tirto.id - Lee Hyo-Min, anggota kelompok dance (tari kontemporer) di Seoul mengaku ia tidak melakukan diet khusus. Ia mengatakan hanya membiarkan tubuhnya kelaparan saja. Daripada harus menghitung kadar kalori setiap makanan yang masuk, ia memilih untuk "just not eating" sebagai program penurunan berat badannya. Menurut Lee, itu cara paling efektif untuknya.
“Jika saya benar-benar lapar, saya baru akan menggigit satu potongan pizza,” kata perempuan berusia 22 tahun ini.
Tidak hanya perempuan, kelompok laki-laki yang menjalani trainee atau pelatihan pra-debut di Korea pun melakukan pengaturan berat badan. Oleh manajer, mereka diberi sejumlah persyaratan dan aturan khusus yang, salah satunya, untuk mencapai berat badan tertentu.
Dunia K-pop memang cenderung merayakan tubuh tinggi-kurus sebagai bentuk ideal. Dari ideal ini pula sejumlah calon artis berbondong-bondong menyusutkan lemak di tubuh. Caranya bermacam-macam, mulai dari diet ketat sampai operasi plastik.
Baca juga: Tak Cukup Sekadar Operasi Plastik untuk Jadi Bintang Korea
Simaklah apa yang terjadi pada Sojung, penyanyi lulusan The Voice of Korea 2012 yang mempunyai tinggi 163 cm. Dia telah menurunkan berat badannya dari 49 kg menjadi 38 kg.
Ia merasa perlu menurunkan berat badan karena, selain tuntutan manajemen, merasa efek kamera akan membuat tubuhnya terlihat menjadi lebih gemuk. Tersirat bahwa ia menyadari badannya sudah kurus, namun itu tidak cukup karena kamera bisa saja membuat tubuhnya tampak lebih gemuk dari yang sebenarnya.
Ia sebenarnya merasakan sesuatu yang tidak tepat. Sojung merasa ada yang tidak beres dengan penurunan berat badannya.
"Tingkat hormon saya sekarang (serupa dengan) wanita menopause," katanya.
Perhatikan juga apa yang dialami penyanyi Park Bo-ram. Ia pernah membuat pengakuan pada salah satu episode reality show "King of Mask Singer" bahwa rentang vokalnya menjadi sangat terbatas setelah kehilangan berat badan yang signifikan. Saat itu ia merujuk penyusutan berat badan sebanyak 32 kg.
Tidak hanya mereka yang sedang mengejar obsesi menjadi artis atau aktor saja yang mempunyai kecenderungan menurunkan berat badan secara ketat. Secara umum, bisa dikatakan bahwa lebih banyak orang yang percaya bahwa tubuh kurus lebih baik daripada kegemukan. Kiranya, situasi itulah yang memicu kemunculan dan popularitas berbagai model diet.
Baca juga:
- Diet Rendah Karbohidrat dengan Kopi Mentega
- Diet Paleo: Diet ala Manusia Purba
- Diet Keto, Tren Baru Melangsingkan Badan
Tidak ada yang keliru dengan usaha mengatur berat badan, apalagi jika tujuannya demi kesehatan. Potensi masalah yang muncul dari kondisi obesitas, misalnya, memang tidak bisa dianggap enteng. Namun, situasi menjadi lain ketika hasrat mengendalikan berat badan itu dilakukan dengan mengabaikan standar kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan, postur tubuh seseorang dapat dinilai dari pengukuran antropometri yang bertujuan untuk menilai apakah komponen tubuh sesuai dengan standar normal. Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT).
IMT yang normal untuk perempuan adalah antara 17-23, sedang untuk laki-laki di antara 18–25. Seorang perempuan dikatakan kurus bila IMT-nya kurang dari 17 dan gemuk bila IMT-nya di atas 23. Bila IMT di atas 30, maka orang tersebut menderita obesitas yang berpotensi membuat tubuh rentan dengan berbagai problem kesehatan.
Baca juga: Yang Penting Gizi Seimbang, Bukan "4 Sehat 5 Sempurna"
Dr. Joel Ray, seorang dokter di rumah sakit St. Mitchael Toronto menyatakan otoritas kesehatan seharusnya tidak mengarahkan orang untuk percaya bahwa menjadi kurus lebih sehat. Hal ini dikarenakan setiap manusia juga harus melihat massa otot dan keberadaan lemak sehat yang sebenarnya juga dibutuhkan.
“IMT menggambarkan tidak hanya lemak tubuh, tapi juga massa otot. Jika kita ingin terus menggunakan IMT dalam perawatan kesehatan dan inisiatif kesehatan masyarakat, kita juga harus menyadari bahwa individu yang kuat dan sehat adalah seseorang yang memiliki jumlah lemak tubuh dan tulang dan otot yang cukup," kata Dr. Ray.
British Medical Journalsjuga menjelaskan bahwa mempunyai tubuh yang terlalu kurus akan menyebabkan sejumlah masalah pada metabolisme tubuh. Tubuh yang terlalu kurus dapat mengakibatkan penurunan tingkat kekebalan. Sel kekebalan tubuh membutuhkan nutrisi untuk menyerang patogen yang masuk. Jika seseorang tidak tercukupi nutrisinya, mereka kehilangan sumber bahan baku untuk membentuk imunitas itu sendiri. Akibatnya, kemampuan tubuh dalam melawan virus flu, alergi, dan infeksi menjadi berkurang.
Baca juga: Mengenyahkan Lemak Tubuh dengan Cara Instan
Kondisi lain yang sering ditemukan pada orang-orang yang sengaja menguruskan badannya adalah anemia. Kondisi kekurangan darah ini akibat rendahnya produksi zat besi, vitamin B-12, dan folat dalam tubuh. Kekurangan nutrisi tersebut juga bisa meningkatkan potensi tulang keropos. Hal ini dikarenakan kepadatan tulang seseorang sangat dipengaruhi kecukupan vitamin D yang didapatkan dari makanan yang dikonsumsi.
Ketika tubuh kekurangan nutrisi karena terlalu kurus, organ hati akan bekerja lebih keras untuk menyediakan pasokan energi dan menjaga tubuh tetap memiliki fungsi normal. Kerja organ hati dan jantung yang terus-terusan dipaksa setiap hari inilah yang memungkinkan peningkatan penyakit hati dan jantung. Menurut American Heart Assosiation, jantung dan hati abnormal bisa memicu kerusakan otak hingga paru-paru.
Tubuh yang terlalu kurus juga berpotensi mengganggu kesuburan. Bila berat badan laki-laki sangat rendah, kemampuan memproduksi sperma berkurang signifikan. Jumlah sperma yang rendah (oligospermia) berarti bahwa air mani mengandung sperma yang lebih sedikit dari biasanya -- jumlahnya dapat mencapai kurang dari 20 juta sperma per mililiter semen. Bila jumlah sperma rendah, kemungkinan membuahi sel telur juga akan menurun dan akan mengakibatkan potensi kehamilan menjadi menurun.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Zen RS