupakan jenis obat yang dilarang disalahgunakan. Komite Pakar PBB untuk Ketergantungan Obat (CND) mengklasifikasikan BL hanya untuk keperluan industri kimia, sementara Badan Pangan dan Obat-obatan AS (FDA) melarang penggunaan dalam zat makanan. Pada 2016, The United States Federal Trade Commission bahkan menyebut Herbalife sebagai bentuk penipuan berkedok hidup sehat.
“Kejadian toksisitas hati diperkirakan mencapai 25-30 kasus per 100.000 konsumen produk Herbalife,” tulis peneliti.
Tanggapan Herbalife
Sementara itu, menanggapi laporan soal kerusakan liver yang terjadi di banyak negara, Herbalife mengelak dengan mengatakan bahwa dalam peringatan produk, tak ada bahan tertentu yang membikin kerusakan liver. Herbalife mendaku punya mekanisme pelaporan yang akan ditangani secara terbuka dengan komunitas medis. Meski begitu, mereka tak menampik adanya laporan kecil terhadap efek samping serius kelainan fungsi liver.
“Selama lebih dari 28 tahun, puluhan juta konsumen Herbalife di seluruh dunia menggunakan produk Herbalife dengan aman dengan insidensi yang sangat rendah dari kelainan fungsi hati,” tulis Herbalife dalam laman resminya, menanggapi peringatan efek samping konsusmsi Herbalife dari Menteri Kesehatan Spanyol di tahun 2008 lalu.
Manager Corporate Communications Herbalife Nutrition Indonesia, Intan Pratiwi Darmawanti, juga menyatakan pihaknya menjamin keamanan produk Herbalife yang dijual di Indonesia dan 94 negara lainnya. Herbalife, menurut Intan, memiliki program pengujian rutin di India setiap enam bulan sekali dan selalu mematuhi kualitas serta keamanan produk yang diatur di setiap negara konsumen. Penelitian internal mereka juga menyatakan bahwa produk tersebut aman dan mematuhi peraturan keselamatan pemerintah India.
"Setiap hari, jutaan konsumen menggunakan produk Herbalife Nutrition secara aman di seluruh dunia ... dan tidak ada hepatotoksin pernah ditemukan dalam produk kami," katanya kepada Tirto.
Editor: Maulida Sri Handayani