tirto.id -
Menurut orator aksi, massa yang berdatangan berasal dari Sulawesi dan Purwokerto.
"Kami sambut kedatangan laskar-laskar dari Sulawesi dan Purwokerto. Mari bergabung," ujar seorang orator di lokasi aksi, Selasa (21/5/2019).
Kedatangan mereka mendapat sorakan dari massa yang telah berkumpul sebelumnya. Seorang peserta aksi berteriak, 'hidup Sulawesi!', sambil kepalkan tangan ke udara dan membawa bendera merah-putih.
Kemudian, Letjen (Purn) Suharto menaiki mobil komando dan mulai berorasi.
"Hanya ada satu kata, Lawan! Saya menjadi Korps Marinir, saya bayangkan dulu dengan sekarang. Saya hanya meminta TNI dan Polri, ini tugas pokok kami melawan kezaliman," ujar dia.
"Dari dulu jargon kami cuma satu, terbaik untuk rakyat, terbaik untuk ABRI. Kami tidak akan mengkhianati ini," sambung dia yang mengenakan baret dan kemeja ungu serta bercelana panjang hitam itu.
Suharto menegaskan TNI dan Polri adalah alat negara dan bukan merupakan alat pemerintahan, juga bukan alat penguasa. Ia merasakan kecurangan dalam Pemilu 2019, maka dia memilih tidak 'pensiun' lantaran ketidakadilan.
"Akan saya wakafkan sisa usia saya ini untuk melawan kazaliman. Ingat, selepas tahun 2019 maka tahun 2024, 2029 dan seterusnya, kami (rakyat) akan menjadi jongos," tutur dia.
Suharto menutup orasi dengan meneriakkan tiga kali takbir dan disambut sahutan peserta aksi. Massa banyak yang setuju dengan pernyataan dia dan turut meminta Bawaslu mampu mengentaskan kecurangan pemilu kali ini.
Kini massa bershalawat dan Simpang Sarinah mulai penuh. Masyarakat yang hendak melintas di area itu pun akan kesulitan menembus kerumunan. Tidak ada lagi kendaraan yang bisa melintas di sekitar kantor Bawaslu.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Nur Hidayah Perwitasari