tirto.id - “Jika kamu tidak dapat mengalahkan mereka, investasikan jutaan dolar pada mereka, dan sebut langkah itu ‘strategic partnership’,” tulis Maya Kosoff, mengomentari banyaknya kucuran dana dari para pabrikan mobil pada startup ride-sharing dalam tulisannya di Vanity Fair.
Ada anggapan ride-sharing bakal menjadi disrupsi baru bagi bisnis-bisnis konvensional termasuk industri generasi 2.0 seperti otomotif. Perkembangan ride-sharing makin tak terbendung. Pada 2018, penetrasi pengguna ride-sharing di dunia mencapai 9,8 persen. Pada 2022, angkanya diprediksi meningkat jadi 13,3 persen. Penetrasi yang masih kecil ini bakal makin membesar. Selain diambil venture capital, peluang itu diambil juga oleh produsen otomotif.
Pada 13 Juni 2018, Grab mengumumkan memperoleh pendanaan sebesar $1 miliar dari Toyota Motor Corporation (TMC). Grab mengatakan investasi itu akan digunakan untuk “mencapai visi menjadi platform mobilitas terpadu satu pintu (one-stop mobility platform)” Yang salah satu tujuannya: “menciptakan jaringan transportasi yang lebih efisien.”
Kucuran dana dari Toyota pada Grab itu merupakan yang kedua, setelah pada 24 Juli 2017, bersama dengan SoftBank serta Didi Chuxing, juga menggelontorkan dana sebesar $2 miliar.
Toyota tak hanya berinvestasi pada Grab, dan Grab bukanlah satu-satunya ride-sharing yang memperoleh duit dari perusahaan otomotif.
Crunchbase mencatat, Toyota telah berinvestasi pada Getaround, car-sharing yang didirikan oleh Elliot Kroo pada 10 September 2009, dan JapanTaxi, cab-hailing yang dirintis Kawakabe Jidosha Shokai sejak Desember 2011.
Pada Getaround, Toyota telah melakukan investasi dua kali, yang masing-masing senilai $10 juta dan $45 juta. Sementara pada JapanTaxi, raksasa otomotif itu baru berinvestasi sekali dengan nilai yang mencapai angka $69 juta.
Selain Toyota, perusahaan otomotif lain yang berinvestasi pada Grab ialah Honda. Bersama dengan SoftBank, pada 19 September 2016, Honda menggelontorkan uang sebanyak $750 juta.
Bukan Sekadar Investasi
“Saya percaya dengan perubahan teknologi, yang mampu menumbangkan Kodak atau Blockbuster,” kata Mary Barra, Chief Executive Officer General Motors, perusahaan otomotif di balik brand Chevloret, Cadillac, hingga Wuling dalam wawancara dengan Rick Tetzeli, wartawan Fortune.
Perubahan teknologi, dalam dunia otomotif, salah satunya kehadiran mobil swakemudi. Barra mengatakan “teknologi swakemudi yang jauh lebih aman dibandingkan mobil yang dikemudikan manusia akan segera datang. Teknologi itu akan semakin canggih dengan teknologi seperti kecerdasan buatan dan machine learning.”
Namun, perubahan teknologi yang paling dekat dibandingkan mobil swakemudi ialah ride-sharing, yang digagas oleh Uber dan lainnya. Untuk merespons perubahan itu, General Motors, bersama dengan Rakuten, meluncurkan pendanaan senilai $1 miliar pada Lyft. Lyft merupakan ride-sharing pesaing terdekat Uber di Amerika Serikat. Pemberitaan CNBC menyebut bahwa Lyft memiliki pangsa pasar 35 persen.
Logan Green, Chief Executive Officer Lyft, pada Andrew J. Hawkins, jurnalis The Verge, mengatakan keputusan General Motors berinvestasi pada Lyft sebagai “langkah yang sangat genuine.”
Namun, General Motors tak ingin cuma jadi penggembira dengan hanya mengucurkan uang belaka. General Motors merilis Maven, aplikasi car-sharing yang didirikan pada Januari 2016 dan kini masih berstatus “pilot.”
Maven tidak serupa Uber atau Grab. Aplikasi itu lebih mirip Airbnb maupun bike-sharing. Jika melalui Airbnb seseorang dapat menyewakan rumah/kamar/ruangan, Maven membuat seseorang dapat menyewakan mobil miliknya. Yang uniknya, si peminjam tak perlu mengembalikan mobil ke garasi si pemilik, cukup di pinggir jalan di manapun.
Selain Maven, di segmen car-sharing ada Zipcar dan Turo. Laporan Bloomberg menyebut nilai pasar car-sharing berada di angka $53 miliar. Turo telah memiliki 200 ribu mobil yang siap disewa orang Amerika Serikat.
Di laman resmi Maven, mobil disewakan dengan berbagai variasi harga, tergantung jenis. Tipe sedang dipatok tarif $8 per jam, sementara itu jenis SUV berharga $14 per jam.
Alexandre Marian, konsultan AlixPartners LLP, mengatakan langkah General Motors merilis Maven ialah bentuk “perusahaan pembuat mobil yang mengantisipasi disrupsi, dengan bereksperimen di model bisnis berbeda-beda.”
Kenapa Otomotif Masuk Ride-Sharing?
Kehadiran ride-sharing membuat masyarakat berpikir ulang tentang memiliki kendaraan pribadi. Dalam konteks di Jakarta, ada simulasi sederhana soal memilih antara mengeluarkan uang Rp1,12 juta per bulan, jika menggunakan ride-sharing, atau Rp1,02 juta per bulan, jika menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor. Di Amerika Serikat, sebuah riset menyebutkan bila seseorang bepergian kurang dari 16 ribu kilometer per tahun, menggunakan layanan ride-sharing seperti Uber jadi pilihan bijak.
Namun, catatan Statista, penjualan mobil masih moncer. Pada 2017, ada 79,02 juta mobil terjual di seluruh dunia. Meningkat dari 77,25 juta unit setahun sebelumnya. Bakal ada 81,57 juta unit mobil yang terjual di tahun ini di seluruh dunia.
Raj Nair, Chief Technology Officer Ford yakin kendaraan pribadi masih jadi pilihan di tengah pesatnya perkembangan ride-sharing. Alasannya, menurut hitung-hitungan Ford, kendaraan pribadi dirasa masih lebih irit, dengan biaya rata-rata sebesar $1,5 per mil. Nair menuturkan rata-rata biaya taksi sebesar $6 per mil dan transportasi publik lainnya sebesar $0,30 hingga $0,70 per mil. Sementara itu, biaya ride-sharing berada di kisaran $2,5 per mil.
Bertel Schmitt, kontributor Forbes, mengatakan meskipun ada Uber, Lyft, atau Grab, “masyarakat masih membeli mobil, dan Uber masih menggunakan mobil. Uber perlu mobil baru yang atraktif.” Ini yang membuat perusahaan-perusahaan otomotif tidak terlalu merisaukan kehadiran ride-sharing.
Namun, mengapa perusahaan teknologi berinvestasi pada ride-sharing?
Jawabannya ada dua: menjadikan komunitas ride-sharing sebagai pasar dan menjadikan ride-sharing bagian dari transformasi perusahaan otomotif ke bentuk yang baru.
Pada Desember 2015, Lyft mendapat kucuran dari General Motors. Selain uang, ditulis Hawkins, para mitra pengemudi Lyft akan mendapatkan harga spesial bila mereka menyewa atau membeli mobil-mobil buatan General Motors. Ini pun terjadi pada Gett, ride-sharing asal Inggris. Melalui investasi yang dikucurkan Volkswagen, mitra mereka memperoleh “deal” khusus dari pabrikan mobil asal Jerman itu.
Grab di Indonesia memiliki program bernama Gold Driver Program, program penyediaan unit kendaraan atau kredit mobil bagi para mitra Grab. Para mitra Grab yang berminat, bisa memiliki kendaraan dengan cara auto debet dari dompet Grab.
Namun, Dewi Nuraini, Public Relation Manager Grab Indonesia, membantah program tersebut berhubungan dengan investasi yang dikucurkan Toyota. Menurutnya, program kredit mobil itu “sudah dijalankan dari tahun 2017.” Namun, SoftBank dan Didi Chuxing, bersama Toyota telah berinvestasi sejak Juli 2017 pada Grab. Selain itu, mobil yang ditawarkan untuk dikredit, yakni Toyota Calya E MT dan Daihatsu Sigra R MT, merupakan dua mobil yang digawangi grup Toyota.
Shigeki Tomoyama, Toyota Executive Vice President and President of Toyota’s in-house Connected Car Company, dalam keterangannya, mengatakan kucuran yang diberikan perusahaannya bertujuan untuk “mengembangkan sejumlah layanan yang lebih menarik, aman, dan terjamin.”
Sementara itu, Ford, perusahaan otomotif yang turut mengucurkan investasi pada dunia ride-sharing, yakni ZoomCar pada 16 Desember 2018 lalu senilai $40 juta, menjadikan investasi yang dikucurkannya sebagai bagian dari inisiatif transformasi mereka bertajuk Ford Smart Mobility, inisiatif yang mencakup ride-sharing, car-sharing, hingga bike-sharing dari Ford.
Pada 2016, inisiatif itu lalu dikembangkan dengan mendirikan perusahaan bernama Ford Mobility LLC. Dalam laman resmi mereka, Ford Smart Mobility bertujuan untuk merancang, mengembangkan, dan berinvestasi di layanan mobilitas yang sedang berkembang, seperti ride-sharing.
“Ford Smart Mobility dan usaha memperluas layanan mobilitas adalah peluang yang signifikan. Rencana kami ialah dapat secara cepat menjadi bagian dari perkembangan layanan transportasi mobile (ride-sharing) yang telah membukukan pendapatan tahunan hingga $5,4 triliun,” kata Mark Field, President Ford.
Hingga saat ini, Ford Smart Mobility telah melakukan banyak langkah. Seperti merilis Bridj, aplikasi pemesan bus, city driving on-demand, aplikasi car-sharing, dan MoDe:Flex, smartbike dari Ford. Semua langkah yang dilakukan Ford bertujuan mengamankan diri mereka dari dunia yang terus berubah oleh teknologi. Langkah ini juga telah dimulai oleh Totota dan pabrikan mobil lainnya.
Editor: Suhendra