Menuju konten utama
Piala Dunia 2018

Skema 3 Bek & Wing-Back Membuat Timnas Inggris Lebih Bagus?

Inggris yang sebelumnya terkenal dengan para pemain sayapnya kini mengandalkan para wing-back.

Skema 3 Bek & Wing-Back Membuat Timnas Inggris Lebih Bagus?
Ilustrasi taktik Inggris di World Cup 2018. AP Photo/Francisco Seco

tirto.id - Inggris selalu optimistis menghadapi turnamen besar. Sayangnya mereka juga selalu gagal. Pada Piala Dunia 2010 langkah Three Lions terhenti di babak 16 besar. Pada Piala Eropa 2012 mereka harus angkat kaki di babak perempat-final. Dalam gelaran Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016, nasib mereka bahkan semakin tidak mengenakkan: sementara pada Piala Dunia 2014 mereka hanya menjadi juru kunci di babak penyisihan grup, Inggris juga harus menyerah dari Islandia di babak 16 besar Piala Eropa 2016.

Menjelang Piala Dunia 2018, Inggris masih belum mau menyerah untuk optimistis. Kali ini sikap mereka tersebut dapat dimengerti. Inggris tampil bagus pada babak kualifikasi. Lawan-lawan mereka memang relatif mudah, tetapi pencapaian mereka tidak dapat disepelekan begitu saja. Dalam 10 pertandingan, mereka menang 8 kali, bermain imbang 2 kali, dan tak sekali pun tersentuh kekalahan. Mereka juga berhasil mencetak 18 gol dan hanya 3 kali kebobolan di sepanjang babak kualifikasi.

Hasil di babak kualifikasi memang tidak bisa dijadikan patokan di Piala Dunia. Namun, Inggris ternyata juga mampu tampil memuaskan pada masa persiapan menjelang Piala Dunia 2018. Setelah mengalahkan Nigeria 2-1 pada Sabtu (2/6/18) lalu, mereka juga berhasil mengalahkan Kosta Rika dua gol tanpa balas pada Jumat (8/2/18).

Selain itu, secara permainan, Inggris yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Inggris yang sebelumnya. Mereka bukan lagi tim yang hanya bisa memainkan gaya kuno “kick and rush”: Inggris sudah mempunyai “England DNA”, gaya permainan terbaru mereka.

Dalam “England DNA”, menyoal bagaimana cara Inggris bermain, Inggris akan berusaha mendominasi penguasaan-penguasaan bola, sambil menunggu momen yang tepat untuk melakukan penetrasi ke daerah pertahanan lawan. Saat mereka kehilangan bola, Inggris akan berusaha merebut sesegera mungkin. Sukses tidaknya pendekatan itu sendiri tergantung pada transisi (baik dari bertahan ke menyerang atau sebaliknya) dan kecerdasan para pemainnya.

Menurut Squawka, Inggris akan menjadi tim yang paling menarik dari segi taktikal di Piala Dunia 2018. Alasannya: Inggris memiliki pemain-pemain yang bisa bermain di berbagai macam posisi, memiliki pemain-pemain tengah yang bisa mengandalkan tenaga, juga memiliki pemain-pemain belakang yang jago meretensi bola.

Dengan begitu, Inggris bisa memainkan berbagai macam formasi yang bisa membuat mereka sulit ditebak lawan, seperti formasi 3-4-2-1, 4-4-2 berlian (formasi yang digunakan Gareth Southgate saat timnas Inggris U-21 memenangi Turnamen Toulon 2016 di Perancis), atau formasi 4-4-3-1.

Meski begitu, J.J Bull, kolumnis The Telegraph, berpendapat Inggris sebaiknya bermain dengan formasi tiga bek saja di Piala Dunia nanti yaitu formasi 3-3-2-2. Menurutnya, bukan karena formasi tiga bek terlihat modern, namun karena Inggris juga tidak memiliki gelandang tengah yang jago meretensi bola dan itu bisa menjadi masalah saat Inggris mencoba menguasai bola di lini tengah. Saat mereka kehilangan bola di lini tengah, tiga pemain di lini belakang bisa membuat mereka lebih mudah dalam bertahan.

Dengan begitu retensi bola bisa dilakukan di lini belakang, melalui tiga bek Inggris, yang kemungkinan besar dihuni oleh John Stones, Kyle Walker, serta Gary Cahill. Terutama bagi Stones, peran tersebut tentu saja tidak akan menyulitkan mengingat ia biasa bermain dalam skema tiga bek bersama Manchester City.

Saat pemain-pemain belakang tersebut melakukan tugasnya, sebagai pivot, Eric Dier atau Jordan Henderson, bisa mencari kesempatan mengirimkan umpan lambung ke lini depan. Keduanya memang tidak jago meretensi bola, tetapi memiliki umpan-umpan panjang yang lumayan.

Sementara itu, di depan Eric Dier atau Henderson, Dele Alli dan Jesse Lingard bisa menjadi pilihan. Kedua pemain tersebut pandai mengendus peluang dari lini kedua. Selain itu, mereka juga pintar membuka dan mencari ruang. Terutama Alli, ia bisa menggunakan pengalamannya dalam menghubungkan lini tengah dan lini depan saat bermain bersama Tottenham Hotspur

Di lini depan, Harry Kane akan menjadi pilihan utama. Sementara Jamie Vardie, Marcus Rashford, serta Raheem Sterling yang memiliki karakter berbeda, bisa dipilih menjadi pendamping disesuaikan dengan karakter permainan lawan.

Infografik Timnas Inggris

Southgate sepertinya lebih condong menggunakan formasi tiga bek di Piala Dunia 2018 nanti. Selain menggunakannya dalam dua pertandingan uji coba terakhir, yakni saat menghadapi Nigeria dan Kosta Rika, ia juga membawa banyak pemain yang bisa bermain di posisi di Rusia nanti. Dalam formasi tiga bek, peran wing-back sendiri memang cukup penting. Sebagai pemain yang memiliki lebih banyak ruang daripada pemain di posisi lainnya, wing-back mampu memberikan dampak besar saat timnya bertahan maupun timnya bermain menyerang.

Di sektor wing-back kiri, Inggris memiliki Danny Rose, Ashley Young, serta Fabian Delph, seorang gelandang tengah, yang akhir-akhir ini sering bermain sebagai full-back kiri di bawah asuhan Pep Guardiola.

Di sektor wing-back kanan, Southgate bisa memainkan Kieran Trippier, Tren Alexander-Arnold, juga Kyle Walker. Berkat Pochettino dan Guardiola, nama terakhir bahkan bisa bermain sama baiknya sebagai center-back, full-back, dan wing-back.

Menurut Bull, Southgate sejauh ini memang mencoba memaksimalkan peran kedua wing-back-nya. Dalam pertandingan melawan Nigeria, saat Inggris melakukan serangan, kedua wing-back mereka sering berdiri sejajar dengan dua gelandang serang (membuat formasi Inggris berubah dari 3-3-2-2 menjadi 3-1-4-2).

Tujuannya, selain untuk menjaga kelebaran lapangan, Southgate juga ingin mempermudah dua gelandang serang mereka menerima bola dari lini belakang. Dengan kedua wing-back Inggris bergerak maju, dua gelandang mereka akan memiliki banyak ruang saat sedikit bergerak ke belakang.

Selain itu, saat berada di daerah sepertiga akhir, Southgate juga sering menginstruksikan kedua wing-back-nya untuk maju ke depan. Hal ini kemudian bisa mempermudah opsi umpan pemain-pemain Inggris di daerah tersebut. Serangan Inggris pun jadi sulit ditebak tim lawan. Dan yang paling penting: umpan-umpan silang mereka juga bisa menjadi salah satu cara mengancam lini pertahanan lawan.

Saat bertahan, transisi bertahan Inggris bisa juga dipengaruhi oleh kinerja dua wing-back-nya. Selain mempunyai peran untuk membantu high-pressing, mereka juga bisa bertahan mendalam (menjadikan formasi Inggris menjadi 5-3-2) saat high-pressing itu gagal, membuat lawan kesulitan melakukan serangan dari sisi lapangan.

Pendekatan ini memang tergolong baru bagi timnas Inggris. Sebelum era Southgate, daripada mengandalkan para wing-back, mereka lebih senang mengandakan para pemain sayapnya. Namun, Inggris saat ini mempunyai sistem yang cocok untuk mengandalkan para wing-back. Selain itu, mereka mempunyai para wing-back yang bisa diandalkan.

Inggris mungkin akan kesulitan menjadi juara di Rusia. Namun, dengan pakem yang sekarang, mereka setidaknya bisa meraih hasil yang lebih baik daripada di dua turnamen besar sebelumnya.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan