tirto.id - Valeria Levitin begitu terobsesi menjadi model. Ia pun berdiet ketat agar penampilannya bisa sempurna. Bertahun-tahun ia menjalani diet ketat. Hasilnya ternyata bukan tubuh yang sempurna tetapi malah mengerikan. Wajahnya bertambah tua, keriput, menghitam dan sangat kurus. Berat badannya yang semula 63 kg turun drastis menjadi 25 kg. Kondisi yang demikian memilukan ini membuat Valeria harus bertarung melawan sepi selama bertahun-tahun.
Anoreksia benar-benar menyapu habis sisa-sisa kecantikannya dan mengubahnya seperti tengkorak berjalan. Valeria akhirnya menyadari kesalahannya. Ia pun kini mulai rajin membagi pengalamannya. Meski kondisinya telah rapuh dan ringkih, Valeria tetap bersemangat, terutama dalam membagikan pengalamannya kepada seluruh wanita di dunia agar tak merasakan derita yang ia alami.
Kisah sedih Valeria ini bermula dari kekhawatiran sang ibu terhadap tubuhnya yang terus tumbuh subur. Ibunya resah jika anak semata wayangnya harus tumbuh menjadi wanita gemuk dan buncit seperti kerabatnya. Melihat kondisi itu, ibunya meminta Valeria untuk menjalani program diet.
Hasrat dietnya semakin bertambah setelah mendapat hinaan dari teman sekelas karena bobotnya yang mencapai 63 kg. Saat itu, ia dan keluarganya baru saja pindah ke Chicago. Di sekolah barunya, Valeria menjadi terasing dan kurang disukai oleh teman-teman barunya lantaran bentuk tubuhnya yang kurang ideal di mata teman-temannya.
Dalam sebuah wawancara, ia mengatakan: "Kami sedang bermain sepak bola dan selama pertandingan seorang pria berkata, 'Aku tahu bagaimana kita bisa menang. Kita perlu menempatkan Valeria yang besar ini di gawang' Ini menghancurkan seluruh dunia saya..,” kata Valeria kepada Daily Mail.
Sejak saat itu, ia mulai mengurangi gula dan karbohidrat guna menghilangkan sebagian lemak di badannya. Menginjak usinya yang ke-23, ukuran bajunya menurun drastis dan ia semakin akrab dengan timbangan badan.
Meski berat badannya telah menyusut, Valeria belum puas. Apalagi setelah memutuskan untuk menjadi model, ia diminta untuk menurunkan berat badannya karena masih dianggap terlalu gemuk. Valeria semakin bergairah menjalani program dietnya.
Alhasil, saat usianya mulai genap 24 tahun, badannya telah menurun drastis hingga mencapai 38 kg. Alih-alih mendapatkan karier yang cemerlang, Valeria justru dilarang ikut menari karena khawatir membahayakan kondisi fisiknya.
Selama sepuluh tahun berikutnya, kondisi Valeria menjadi semakin memprihatinkan, badannya semakin renta, wajahnya keriput dan mirip seorang jompo. Tubuhnya menolak makanan-makanan tertentu dan hanya bisa memakan roti selama hidupnya.
Anoreksia membuatnya begitu kesepian, ia menjadi penyendiri selama satu dekade. Penyakit ini juga membuat kehidupannya semakin sulit karena tak bisa melakukan hal-hal normal seperti berkencan dan makan di restoran. Impiannya untuk memiliki keluarga dan anak telah sirna.
Meskipun telah mendatangi 30 ahli spesialis kesehatan, Valeria tak kunjung mendapatkan perubahan. Ia mustahil bisa sembuh. Meskipun demikian ia mengaku tak ingin pasrah dan menyerah.
"Aku ingin berdiri untuk anoreksia. Aku tidak pernah menyerah pada apapun dalam hidup saya dan saya tidak akan menyerah sekarang.”
Ia semakin semangat berbagi setelah mendapatkan banyak surat yang menjadikannya sebagai inspirasi. Valeria justru ingin mereka semua mengambil pelajaran dari kesalahannya.
"Semua surat yang aku punya adalah dari perempuan, terutama di usia dua puluhan, yang melihat saya sebagai semacam inspirasi. Ini adalah mengapa saya ingin kampanye melawan anoreksia. Saya tidak akan mengajarkan mereka bagaimana untuk mati. Ini bukan permainan, itu bukan lelucon, itu adalah hidup Anda.” katanya kepada The Sun.
Valeria tidak sendiri, mantan aktris asal California, Rachael Farrokh juga menderita penyakit yang sama. Ia bahkan nyaris meninggal karena berat badannya yang hanya mencapai 18 kg. Ia bahkan telah bertahan selama 10 tahun tanpa perawatan medis.
Ketika kondisinya kian memburuk, sang suami Rod Edmondson memutuskan berhenti dari pekerjaannya karena ingin mengurus Farrokh selama 24 jam.
Farrokh sempat depresi, berbagai rumah sakit menolak merawatnya, hingga akhirnya ia membagikan kisah pilunya melalui video yang diunggah di YouTube. Melalui cara ini, Farrokh berhasil menyentuh ribuan bahkan jutaan hati manusia. Mereka tergerak memberikan sumbangan dan berhasil mengumpulkan bantuan sebesar 200.000 dolar AS atau setara dengan Rp2,6 miliar.
Setelah berjuang melawan penyakit mental selama bertahun-tahun, Farrokh akhirnya mendapat perawatan pertama di sebuah rumah sakit yang tak begitu jauh dari rumahnya di California dan kemudian ia dipindahkan ke sebuah klinik di Portugal, dimana ia mendapat sedikit kemajuan atas kondisinya.
"Saya akhirnya diperlakukan dengan hormat, dan saya tidak tahu bahwa saya layak mendapatkannya," katanya sewaktu berada di klinik Portugis
Dr. M. Duarte, selaku dokter medis yang menangani Farrokh mengatakan bahwa Farrokh telah berjalan selama 15 menit sehari untuk secara bertahap membangun kembali otot-otot kaki guna meningkatkan keseimbangannya.
Penyakit apakah anoreksia itu?
Dikutip dari Daily Mail, Anoreksia adalah gangguan pola makan yang ditandai dengan menurunnya berat badan karena rasa takut yang berlebihan atas kenaikan berat badan. Para penderita biasanya memiliki persepsi yang menyimpang atas kondisi ideal tubuh mereka.
Selain itu, mereka juga akan membatasi jumlah makanan atau jumlah kalori yang mereka konsumsi. Penyakit ini juga bisa menyerang kepada siapa saja yang mencoba menurunkan berat badan dengan melakukan olahraga yang berlebihan.
Gejala penyakit ini biasanya ditandai dengan turunnya berat badan yang sangat drastis, jumlah darah yang abnormal, kelelahan, insomnia, pusing, rambut mudah pecah, kurangnya menstruasi (pada wanita) dan kulit kering.
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun menurut laporan NHS, ada beberapa indikator yang menjadi pemicu antara lain:
Faktor psikologis: seperti kecenderungan mengalami depresi, cemas, sulit menangani stres, khawatir yang berlebihan akan masa depan, menjalani program diet yang ketat, susah mengendalikan emosional hingga memiliki obsesi yang berlebihan dan paksaan untuk memiliki tubuh yang kurus.
Faktor lingkungan: seperti kecenderungan dalam budaya barat yang menilai seorang wanita ideal dan cantik adalah mereka yang memiliki tubuh kurus. Selain itu, majalah dan surat kabar juga sangat berperan karena sering memberitakan tentang ketidaksempurnaan fisik ringan seperti tubuh yang gemuk dan memiliki selulit.
Faktor lingkungan lain yang mungkin berkontribusi terhadap anoreksia meliputi: tekanan dan stres di sekolah, intimidasi, khususnya tentang berat badan atau bentuk tubuh ideal. Selain itu, pekerjaan atau hobi (menari atau atletik) juga dapat berpengaruh, dimana sesuatu yang kurus dipandang sebagai bentuk yang ideal.
Faktor biologis dan genetik: Perubahan fungsi otak atau kadar hormon juga dimungkinkan memiliki peran dalam memicu anoreksia. Seperti memengaruhi bagian otak yang mengontrol nafsu makan yang dapat menyebabkan perasaan cemas dan rasa bersalah ketika sehabis makan.
Sementara menurut laporan Mirror Mirror Eating Disorder, sekitar 1 persen remaja perempuan memiliki kesempatan untuk mengidap anoreksia dan yang paling umum di sekitar waktu yang sama seperti pubertas.
Selain itu, Anoreksia juga memiliki angka kematian tertinggi dari setiap penyakit mental lainnya. Sebuah studi pada tahun 2003 menemukan bahwa orang dengan anoreksia memiliki 56 kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri dibandingkan non-penderita.
Melihat betapa mengerikannya anoreksia menggerogoti tubuh, ada baiknya para wanita maupun pria berhati-hati dalam menjalani program diet, sehingga tidak terjebak seperti Valeria dan Farrokh.
"Saya ingin orang-orang muda hidup bahagia, sehat dan bermakna. Anoreksia membuat saya kesepian, tidak menarik dan menjijikkan bagi orang-orang di sekitar saya," kata Valeria sekali lagi.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti