Menuju konten utama
Kronik Hari Ini

Sejarah 14 Januari: Perdana Menteri RI Djoeanda Kartawidjaja Lahir

Djoeanda Kartawidjaja merupakan perdana menteri terakhir dalam sejarah pemerintahan RI.

Sejarah 14 Januari: Perdana Menteri RI Djoeanda Kartawidjaja Lahir
Ilustrasi Djoeanda Kartawidjaja. tirto.id/Gery

tirto.id - Djoeanda Kartawidjaja adalah Perdana Menteri RI terakhir yang menjabat 9 April 1957 sampai 9 Juli 1959. Tokoh kelahiran 14 Januari 1911 atau 107 tahun silam ini pernah beberapa kali mengemban posisi menteri. Sejarah juga mencatat, ia adalah pencetus Deklarasi Djoeanda pada 1957 sebagai upaya untuk menjaga wilayah maritim RI.

Sukarno menjadi salah satu tokoh yang menginspirasi Djoeanda untuk turut berjuang di era pergerakan nasional. Selain itu, Djoeanda juga pernah menjadi anggota Paguyuban Pasundan dan Muhammadiyah serta turut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga mengabdikan dirinya sebagai bagian dari pemerintahan RI pada masa-masa awal.

Berikut ini sejarah hidup Djoeanda Kartawidjaja:

1911

Dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat, tanggal 14 Januari 1911 dengan nama Raden Djoeanda Kartawidjaja. Ia berasal dari keluarga terpandang di Tasikmalaya. Ayahnya, Raden Kartawidjaja, adalah seorang tokoh masyarakat dan guru yang amat dihormati.

_________________________

1924

Djoeanda lulus Europesche Lagere School (ELS) atau sekolah menengah pertama untuk anak-anak Eropa/Belanda dan anak-anak bangsawan pribumi. Djoeanda kemudian meneruskan studi ke Hoogere Burgerschool (HBS) te Bandoeng dan lulus dengan predikat sangat baik.

_________________________

1933

Dari HBS, Djoeanda kuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS), cikal-bakal Institut Teknologi Bandung (ITB). Tahun 1933, Djuanda lulus dari jurusan teknik sipil THS Bandoeng dan menyandang gelar insinyur. Pada periode ini, ia mulai tertarik dengan kancah pergerakan, terutama setelah membaca tulisan-tulisan Sukarno.

_________________________

1937

Djoeanda bekerja untuk Departemen Pekerjaan Umum pemerintah kolonial di Jawa Barat. Sebelumnya, ia bergabung dengan Muhammadiyah dan sempat mengelola sekolah yang bernaung di bawah perhimpunan bentukan K.H. Ahmad Dahlan ini.

_________________________

1945

Tanggal 28 September 1945, Djuanda menggerakkan para pemuda Indonesia untuk mengambil-alih Jawatan Kereta Api yang saat itu masih dikuasai oleh sisa-sisa pendudukan Jepang sebelum kedatangan pasukan Sekutu dan Belanda. Dari situ, ia diangkat untuk memimpin Jawatan Kereta Api wilayah Jawa dan Madura.

_________________________

1946-1953

Djoeanda turut mengisi kabinet awal RI selama beberapa tahun ke depan. Hingga pengakuan kedaulatan RI menjelang tahun 1950, ia pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan (dua periode) dan Menteri Pekerjaan Umum. Djoeanda juga terlibat dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949.

________________________

1957-1962

Sejak 9 April 1957, Djoeanda kembali masuk kabinet setelah sempat absen dari tahun 1953. Kali ini, ia dipercaya menjadi Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan RI. Dalam periode ini, ia gigih berjuang menjaga kedaulatan negara dengan mencetuskan Deklarasi Djoeanda pada 13 Desember 1957.

_________________________

1963

Djoeanda terkena serangan jantung dan sempat dirawat di rumah sakit. Namun, nyawanya tidak tertolong. Tanggal 7 November 1963, Djoeanda wafat dalam usia 52 tahun dan dikebumikan di TMP Kalibata, Jakarta. Tak lama setelah itu, Pemerintah RI memberikan gelar pahlawan nasional kepada Djuanda Kartawidjaja.

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Humaniora
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya