tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat realisasi defisit APBN 2020 telah menyentuh Rp883,7 triliun per November 2020 dari target Rp1.039,2 triliun sesuai Perpres 72/2020. Angka itu setara 5,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau masih di bawah batas maksimal Perpres 72/2020 di kisaran 6,34 persen PDB.
“Menunjukkan kenaikan defisit besar dari tahun lalu. COVID-19 mempengaruhi perekonomian,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KITA, Senin (21/12/2020).
Defisit per November 2020 ini mengalami kenaikan 138,9 persen dari periode yang sama di 2019. Waktu itu defisit hanya menyentuh Rp369,9 triliun atau setara 2,34 persen PDB.
Jika dibandingkan dengan defisit pada APBN 2020 awal, maka jumlahnya juga naik signifikan. Dari direncanakan hanya Rp307,2 triliun menjadi Rp1.039,2 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan defisit November 2020 ini disebabkan oleh penerimaan negara yang turun. Dari Rp2.233,2 triliun sesuai rencana APBN awal menjadi Rp1.699,9 triliun sesuai Perpres 72/2020.
Realisasi penerimaan per November 2020 juga hanya mencapai Rp1.423 triliun dari target Perpres 72/2020 Rp1.699,9 triliun. Angka itu terkontraksi 15,1 persen dari periode yang sama di tahun 2019 yang mencapai Rp1.676,7 triliun.
Di saat yang sama, belanja negara mengalami kenaikan dari Rp2.540,4 triliun (APBN 2020 awal) menjadi Rp2.739,2 triliun (Perpres 72/2020). Per November 2020 belanja negara sudah terealisasi Rp2.306,7 triliun atau setara 84,2 persen dari target Perpres 72/2020. Angka itu naik 12,7 persen dari periode yang sama di tahun 2019 yang terealisasi Rp2.046,6 triliun.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz