Menuju konten utama

SoftBank Penguasa Ride-Sharing: Investor Uber Hingga Grab

SoftBank menanamkan uang di mana-mana khususnya di bisnis ride-sharing ternama seperti Uber hingga Grab.

SoftBank Penguasa Ride-Sharing: Investor Uber Hingga Grab
Ilustrasi Softbank. FOTO/REUTERS

tirto.id - Masayoshi Son berangkat ke kantor miliknya, dua karyawannya sudah menunggu. Di satu hari pada tahun 1981 itu, Son mencoba memberikan wejangan untuk motivasi bekerja.

“Dalam lima tahun ke depan, saya akan memperoleh penjualan hingga $75 juta. Dalam lima tahun ke depan, saya akan memasok barang ke 1.000 toko, yang kemudian menempatkan kita sebagai distributor software komputer nomor satu," kata Son yang lulusan University of California, Berkeley, Amerika Serikat ini.

Setelah mendengar ocehan Son, dua pekerja itu berdiri. Mereka saling pandang dan berpikir sang bos yang hanya pemilik bisnis distributor skala kecil ini sudah gila. Keduanya sepakat mundur dari perusahaan yang jadi cikal bakal perusahaan "raksasa" SoftBank.

SoftBank merupakan perusahaan yang didirikan Son pada 3 September 1981. SoftBank awalnya hanyalah perusahaan distribusi software komputer. Perlahan, perusahaan itu masuk ke banyak bidang hingga menjadi investor banyak lini usaha di dunia. Son dalam sebuah wawancara dengan Harvard Business Review, menilai bahwa SoftBank memang harus mendiversifikasi produk.

“Toshiba atau Sony adalah perusahaan yang tidak cuma menjual satu produk. Mereka menjual banyak jenis produk, dari kulkas ke televisi ke semikonduktor,” ucapnya.

Saat demam dotcom terjadi di pertengahan 1990-an, SoftBank berinvestasi pada lebih dari 800 startup situsweb. Sayangnya, kebanyakan perusahaan yang didukung SoftBank gagal. Son merugi hingga $70 miliar. Namun, kerugian itu tidak sampai membuat SoftBank tamat. Investasi pada Alibaba pada tahun 2.000 senilai $20 juta jadi dewa penolong bagi SoftBank.

Kini, investasi SoftBank kian menggurita. Data yang dipaparkan Crunchbase SoftBank telah berinvestasi sebanyak 164 kali pada berbagai startup. Salah satu jenis startup yang kini jadi favorit SoftBank adalah bisnis ride-sharing seperti taksi dan ojek online.

Raja Ride-sharing

SoftBank hingga kini telah berinvestasi sebanyak 16 kali pada 5 startup ride-sharing. Perjalanan SoftBank berinvestasi pada startup ride-sharing bermula pada 25 November 2014. Perusahaan asal Jepang itu mengucurkan dana senilai $210 juta pada Ola sebagai bagian investasi seri D startup itu.

Ola merupakan pemain lokal ride-sharing di India. Ia didirikan pada 3 Desember 2010 oleh Ankit Bhati dan Bhavish Aggarwal, Ola punya cukup banyak pilihan kendaraan, seperti bajaj, motor, hingga berbagai macam jenis mobil. Total, Ola telah melakukan 14 kali funding round dengan uang yang masuk sebanyak $3 miliar. Dari jumlah tersebut, SoftBank mengucurkan investasi sebanyak 5 kali dengan total kucuran sebesar $2,540 miliar.

Selepas Ola, startup ride-sharing selanjutnya yang memperoleh dana segar dari SoftBank ialah Grab. Startup ride-sharing yang didirikan oleh Anthony Tan dan Tan Hooi Ling di Malaysia dan kini berkantor pusat di Singapura. Kali pertama SoftBank mengucurkan dana sebesar $250 juta pada 3 Desember 2014 sebagai bagian dari pendanaan seri D Grab.

SoftBank juga mengucurkan tiga kali pendanaan lanjutan dengan nilai $3,6 miliar pada Grab. Secara keseluruhan, dari berbagai investor, Grab mendapatkan uang sebesar $4,1 miliar melalui 11 kalifounding round.

Startup ride-sharing ketiga yang memperoleh kucuran dana SoftBank ialah Didi Chuxing. Didi Chuxing, yang didirikan oleh Bo Zhang dan Cheng Wei, mendapatkan empat kali kucuran dana dari SoftBank. Kucuran ini pertama kali terjadi pada 7 September 2015 senilai $3 miliar, pada 15 Juni 2016 senilai $7,3 miliar, pada 28 April 2017 sebesar $5,5 miliar, dan 21 Desember 2017 sebesar $4 miliar. Secara keseluruhan SoftBank telah membenamkan uang maha besar hingga $19,8 miliar.

Startup ride-sharing berikutnya ialah 99. Startup ride-sharing lokal di Brasil. Startup yang didirikan oleh Ariel Lambrecht, Paulo Veras, dan Renato Freitas pada Juli 2012 itu mendapat suntikan SoftBank satu kali pada 24 Mei 2017 sebesar $200 juta sebagai bagian pendanaan Seri C.

Startup terakhir yang memperoleh dana dari SoftBank ialah Uber, pelopor aplikasi ride-sharing. Dalam dua kali pendanaan, SoftBank mengucurkan duit senilai $9,25 miliar pada startup yang didirikan Travis Kalanick itu. Dari kucuran dana tersebut, SoftBank sukses menjadi pemilik bagian terbesar Uber yang jumlahnya mencapai 15 persen. Uber berhak menempatkan 17 perwakilannya sebagai anggota dewan perusahaan.

Infografik softbank

Kekuatan Pendanaan SoftBank

Pada tiap aksi pengucuran dana investasi pada startup ride-sharing, SoftBank menggunakan teknik yang cukup dingin. Dalam pemberitaan The Independent, Cheng Wei pendiri Didi Chuxing awalnya menolak investasi dari Masayoshi Son. Son menerima penolakan itu. Namun, ia lalu memberitahu Wei bahwa dana penolakan akan dialihkan pada startup pesaing Didi di Cina. Namun, karena Wei tidak ingin ada pesaing tumbuh, ia akhirnya menerima pinangan Son.

Jurus ampuh Son ini juga berlaku pada Uber. Tawaran investasi pada Uber disertai dengan ancaman pengalihan dana ke startup lain. Kuatnya SoftBank tak cuma kemampuan memaksa startup menerima permainan SoftBank. Namun, bagaimana mengendalikan ke mana arah startup yang mereka suntik modalnya. Yang paling baru ialah aksi penjualan operasional Uber Asia Tenggara ke Grab.

Saat memberikan investasi pada Uber, SoftBank memberi “nasihat” pada Uber untuk meninggalkan pasar Asia Tenggara karena dianggap membuang-buang dana Uber. Selain itu, persaingan Asia Tenggara terlalu berat. Ada Grab dan khususnya ada Go-Jek di Indonesia. Di sisi lain, Grab dan Uber merupakan “saudara” di bawah SoftBank.

Selepas ucapan-ucapan sangkalan dari Uber, akhirnya startup itu menyerah juga dan menuruti nasihat SoftBank. Pada 26 Maret lalu Uber menyerahkan operasional Asia Tenggara dengan barter 27,5 persen saham Uber di Grab.

Aksi penyerahan bisnis anggota keluarga SoftBank bukan hanya antara Grab dan Uber. Pada awal Agustus 2016 Uber menjual unit bisnis Cina yang punya nilai $8 miliar pada Didi Chuxing. Sayangnya, tak disebutkan berapa nilai kesepakatan dari aksi bisnis tersebut.

Pada saat kesepakatan terjadi, valuasi Didi Chuxing mencapai $28 miliar. Aksi pembelian itu sukses melejitkan valuasi Didi menjadi $36 miliar. Namun, ini tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu kekuatan pengaruh SoftBank. Saat penyerahan Uber pada Didi terjadi, Uber diketahui belum menerima dana dari SoftBank.

Kucuran dana besar bagi berbagai startup ride-sharing menempatkan SoftBank penguasa di bisnis ini. Cerita dua orang pekerja pertama SoftBank yang mundur karena menganggap Masayoshi Son adalah bos yang gila adalah kekeliruan. Son dan SoftBank bukan hanya "gila" tapi ambisius.

Baca juga artikel terkait SOFTBANK atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra