tirto.id - Kebudayaan Ngandong merupakan sejarah peradaban manusia purba periode praaksara pada zaman Paleolitikum. Ciri-ciri atau contoh hasil Kebudayaan Ngandong berupa alat-alat sederhana dari batu, tulang, duri ikan, flakes (alat serpih), dan tanduk rusa.
Manusia purba pendukung Kebudayaan Ngandong yaitu Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus robustus, Meganthropus palaeojavanicus, Homo soloensis, dan Homo wajakensis.
Hasil kebudayaan yang berasal dari peradaban yang sama dengan kebudayaan Ngandong tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan hingga Kepulauan Maluku.
Ciri-ciri & Contoh Hasil Kebudayaan Ngandong
Dikutip dari buku Sejarah Indonesia Kelas X (2014:50), Kebudayaan Ngandong berkembang pada zaman Paleolitikum (zaman batu tua) yang berlangsung sekitar 600.000 tahun lalu.
Zaman Paleolitikum terletak pada zaman Neozoikum di antara akhir zaman Tersier dan awal zaman Kuarter.
Manusia purba muncul pertama kali pada zaman Paleolitikum. Hasil kebudayaan zaman Paleolitikum adalah alat-alat sederhana yang terbuat dari batu yang kasar.
Peradaban atau hasil budaya zaman Paleolitikum ini dibagi menjadi dua yaitu Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
Ngandong merupakan nama dari salah satu daerah yang terletak di dekat wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, namun tidak jauh pula dari wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Di daerah Ngandong dan sekitarnya, banyak ditemukan alat-alat yang diduga berasal dari peninggalan zaman Paleolitikum, yakni perkakas yang terbuat dari tulang hewan maupun dari batu seperti kapak genggam.
1. Alat-alat
Ciri-ciri peninggalan Kebudayaan Ngandong adalah ditemukannya alat-alat sederhana dari batu, tulang, duri ikan, flakes, dan tanduk rusa. Penemuan perkakas dari tulang lebih banyak ditemukan di Kebudayaan Ngandong daripada Kebudayaan Pacitan.
2. Manusia Purba
Kebudayaan Ngandong didukung manusia purba jenis Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus robustus, Meganthropus palaeojavanicus, Homo soloensis, dan Homo wajakensis.
3. Nomaden dan Berburu
Pada Kebudayaan Ngandong, pola kehidupan manusia purba masih berburu, mengumpulkan makanan, dan berpindah-pindah tempat tinggal (nomaden).
Persebaran Kebudayaan Ngandong
Dikutip dari modul Sejarah Indonesia Kelas X oleh Veni Rosfenti (2014:4), selain di Ngandong, alat-alat yang hampir mirip juga ditemukan di Sidorejo, dekat Ngawi, yakni berupa kapak genggam, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Alat-alat dari tulang biasanya berbentuk belati dan tombak bergerigi pada sisinya. Alat ini berfungsi untuk mengorek ubi, keladi, dan untuk menangkap ikan.
Di daerah Sangiran, Sragen, dekat Surakarta (Solo), juga ditemukan hasil Kebudayaan Ngandong berupa alat-alat serpih disebut dengan flakes. Beberapa flakes dibuat dari batu-batu indah seperti jenis chalcedon.
Tak hanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, persebaran artefak dan peralatan yang mirip dengan Kebudayaan Ngandong juga ditemukan di berbagai pulau di Nusantara.
Di antaranya adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, NTB, hingga Halmahera di Kepulauan Maluku.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya