tirto.id - Sebuah Studi dari University of Southern California menemukan bahwa setengah dari cuitan negatif tentang film Star Wars: The Last Jedi 2017 berasal dari bots, trolls atau aktivis politik, sebagian orang Rusia.
Studi yang dipublikasikan pada Senin (1/10/2018) milik Morten Bay berjudul Weaponizing the Haters: The Last Jedi and the strategic politicization of pop culture through social media manipulation menganalisa bahasa, Twitter handles dan IP address lebih dari 1.200 cuitan yang ditujukan untuk akun Twitter sutradara "The Last Jedi" Rian Johnson selama tujuh bulan setelah film itu ditayangkan.
"Secara keseluruhan, 50.9 persen cuitan negatif kemungkinan besar bermotif politik atau dibuat bukan oleh manusia," tulis Morten Bay, dilansir Antara.
Morten Bay mengatakan, cuitan di twitter itu muncul menggunakan perdebatan seputar "The Last Jedi" untuk menyebarkan pesan politik yang mendukung sayap kanan ekstrem dan diskriminasi gender, ras atau seksualitas.
“Sejumlah pengguna tampaknya adalah troll Rusia,” imbuh Morten.
Disney tidak berkomentar atas riset itu, tapi Johnson mengatakan di twitter bahwa penemuan itu "konsisten dengan pengalamanku di dunia maya."
"Ini bukan soal penggemar suka atau benci film itu. Saya sering berbincang seru dengan penggemar di dunia maya dan dunia nyata yang suka dan tidak suka beberapa hal, itulah fandom yang sebenarnya. Ini secara spesifik adalah tentang penindasan di dunia maya," cuit Johnson, Selasa (2/10/2018)
Bay membandingkan penemuannya dengan studi lain seputar usaha mempengaruhi orang Amerika lewat platform media sosial. Ada kemungkinan tujuannya adalah untuk meningkatkan liputan media tentang konflik fandom, sehingga menambah dan menyebarkan narasi perselisihan dan disfungsi di masyarakat Amerika.
Panel Senat AS telah memeriksa laporan bahwa Rusia berusaha mempengaruhi opini publik AS sebelum dan sesudah pemilihan Presiden Donald Trump pada 2016.
Dikutip dari Reuters, "Star Wars: The Last Jedi" yang fokus pada Luke Skywalker masa kini yang enggan kembali ke pertempuran melawan sisi hitam dalam cerita fiksi ilmiah itu, menuai kritik di dunia maya sejak dirilis pada Desember 2017.
Film Disney itu berhasil meraup 1,3 miliar dolar AS di box office global, lebih sedikit ketimbang "Star Wars: The Force Awakens" yang pendapatannya mencapai 2 miliar dolar AS.
Banyak yang mengecam peran-peran penting yang diberikan pada perempuan dan aktor non kulit putih di film, sementara yang lain kecewa atas kematian Skywalker yang diperankan Mark Hamill.
Editor: Yulaika Ramadhani