tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5 persen sampai 5,02 persen pada semester I-2023. Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan tingginya ekspor.
"Sampai semester I pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih di 5,0-5,2 persen," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat dengan Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Sri Mulyani mengklaim, pertumbuhan ekonomi yang positif ini menandakan Indonesia mampu berada di atas banyak negara lain, seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Korea Selatan, Inggris, Jerman dan Prancis.
"Ini merupakan sebuah resiliensi atau daya tahan dari pemulihan yang cukup baik," jelasnya.
Sri Mulyani menambahkan, perekonomian yang tinggi juga turut menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Tingkat kemiskinan sudah kembali ke bawah 10 persen pasca lonjakan saat pandemi COVID-19.
Untuk diketahui, realisasi perekonomian terbaru akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pekan pertama Agustus 2023. Secara keseluruhan tahun, pemerintah menargetkan ekonomi RI tumbuh di atas 5 persen.
Dari sisi eksternal, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengungkapkan tren perekonomian global saat ini penuh dengan kondisi ketidakpastian. Hal ini sejalan dengan berbagai prediksi lembaga yang dikeluarkan oleh dunia.
Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sendiri menggambarkan bahwa tren perekonomian 2023 cukup lemah bila dibandingkan dengan tahun 2022 maupun 2021.
“Saya baru saja kembali dari Paris Summit 2023 dan memang menggambarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global masih tak pasti,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Sri Mulyani menyebut Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini hanya akan berada di kisaran 2,1 persen. Sementara IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global 2023 sebesar 2,7 persen dan proyeksi OECD sebesar 2,7 persen.
Sejalan dengan pelemahan ekonomi global, perdagangan global juga menunjukkan pelemahan yang signifikan pada 2023. IMF memprediksi perdagangan global tumbuh hanya sekitar 2,4 persen pada tahun ini, lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada 2022 yang tercatat sebesar 5,1 persen dan pada 2021 sebesar 10,6 persen.
Adapun dari sisi inflasi, IMF memproyeksikan laju inflasi akan mengalami tren penurunan. Inflasi dunia diperkirakan mencapai 7,0 persen pada 2023, dengan inflasi Amerika Serikat sebesar 4,5 persen dan negara berkembang sebesar 8,6 persen.
Walaupun begitu, prediksi laju inflasi pada 2023 masih lebih tinggi bila dibandingkan tren inflasi sebelum masa pandemi COVID-19. Di sisi lain, eskalasi geopolitik di Ukraina dan beberapa negara besar di dunia serta debt distress di negara berkembang maupun negara maju juga masih memberi tekanan pada perekonomian global.
“Beberapa negara sektor keuangannya mengalami kerapuhan. Inflasi tinggi dan suku bunga yang meningkat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan erosi pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut,” jelas Sri Mulyani.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang