tirto.id - Sketsa adalah bentuk seni rupa yang banyak berkembang di Indonesia. Perkembangan sketsa di dalam negeri tidak terlepas dari peran berbagai tokoh sketsa Indonesia.
Faktanya, saat ini ada sejumlah seniman terkenal Indonesia yang piawai dalam memproduksi karya-karya seni sketsa. Contoh tokoh sketsa terkenal di Indonesia adalah Ipe Ma'aroef.
Ipe Ma'aroef merupakan tokoh seni rupa terkenal Indonesia yang juga dijuluki sebagai Raja Sketsa Indonesia. Selain sebagai pelukis, Ipe Ma'aroef juga dikenal sebagai ilustrator yang menghasilkan karya dengan karakter kuat.
Tokoh sketsa terkenal lainnya adalah Raden Saleh, yang merupakan maestro lukis yang hidup di zaman kolonial Belanda.
Selain itu, ada juga nama-nama pelukis seperti Affandi, Kawit Tristanto, hingga Sindoedarsono Soedjojono yang dikenal sebagai tokoh sketsa Indonesia.
Pengertian Sketsa
Menurut Mikke Susanto dalam Diksi Rupa Kumpulan istilah dan Gerakan Seni Rupa (2011), sketsa adalah pemindahan objek dengan menggunakan goresan, arsiran, warna dengan maksud sebagai rancangan maupun sebagai karya yang berdiri sendiri.
Istilah sketsa sering digunakan untuk menyebut rancangan gambar dalam seni rupa dua dimensi. Sketsa bersifat menangkap esensi dan ekspresi dengan lebih cepat dan sederhana dari pada gambar atau lukisan.
Sketsa sebagai rancangan gambar biasa diterapkan dalam salah satu tahapan pembuatan karya seni rupa dua dimensi. Contohnya sketsa untuk membuat lukisan, seni grafis, gambar ilustrasi, poster, dan sebagainya.
Sedangkan, sketsa sebagai karya seni rupa murni merujuk pada seni yang berdiri sendiri, seperti halnya seni patung, keramik, lukisan, dan sebagainya.
Perkembangan Sketsa Indonesia
Sketsa merupakan salah satu jenis seni rupa tertua dalam peradaban manusia. Menurut Giriluhita Retno Cahyaningsih dalam Dasar-Dasar Seni Rupa (2022), perkembangan sketsa sudah berlangsung sejak zaman prasejarah ketika manusia mengenal seni rupa untuk pertama kalinya.
Hal ini dibuktikan lewat coretan-coretan di berbagai objek prasejarah, seperti di permukaan batu, dinding gua, dan sebagainya. Misalnya coretan-coretan siluet tangan yang ditemukan di dinding gua karst di Maros, Sulawesi Selatan.
Coretan-coretan tersebut diduga sudah ada selama ratusan ribu bahkan jutaan tahun yang lalu. Coretan semacam inilah yang kemudian berkembang menjadi sketsa, gambar, dan lukisan.
Di zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha sketsa banyak diproduksi oleh seniman-seniman untuk melukis objek alam dan unsur magis. Ini termasuk ornamen-ornamen tumbuhan, hewan, gambar dewa-dewi, raja-raja, dan sebagainya.
Sementara, di zaman kerajaan Islam, sketsa banyak digunakan untuk membuat karya seni religius seperti kaligrafi dan sebagainya. Perkembangan sketsa ini terus berlanjut hingga zaman kolonial Belanda.
Pada era Perang Dunia II saat Indonesia masih dikuasai Belanda, sketsa banyak dibuat sesuai dengan pesanan orang-orang berkuasa. Sketsa bisa digunakan untuk pembuatan iklan produk, hingga poster-poster propaganda.
Namun, menurut Setianingsih Purnomo dalam ULTIMART Jurnal Komunikasi Visual (2016) di masa Pemerintahan Belanda ada juga sejumlah karya seni rupa yang dibuat menggambarkan keindahan alam di Indonesia seperti sawah, gunung, dan penduduk pribumi.
Sayangnya, karya-karya tersebut bukan dibuat oleh orang Indonesia melainkan seniman Eropa yang datang ke Nusantara. Hanya segelintir orang Indonesia yang bisa terkenal karena karya seninya saat itu, termasuk Raden Saleh dan Sindoedarsono Soedjojono.
Perkembangan seni rupa khususnya sketsa paling pesat setelah kemerdekaan. Banyak seniman yang mulai berani mengekspresikan diri lewat lukisan-lukisannya.
Hal ini didukung dengan berdirinya sejumlah perguruan tinggi dan organisasi kebudayaan yang fokus pada bidang seni. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak seniman-seniman yang lahir di masa setelah kemerdekaan.
Seni sketsa juga dijadikan alat bagi para seniman untuk mengkritik pemerintahan. Misalnya, pada zaman Orde Baru, banyak seniman-seniman membuat sketsa dan karikatur penguasa untuk mengkritik krisis dan kebijakan yang merugikan.
Sementara itu, di era modern, sketsa banyak digunakan untuk memproduksi karya seni hiburan dan pendidikan seperti kartun, animasi, komik, ilustrasi majalah, desain grafis, mural, dan sebagainya.
Sketsa saat ini tidak hanya dibuat bermodalkan kertas dan pensil, tetapi juga perangkat digital yang lebih canggih dan modern.
Tokoh Sketsa Indonesia
Ada sejumlah nama tokoh sketsa terkenal dari Indonesia. Di antara para tokoh tersebut merupakan seniman populer di dalam negeri dengan karya-karya ikonik.
Berikut ini daftar tokoh sketsa terkenal Indonesia:
1. Ipe Ma'aroef
Ismet Pasha Ma'aruf atau yang dikenal dengan nama Ipe Ma'aroef adalah salah satu tokoh sketsa terkenal di Indonesia. Masih menurut Cahyaningsih Ipe Ma'aroef berasal dari Padang, Sumatra Barat yang berprofesi sebagai seniman lukis dan ilustrator.
Ipe membuat sketsa menggunakan berbagai alat dan bahan yang tidak biasa, mulai dari kertas karton, paku, hingga pentul korek api. Namun, berkat kreativitasnya yang luar biasa, karya Ipe Ma'aroef terkenal memiliki karakteristik kuat.
Hal ini juga yang membuat Ipe Ma'aroef dijuluki sebagai Raja Sketsa Indonesia.
2. Affandi Koesoema
Affandi Koesoema merupakan tokoh seni rupa terkenal kelahiran Cirebon, Jawa Barat. Tak hanya tereknal dari dalam negeri, nama Affandi juga tersohor di mancanegara.
Ia banyak membuat sketsa untuk menggambarkan wujud manusia. Salah satu sketsa Affandi yang terkenal berjudul "Affandi" yang menggambarkan sosok pria yang sedang duduk di meja makan.
Selain potret diri, sketsa-sketsa buatan Affandi juga ada menampilkan bentuk tubuh manusia tanpa busana, ekspresi wajah, dan bentuk-bentuk abstrak lainnya.
3. Raden Saleh
Raden Saleh adalah tokoh seniman terkenal Indonesia yang juga piawai dalam membuat sketsa. Pada masa kejayaannya, Raden Saleh membawa aliran romantisisme.
Ciri khas dari karya seni Raden Saleh bisa dilihat dari detail dan disiplin teknik yang tinggi. Salah satu karya sketsa terkenal yang dibuat oleh Raden Saleh berjudul "Säugende Tigerin."
Sketsa tersebut menggambarkan seekor harimau betina yang sedang menyusui. Saat ini sketsa tersebut disimpan di Museum der bildenden Künste Leipzig, Jerman.
4. Kawit Tristanto
Kawit Tristanto merupakan ahli sketsa modern yang terkenal di dalam negeri. Ia merupakan ilustrator sekaligus pembuat sketsa poster bioskop terkenal asal Solo (Surakarta).
Namanya begitu tersohor seiring dengan masifnya produksi film bioskop di era 1980 - 1990-an. Tema-tema ilustrasi dan sketsa yang dibuat Tristanto beragam.
Menurut Sigit Purnomo Adi dalam Sketsa-Sketsa Kawit Tristanto (2021), sketsa buatan Tristanto banyak mengangat tema soal kehidupan sehari-hari, dokumentasi peristiwa, kejadian di Kota Surakarta, hingga potret diri.
5. Sindoedarsono Soedjojono
Sindoedarsono Soedjojono alias Pak Djon merupakan seniman legendaris Indonesia yang hidup sejak sebelum Kemerdekaan. Seniman asal Sumatera Utara ini terkenal dengan karyanya berjudul "Di Depan Kelambu Terbuka."
Namun, karya sketsa buatan Pak Djon populer dan menjadi dokumentasi sejarah berjudul "The First Assembly of the DPR." Sketsa tersebut menggambarkan suasana sidang pertama DPR di Indonesia pada 1956.
Sketsa buatan Pak Djon lainnya ada yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, potret diri, hingga infografis.
6. Popo Iskandar
Popo Iskandar adalah seniman yang dijuliki sebagai Pelukis Kucing. Sesuai dengan julukannya, Popo Iskandar banyak memproduksi karya-karya seni yang menggambarkan seekor kucing termasuk lukisan maupun sketsa.
Karya-karya Popo Iskandar yang terkenal adalah "Young Leophard", "Bulan di Atas Bukit", "Bunga", "Cat" dan masih banyak lainnya. Dalam memproduksi karya, Popo Iskandar berkiblat pada mazhab kubisme dan abstrak.
7. Henk Ngantung
Henk Ngantung merupakan tokoh seniman Indonesia kelahiran Bogor, Jawa Barat. Tak hanya dikenal sebagai seniman dan ilustrator, Henk Ngantung juga wakil gubernur periode 1960-1964 dan gubernur Jakarta tahun 1964-1965.
Karya sketsa Henk Ngantung banyak mengangkat tema soal kehidupan sehari-hari, potret diri, dan dokumentasi peristiwa sejarah.
Salah satu karya sketsanya yang paling terkenal adalah "Minahasa Skets" berupa rumah tradisional masyarakat Minahasa yang dibuat dingan goresan pensil di atas kertas.
Editor: Dhita Koesno