tirto.id - Sinopsis film Battle of Surabaya mengisahkan tentang peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Battle of Surabaya adalah salah satu film animasi 2D karya anak bangsa bertema perjuangan.
Film ini diproduksi oleh MSV Pictures, sebuah studio animasi di bawah naungan STIMIK AMIKOM Yogyakarta.
Battle of Surabaya diproduseri oleh Heri Soelistio, lewat arahan sutradara Aryanto Yuniawan. Sedangkan penulis naskahnya adalah M. Suyanto, dan Aryanto Yuniawan.
Film animasi ini pertama kali dirilis pada 20 Agustus 2015. Adapun pengisi suara dalam film animasi ini di antaranya Alejandro Esteban, Artha Tria, Jason Williams, Sujiwo, Suyik, Maudy Ayunda, dan Reza Rahadian.
Sinopsis Film Battle of Surabaya
Battle of Surabaya menceritakan tentang petualangan Musa. Ia adalah Seorang remaja yang bekerja sebagai tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi perjuangan arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 November 1945.
Cerita diawali dengan visualisasi dahsyat dari pengeboman kota Hiroshima oleh Sekutu yang menandakan menyerahnya Jepang.
“Indonesia merdeka, itu yang kudengar di RRI, Jepang menyerah!”, kata Musa. Tetapi langit Surabaya kembali merah dengan peristiwa Insiden Bendera dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi oleh Belanda.
Belum lagi gangguan oleh beberapa kelompok pemuda Kipas Hitam yang dilawan oleh Pemuda Republiken.
Residen Sudirman, Gubernur Suryo, Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo & pemuda Indonesia bangkit melawan penjajahan.
Musa dipercaya sebagai kurir surat dan kode-kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu-lagu keroncong dari Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia yang didirikan Bung Tomo.
Berbagai peristiwa dilalui Musa sebagai kurir, kehilangan harta dan orang-orang yang dikasihi menjadi konsekuensi tugas mulia tersebut.
Selain tokoh-tokoh nyata, terdapat tokoh fiktif yang sengaja dibuat untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Pesan perang tentang semangat, cinta tanah air, dan perdamaian.
Battle of Surabaya Raih Sejumlah Penghargaan
Film bertema perjuangan yang diadaptasi dari kisah pertempuran 10 November 1945 ini pernah meraih sejumlah penghargaan, beberapa di antaranya Best Animation di Milan International Film Festival 2017, Best Animation dalam Berlin International Film Festival 2017, Best Animation dalam Nice International Film Festival 2017, dan masih banyak lagi.
Sejarah Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Sejarah pertempuran Surabaya melawan Inggris mencapai puncaknya tanggal 10 November 1945. Latar belakang pertempuran Surabaya adalah pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato pada tanggal 18 September 1945.
Pertempuran Surabaya adalah perang pertama bangsa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sejarah pertempuran Surabaya kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Pada 31 Agustus 1945 atau kurang lebih setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah menyerukan bahwa mulai 1 September 1945, bendera merah putih dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia.
Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, para pemuda dan pejuang di Surabaya menurunkan dan merobek warna biru dalam triwarna bendera Belanda yang dikibarkan di Hotel Yamato 19 September 1945.
Bendera tersebut kemudian dinaikkan kembali dengan menyisakan warna merah dan putih yang merupakan warna bendera Indonesia.
Sebelumnya, pasukan Sekutu, termasuk ada Inggris dan Belanda (NICA), telah tiba di Jakarta pada 15 September 1945. Pasukan gabungan yang baru saja memenangkan Perang Dunia Kedua atas Jepang ini memasuki Kota Surabaya tanggal 25 Oktober 1945.
Pasukan Sekutu termasuk Inggris dan Belanda tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran untuk melucuti senjata tentara Jepang.
Perang pertama antara pejuang RI dan arek-arek Surabaya melawan Sekutu atau Inggris terjadi pada 27 Oktober 1945.
Tanggal 30 Oktober 1945, dinukil dari Sedjarah TNI-Angkatan Darat 1945-1965 (1965), pemimpin pasukan Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby, tewas dalam suatu insiden.
Pertempuran ini menelan korban nyawa hingga ribuan jiwa, Surabaya pun hancur lebur. Salah satu tokoh yang berperan besar mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini adalah Bung Tomo.
M.C. Ricklefs dalam A History of Modern Indonesia (1993) mencatat, dampak dari peristiwa bersejarah ini menewaskan setidaknya 6.000-16.000 orang dari pihak Indonesia. Sedangkan korban tewas dari pasukan Sekutu kira-kira sejumlah 600-2.000 orang.
Tak hanya itu. Menurut Stanley Woodburn Kirby dalam The War Against Japan (1965), tidak kurang dari 200.000 orang yang terdiri dari rakyat sipil terpaksa mengungsi dari Surabaya ke daerah-daerah yang lebih aman akibat pecahnya pertempuran tersebut.
Pertempuran Surabaya juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk melakukan perlawanan.
Setahun setelah peristiwa itu, yakni pada 10 November 1946, Presiden Sukarno menetapkan bahwa setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan dan diperingati hingga saat ini.
Fakta-Fakta Hari Pahlawan 10 November
1. Dipicu tewasnya Jenderal Mallaby
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dipicu oleh tewasnya perwira kerajaan Inggris Jenderal Mallaby.
2. Serangan darat, laut dan udara
Pada 10 November 1945 pukul 06.00 pagi, Inggris menggempur Kota Surabaya dari berbagai penjuru. Untuk menghancurkan Surabaya, Inggris mengerahkan segenap daya dan upayanya, dari darat, laut, dan udara. Serangan pertama ini menimbulkan korban yang sangat besar, terutama dari kalangan rakyat biasa.
Warga dari berbagai lapisan masyarakat langsung merespons. Tokoh-tokoh masyarakat yang bukan berasal dari kalangan militer, salah satunya K.H. Hasyim Asy'ari, menggelorakan perlawanan rakyat untuk menghadapi kekejaman Inggris. Para pemuda, pedagang, petani, santri, serta berbagai kalangan lainnya menyatukan nyali demi mempertahankan kemerdekaan bangsa.
3. Melibatkan banyak sipil daripada militer
Dalam perang Surabaya itu, sebagaimana menurut penelitian Lorenzo Yauwerissa yang dibukukan dalam 65 Tahun Kepahlawanan Surabaya (2011), setidaknya melibatkan 20 ribu tentara dari Indonesia, sementara unsur warga sipil yang terlibat mencapai 100 ribu orang.
4. Modal dengkul melawan Inggris
“Perlawanan Indonesia berlangsung dalam dua tahap. Pertama pengorbanan diri secara fanatik, dengan orang-orang yang hanya bersenjatakan pisau-pisau belati menyerang tank-tank Sherman, dan kemudian dengan cara yang lebih terorganisir dan efektif, mengikuti dengan cermat buku-buku petunjuk militer Jepang,” tulis David Wehl dalam Birth of Indonesia (1949) seperti di kutip Ben Anderson dalam Revoloesi Pemoeda.
5. Bung Tomo pengobar semangat
Dalam peristiwa 10 November 1945, nama Bung Tomo begitu legendaris karena dikenal sebagai pengobar semangat tempur yang bersenjatakan mikrofon. Selain itu, dia juga salah satu pemimpin laskar yang kemudian ditarik ke Kementerian Pertahanan.
Trailer Film Battle of Surabaya
Editor: Iswara N Raditya