tirto.id - Subway ramai dibicarakan di media sosial terkait kabar kedatangannya kembali di Indonesia yang belakangan diketahui hanya hoax. Apa dan bagaimana sejarah Subway sendiri yang sukses menjadi jaringan ritel makanan cepat saji terbesar di dunia ini dan memikat para pecinta kuliner?
Subway pertama didirikan pada Agustus 1965 oleh mahasiswa bernama Fred DeLuca dan Peter Buck seorang fisikawan nuklir. Awalnya, restoran ini dinamakan Pete's Super Submarines dan 'lahir' pertama kali di Brideport, Connecticut, AS.
Di hari pertama buka, mereka menjual sebanyak 312 sandwich dengan harga kurang dari 1 dolar AS per porsi. Tiga tahun berselang, yakni di tahun 1968, Buck dan DeLuca melakukan rebranding dan menamakan resto mereka Subway.
Keputusan itu seiring dengan perkenalan logo baru Subway yang identik dengan warna kuning terang. Di tahun 1974, mereka telah memiliki 16 toko yang tersebar di penjuru Connecticut.
Mulai tahun 1983, Subway mulai membuat roti di resto mereka, sebuah konsep yang menjadi bagian penting dari citra perusahaan. Hal inilah yang juga menjadi salah satu kunci kesuksesan mereka di tahun 1980-an dan 1990-an.
Subway lantas membuka restoran pertama mereka di luar negeri pada tahun 1984, tepatnya di Bahrain. Tahun penting lainnya bagi Subway adalah 1998 di mana mereka membuka lebih banyak lagi resto di luar negeri seperti Hong Kong, Italia, Irlandia Utara, Norwegia, hingga Pakistan.
Subway menjadi pelopor di kategori makanan cepat saji non-tradisional. Subway tidak menawarkan makanan cepat saji yang umum ditawarkan seperti hamburger, pizza, atau ayam goreng.
Kendati bisnis Subway awalnya adalah pesanan carryout, namun sebagian besar restoran menawarkan area di mana konsumen bisa makan sandwich dan salad sembari duduk. Subway membuka restoran mereka di tempat-tempat seperti toko serba ada, tempat pengisian bbm, hingga area peristirahatan yang juga membuat mereka bisa berekspansi secara cepat.
Tahun 1990-an adalah tahun kejayaaan Subway yang mana jumlah toko mereka meningkat drastis dari sekitar 5.000 menjadi sekitar 13.200 di tahun 1998, menjadikan kedudukan mereka tepat persis di bawah McDonald's. Lantas di tahun 2002, Subway berhasil menyalip McDonald's sebagai jaringan restoran terbesar di Amerika Serikat dengan sebanyak 13.247 toko.
Keberhasilan Subway tak lepas dari kampanye yang mempromosikan sandwich rendah lemak mereka. Kampanye lain yang tak kalah sukses adalah saat juru bicara Subway Jared Fogle mengklaim dirinya berhasil turun berat badan hingga 200 pounds karena mengkonsumsi Subway.
Namun perjalanan perusahaan ini tidak selamanya mulus. Subway mengalami kemunduran di tahun 2014 saat penjualan merosot. Dikutip dari Business Insider,mereka bahkan sempat mengalami krisis PR (Public Relations) ketika Fogle ditahan atas kasus seksual.
Tahun-tahun selanjutnya juga bukanlah menjadi tahun cemerlang bagi Subway. Tahun lalu, Subway dilaporkan menutup 1.000 lokasi di seluruh dunia. Penutupan pun masih berlanjut di tahun 2020 akibat pandemi.
Meski demikian, CEO Subway John Chidsey masih mengungkapkan optimismenya terhadap perusahaan. Dalam wawancaranya dengan Forbes, ia mengatakan bahwa performa perusahaan di China membaik. "Hal ini menunjukkan bahwa seiring waktu, kamu bisa bangkit. Memang ini akan berbeda di penjuru dunia, namun Asia memberikanku harapan. Aku merasakan hal baik terhadap Subway," ujarnya.
Di Indonesia, Subway sempat membuka tokonya di tahun 1990-an namun pada akhirnya menutup lokasi mereka. Subway kembali menjadi perbincangan hangat karena kemunculan akun Instagram @subway_id yang mengklaim akan membuka kembali lokasi di Tanah Air.
Setelah viral, sang pemilik akun akhirnya buka suara bahwa akun yang dimaksud bukanlah akun resmi dan tidak mewakili perusahaan Subway. Pemilik akun akhirnya menghapus postingan-postingan hoaks yang dibuatnya.
Editor: Yantina Debora