Menuju konten utama

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap dan Kisah Lahirnya

Sejarah maulid Nabi Muhammad saw. dan kisah kelahiran Rasulullah merupakan pemahaman umum serta penting yang harus dipahami oleh umat Islam.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap dan Kisah Lahirnya
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW. foto/IStockphoto

tirto.id - Peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw. atau maulid Nabi merupakan hari penting bagi seluruh umat muslim di dunia. Sebelum diperingati sebagai hari nasional di Indonesia, maulid Nabi memiliki sejarah yang panjang.

Lalu, sejak kapan ada peringatan Maulid Nabi? Sejarah maulid Nabi Muhammad saw. diperkirakan oleh para ahli mulai dirayakan setelah 300 tahun kematian Rasulullah.

Berdasarkan catatan sejarah, kisah maulid Nabi Muhammad bermula dari peringatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Arab tradisional. Seiring berkembangnya Islam di dunia, peringatan Maulid Nabi ini dikenal oleh umat muslim di berbagai negara.

Dikutip dari situs web resmi Kementerian Agama RI, alasan Maulid Nabi diperingati adalah sebagai bentuk penghormatan umat Muslim atas kelahiran Nabi Muhammad.

Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW Singkat

Kisah kelahiran Nabi Muhammad saw. lengkap dapat ditelusuri dalam catatan sejarah Islam, terutama Al-Qur'an dan hadis. Rasulullah lahir pada 571 Masehi atau dalam khazanah Islam disebut "Tahun Gajah".

Nabi Muhammad lahir dari rahim Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhra. Beliau lahir sebagai anak yatim setelah sang ayahanda, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal dalam perjalanan niaga dari Syam.

Nama "Muhammad" dipilihkan oleh sang kakek, Abdul Muthalib. Dalam bahasa Arab, muhammad artinya orang yang terus-menerus terpuji.

Kisah kelahiran Nabi Muhammad saw. diyakini telah memadamkan api penganut Majusi. Hal itu sekaligus menandai kemunculan pendakwah di tengah impitan imperium Romawi dan Persia.

Merujuk pada NU Online, dikisahkan bahwa terjadi guncangan di istana Kisra di Persia pada malam kelahiran Nabi Muhammad saw. Gempa itu menyebabkan 14 ruangan di dalamnya roboh.

Ada banyak peristiwa lain yang terjadi ketika kelahiran Nabi. Salah satunya diriwayatkan bahwa rumah Abdullah diterangi cahaya yang benderang hingga Negeri Syam ketika Muhammad lahir.

“Dari sahabat-sahabat Rasulullah saw. mereka pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang dirimu.’ Rasul menjawab, ‘Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira yang disampaikan Isa. Saat ibuku mengandungku, ia melihat seakan-akan dari tubuhnya keluar nur [cahaya] yang dapat menerangi semua gedung kota Basrah yang ada di negeri Syam,’” (HR Al-Hakim).

Berkah kelahiran Nabi Muhammad juga dirasakan oleh Halimah As-Sa'diyah. Ia diriwayatkan menerima banyak keberuntungan, sejak kali pertama mengambil bayi Muhammad sebagai bayi susuannya.

Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi Muhammad

Sejarah peringatan Maulid Nabi diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-10. Peringatannya dimulai sejak era Dinasti Fatimiyah, sebuah kerajaan yang dahulu berlokasi di antara Afrika Utara (Mesir) dan Timur Tengah.

Menurut Ulin Niam Masruri dalam Riwayah: Jurnal Studi Hadis (2018), orang pertama yang merayakan Maulid Nabi adalah seorang raja dari Dinasti Fatimiyah bernama Raja al-Muiz Li Dinillah. Masa pemerintahannya berlangsung antara tahun 341-365 Hijriah atau 952-975 Masehi.

Adapun sejarah maulid Nabi Muhammad saw. yang digelar secara meriah tercatat pada masa kepemimpinan Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kaukabri ibn Zainuddin Ali bin Baktakin. Sebagaimana diungkapkan oleh Imam Al-Suyuthi dalam kitab Al-Hawi lil Fatawi, sang raja menggelontorkan dana mencapai 300.000 dinar untuk peringatan maulid Nabi.

Para sejarawan menilai bahwa peringatan maulid Nabi di era Dinasti Fatimiyah awalnya untuk keperluan legitimasi politik. Namun, peringatan tersebut sempat dilarang beberapa saat sebelum Dinasti Fatimiyah berakhir.

Pelarangan tersebut ditetapkan oleh salah satu pemuka agama di Musta'il Billah yang mengkhawatirkan adanya bidah dalam perayaan hari ulang tahun Nabi dan anggota keluarganya.

Namun, setelah Dinasti Fatimiyah berakhir dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah, peringatan Maulid Nabi kembali dilaksanakan. Cara peringatan Maulid Nabi pada Dinasti Ayyubiyah sangat berbeda dengan peringatan dinasti sebelumnya.

Dinasti Ayyubiyah memperingati Maulid Nabi dengan lebih megah dan dalam jangka waktu lama. Bahkan, menurut Ahmet Ozel dalam Mawlid: Its History and Religious Decision (2002), persiapan untuk memperingati Maulid Nabi berlangsung berhari-hari.

Peringatannya dirayakan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pelancong. Salah satu tradisi yang dilakukan saat maulid Nabi oleh Dinasti Ayyubiyah adalah membuka rumah tempat kelahiran Nabi untuk umum.

Alhasil, banyak peziarah dari seluruh negeri yang datang berkunjung ke rumah kelahiran Nabi Muhammad setiap 12 Rabiul Awal. Tradisi inilah yang kemudian diturunkan ke dinasti-dinasti selanjutnya selama ratusan tahun.

Cerita maulid Nabi Muhammad saw. juga diturunkan kepada kaum cendekiawan yang datang dari seluruh dunia ke Timur Tengah untuk belajar. Seiring dengan menyebarnya agama Islam di seluruh dunia, tradisi tersebut pun sampai ke Indonesia. Lalu, bagaimana sejarah maulid Nabi di Indonesia?

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia

Ada banyak versi terkait sejarah maulid Nabi di Indonesia. Beberapa mengungkapkan peringatan maulid Nabi dimulai di Pulau Sumatera, bersamaan dengan kali pertama Islam masuk ke Nusantara.

Namun, versi paling populer adalah kisah maulid Nabi Muhammad yang bermula di wilayah Jawa. Hal ini berkat ajaran para Wali Songo yang ingin menyebarkan Islam melalui seni dan budaya pada abad ke-14.

Salah satu peringatan Maulid Nabi tertua di Nusantara dilaksanakan oleh Keraton Solo dan Yogyakarta, bernama sekaten. Dikutip dari laman web resmi Pemerintah Kota Surakarta, tradisi ini diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-15.

Istilah sekaten berasal dari bahasa Arab "syahadatain" yang artinya sebuah kalimat mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Dalam praktiknya, tradisi sekaten dilakukan dengan menggelar pasar malam meriah yang digelar selama sebulan penuh.

Peringatan sekaten akan dilanjutkan dengan tumplak wajik atau merangkai gunungan berisi hasil panen. Gunungan tersebut akan dibagi-bagikan ke masyarakat dalam acara Grebeg Maulud.

Sekaten pada awalnya merupakan kelanjutan upacara tradisional yang dilaksanakan oleh raja-raja sebelum Islam masuk. Setelah Islam diperkenalkan, tradisi ini dihiasi berbagai unsur-unsur agama untuk menyebarkan agama Islam.

Peringatan Maulid Nabi tertua di Nusantara lainnya berasal dari Sulawesi Selatan, bernama Maudu’ Lompoa. Menurut situs web resmi Kementerian Keuangan, tradisi tersebut sudah berlangsung sejak abad ke-16.

Tradisi Maudu’ Lompoa merupakan tradisi selawatan, festival, dan perjamuan, yang diadakan oleh masyarakat Islam di Cikoang. Kegiatan ini menjadi pertanda puncak peringatan Maulid Nabi di wilayah tersebut.

Maudu’ Lompoa biasanya diselenggarakan secara meriah. Selain melantunkan doa-doa dan selawat Nabi, masyarakat setempat menghias kapal dengan kain dan kertas warna-warni. Ada pula prosesi pemotongan ayam kampung dan menghias telur.

Saat ini, cerita maulid Nabi Muhammad saw. di Indonesia dapat dengan mudah ditemui, terutama yang dikemas dengan tradisi lokal. Maulid Nabi di Indonesia dilaksanakan dengan lebih beragam, baik secara tradisional maupun modern.

Banyaknya masyarakat Muslim di Indonesia yang memperingati Maulid secara besar-besaran membuat Pemerintah RI menetapkannya sebagai libur nasional.

Penetapan Maulid Nabi sebagai tanggal merah dilakukan pada masa Orde Baru. Maulid Nabi resmi ditetapkan menjadi libur nasional pada 1967 melalui Tap MPR No. XXXIII/MPRS/1967.

Kenapa Hari Maulid Nabi Diperingati?

Salah satu alasan utama adanya peringatan maulid Nabi adalah sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan atas kelahiran Nabi Muhammad. Dikutip dari NU Online, berikut lima alasan hari maulid Nabi diperingati di Indonesia:

1. Mengekspresikan rasa syukur

Umat Islam tentu sangat bersyukur atas kelahiran Nabi Muhammad di dunia. Bentuk rasa syukur ini bisa diekspresikan dengan merayakan kelahirannya melalui acara maulid Nabi.

2. Mengamalkan ajaran baik Rasulullah

Ada banyak sunah Rasulullah yang diamalkan setiap perayaan maulid Nabi. Termasuk di antaranya bersedekah, berpuasa sunah, berselawat, berbagi dengan sesama, dan sebagainya.

3. Mengingat kembali sejarah kehidupan Nabi

Kisah kelahiran Nabi Muhammad saw. memiliki banyak hikmah dan inspirasi. Pada peringatan maulid Nabi, sejarah kehidupan Nabi Muhammad akan selalu dibahas sehingga bisa selalu diingat oleh umat muslim.

4. Menjadi momen untuk memantapkan keimanan

Kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan dalam peringatan maulid Nabi diharapkan dapat meningkatkan keimanan. Oleh karena itu, maulid Nabi bisa menjadi momen untuk memperteguh keimanan umat muslim dalam menjalani agama Islam.

5. Melestarikan tradisi yang baik

Maulid Nabi juga menjadi waktu yang tepat untuk melestarikan tradisi-tradisi yang baik. Hal itu akan memberikan nilai-nilai kehidupan dan agama yang berharga dari generasi ke generasi.

Baca juga artikel terkait MAULID NABI 2024 atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Edusains
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Fadli Nasrudin