tirto.id - Beberapa spanduk dukungan kepada paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga memakai embel-embel "akal sehat." Menurut Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, spanduk dukungan ini bertentangan dengan gaya kampanye pesaingnya.
TKN justru merasa tak ada akal sehat dalam kampanye Prabowo-Sandi.
Direktur Komunikasi Politik TKN Usman Kansong melihat akal sehat yang digunakan oleh pendukung dan simpatisan Prabowo-Sandi sebagai Bowoisme. Apa yang dilakukan Prabowo-Sandi tidak dikritik. Padahal, kata Usman, dua orang itu sering mengeluarkan klaim tanpa dasar dan data yang salah.
"Itu kan post truth yang tidak sesuai dengan akal sehat. Lagipula akal sehat mengutamakan rasio, bukan perasaan," kata Usman kepada Tirto, Jumat (15/2/2019).
Beberapa hal yang tidak sesuai dengan akal sehat, menurut Usman, adalah soal Prabowo-Sandi yang tidak berdebat menggunakan angka statistik yang jelas.
Kedua, Prabowo sering mengungkapkan politik ketakutan, seperti "Indonesia bubar" yang tidak memakai rasio atau akal sehat, tetapi perasaan.
Usman memandang, simpatisan Prabowo-Sandi memakai jargon akal sehat ini berasal dari salah satu pengajar ilmu filsafat yang cenderung berpihak pada Prabowo-Sandi, yaitu Rocky Gerung. Pada praktiknya, apa yang dilakukan Rocky dengan alasan memakai akal sehat mengkritik Jokowi-Ma'ruf pun malah diprotes beberapa pihak.
"Padahal kalau akal sehat mestinya berimbang. Dia juga harusnya mengkritik Prabowo. Banyak yang bisa dikritik dari Prabowo, tapi akal sehat itu hanya dipakai mengkritik Jokowi, Prabowo jauh dari semua itu," tegas Usman.
Usman menyatakan, penggunaan akal sehat sebenarnya sudah dilakukan oleh Jokowi-Ma'ruf selama ini. Ketika memaparkan masalah infrastruktur, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menggunakan angka-angka menjelaskan kepemimpinannya selama ini.
Sebaliknya, lanjut dia, pihak Prabowo malah menggunakan hoaks untuk membalasnya yang tak sesuai akal sehat.
"Prabowo tak menggunakan akal sehatnya. Dia selalu menggunakan politics of hoax," ucapnya lagi.
Beberapa hoaks yang disampaikan Usman adalah terkait kasus Ratna Sarumpaet dan Andi Arief di mana politikus Partai Demokrat itu menyebar informasi soal ada tujuh kontainer berisi surat suara yang tercoblos.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno