Menuju konten utama

Siapa Edhy Prabowo: Pengganti Susi Pudjiastuti yang Ditangkap KPK?

Profil Edhy Prabowo yang ditangkap KPK, ia adalah politikus Gerindra dan Menteri KKP yang menggantikan Susi Pudjiastuti.

Siapa Edhy Prabowo: Pengganti Susi Pudjiastuti yang Ditangkap KPK?
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyampaikan pidato pengarahan saat rapat kerja teknis Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) di Yogyakarta, Kamis, (19/12/2019). (tirto.id/Irwan A. Syambudi)

tirto.id - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Menteri Kelautan dan Perikanan sekaligus politikus Partai Gerindra Edhy Prabowo pada hari Rabu, 25 November 2020 pukul 01.23 WIB.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyatakan, lembaga antirasuah tidak hanya menangkap Edhy saja, tetapi beberapa pimpinan di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menurut dia, penangkapan itu terkait dengan kasus ekspor benur benih lopster.

"Benar KPK tangkap, terkait ekspor benur. Tadi pagi jam 01.23 di [Bandara] Soetta," ujar Nurul kepada reporter Tirto.

Menanggapi hal itu, politikus senior Partai Gerindra, Arief Poyuono, mendesak Prabowo Subianto untuk mundur dari jabatan Menteri Pertahanan, setelah Edhy Prabowo terkena OTT KPK atas dugaan korupsi ekspor benih lobster.

Menurut Arief, kasus OTT KPK terhadap Menteri Edhy adalah ‘pukulan’ bagi Prabowo karena dulu selama kampanye Pilpres 2019 sering mengatakan bahwa kasus korupsi di Indonesia sudah kronis.

“Dengan ditangkapnya Edhy Prabowo, maka tamat sudah cita-cita Prabowo jadi presiden Indonesia," kata Arief.

Lantas siapakah Edhy Prabowo? Berikut adalah profilnya.

Pernah di Akabri, Tapi Dikeluarkan

Edhy Prabowo adalah politikus Partai Gerindra yang menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Ia resmi dilantik pada 23 Oktober 2019 dengan menggantikan posisi Susi Pudjiastuti.

Seperti dilansir Antara, Edhy Prabowo adalah politikus kelahiran 26 Desember 1972 di Muara Enim, Sumatera Selatan. Ia pernah mengenyam pendidikan di Akademi Angkatan Bersenjara Republik Indonesia (AKABRI)--sekarang Akademi Militer (AKMI) di Magelang, Jawa Tengah pada tahun 1991. Namun, ia tidak selesai, karena dua tahun kemudian, dia dikeluarkan.

Usai dari sana, Edhy hijrah ke Jakarta dan berkenalan dengan Prabowo Subianto--Menteri Pertahanan dan Ketua Umum DPP Gerindra--yang saat itu masih menjabat Komandan Grup II Kopassus TNI AD berpangkat Letkol. Hubungan mereka menjadi sangat dekat dan berlanjut sampai saat ini, Edhy kemudian bergabung dengan Partai Gerindra yang didirikan Prabowo.

Bahkan, Edhy turut disekolahkan oleh Prabowo di Universitas Moestopo pada tahun 1997. Dia mengambil jurusan Ekonomi Manajemen. Pada tahun 2004, Edhy melanjutkan pendidikan di Swiss German University mengambil bisnis.

Kendati demikian, ia memulai karier politiknya sejak tahun 2005 saat menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Ia bahkan sudah masuk Partai Gerindra sejak partai itu berdiri. Pada tahun 2012 ia diangkat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Keuangan dan Pembangunan DPP Partai Gerindra dan masih memegang jabatan tersebut sampai saat ini.

Edhy kemudian menjadi anggota DPR tahun 2009 dan bertugas di Komisi VI DPR RI yang membidangi perdagangan, perindustrian, koperasi, dan BUMN. Ia kembali maju pada Pemilu 2009 dari Dapil Sumatera Selatan II, yang merupakan kampung halamannya.

Di daerah pemilihan itu, dia bersaing dengan para politikus senior untuk memperebutkan kursi di DPR seperti Mustafa Kamal, Dodi Alex Nurdin, dan Nazarudin Kiemas.

Pada Pemilihan Legislatif 2014, ia kembali terpilih dari Dapil Sumatera Selatan I setelah memperoleh 75.186 suara. Edhy kemudian diangkat menjadi Ketua Komisi IV DPR RI 2014-2019 yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Edhy Prabowo juga merupakan Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR RI.

Selain berpotilitik, Edhy juga pernah mendirikan perusahaan jasa keamanan yaitu PT Garuda Security Nusantara dan menjabat sebagai Presiden Direktur. Selain itu, Edhy juga pernah menjadi Komisaris di PT Kiani Lestari Jakarta, perusahaan yang diketahi milik Prabowo Subianto.

Atlet Pencak Silat

Edhy pernah atlet pencak silat nasional dan ikut bertanding pada PON XIV di Jakarta pada tahun 1996. Dalam pertarungan itu, Edhy berhasil mendapatkan medali perunggu. Namanya menjadi "harum" ketika berjaya di Pekan Olahraga Nasional (PON) dan pernah mengikuti kejuaraan tingkat internasional.

Dari sana, ia diangkat menjadi wakil ketua harian Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia (PPSMI). Kemudian pada tahun 2007, ia menjabat ketua bidang pengembangan prestasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia.

Edhy juga aktif diorganisasi pencak silat seperti Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI). Ketua Umum IPSI Prabowo Subianto juga memberikan Edhy tanggung jawab sebagai Ketua Harian IPSI.

Saat menjadi Ketua Harian IPSI, anak didiknya pernah meraih 14 medali emas diajang Asian Games 2018, di Jakarta-Palembang. Keberhasilan tersebut menjadi sorotan karena mampu mendongkrak perolehan medali kontingen Indonesia yang awalnya ditargetkan memperoleh 16 medali emas dan masuk dalam 10 besar.

Namun, karena perolehan 14 emas dari Pencak Silat, maka di ajang tersebut, Indonesia menempati posisi keempat dengan meraih 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.

Harta Kekayaan Edhy Prabowo

Total harta kekayaan Edhy, sesuai dokumen LHKPN KPK pada tahun 2019, senilai Rp7.422.286.613. Setahun sebelumnya, saat menjadi ketua komisi IV DPR RI, harta kekayaan Edhy senilai Rp4.562.804.877.

Edhy memiliki tujuh tanah di Muara Enim, tanah kelahirannya. Satu lagi tanah Edhy berada di Bandung Barat. Selain itu, ia memiliki dua tanah dan bangunan di Bandung. Seluruhnya hasil sendiri dengan nilai Rp4.349.236.180.

Dia juga memiliki dua motor dan dua mobil. Salah satunya Mitsubishi Pajero Sport Jeep tahun 2017 senilai Rp500 juta. Dia juga memiliki satu sepeda sport BMC seharga Rp65 juta.

Baca juga artikel terkait KENAPA EDHY PRABOWO DIKELUARKAN DARI AKABRI atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH