Menuju konten utama

SBY: Kampanye Akbar di GBK Tidak lazim dan Tak Inklusif

Menurut SBY apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif.

SBY: Kampanye Akbar di GBK Tidak lazim dan Tak Inklusif
Ketua Umum Parta Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. FOTO/demokrat.or.id

tirto.id - Ketua Umum Partai Demokrat (PD)Susilo Bambang Yudhoyono dalam surat yang ditujukan ke Ketua Wanhor PD Amir Syamsuddin, Waketum PD Syarief Hasan dan Sekjen PD Hinca Panjaitan mengatakan bahwa kampanye yang dilakukan Prabowo di GBK tidak lazim dan inklusif.

“Menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif,” kata SBY.

Surat yang tersebat melalui grup Whatapp itu juga menuliskan bahwa SBY meminta kepada Amir Syamsuddin, Syarief Hasan dan Hinca Panjaitan agar dapat memberikan saran kepada Prabowo Subianto, Capres yang diusung Partai Demokrat, untuk memastikan beberapa hal.

Diantaranya adalah memastikan penyelenggaraan kampanye nasional senantiasa mencerminkan "inclusiveness", dengan sasanti "Indonesia Untuk Semua", juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan, mencerminkan persatuan. "Unity in diversity".

Serta mencegah adanya "show of force" identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuasa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim.

SBY juga menyebut bahwa calon pimpinan yang cara berpikir dan tekadnya untuk menjadi pemimpin bagi semua, jika terplih kelak maka akan menjadi pemimpin yang kokoh dan berhasil.

Sebaliknya, jika pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, maka hampir dipastikan akan menjadi pemimpin yang rapuh.

SBY dalam suratnya juga menyinggung soal Pancasila dan khilafah, menurutnya ia tak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai "pro Pancasila" dan "pro Khilafah".

“Saya terus terang tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai ‘pro Pancasila’ dan ‘pro Khilafah’. Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justru khawatir jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan berhadapan dan bermusuhan selamanya,” kata SBY.

SBY juga menyoroti isu yang mengaitkan Prabowo dengan Khalifah, menurutnya hal itu tidak tepat.

“Tidak tepat kalau Pak Prabowo diidentikkan dengan Khilafah. Sama tidak tepatnya jika kalangan Islam tertentu juga dicap sebagai khilafah ataupun radikal. Demikian sebaliknya, mencap Pak Jokowi sebagai komunis juga narasi yang gegabah,” ucap SBY.

Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam kampanye akbar di GBK juga menanggapi sejumlah tudingan bahwa jika dirinya bersama Sandiaga Uno menjabat sebagai presiden dan wakil presiden maka akan mengubah Pancasila menjadi ideologi Khilafah.

Dirinya pun membantah hal tersebut dan menegaskan bahwa itu merupakan fitnah yang kejam.

"Ini [Indonesia ideologi khilafah] saya katakan adalah fitnah, fitnah yang kejam. Tapi, tidak laku. Rakyat Indonesia tidak akan terpengaruh saudara-saudara. betul?," tegas Prabowo saat menyampaikan orasi politiknya di atas panggung.

"Betul," jawab ratusan ribu massa sambil berteriak.

Ketua Umun Partai Gerindra ini menjelaskan, para alim ulama selalu mengajarkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin (membawa kasih sayang untuk semesta).

Prabowo menambahkan, Islam menurutnya merupakan agama yang damai, yang menghormati semua agama, suku dan seluruh kelompok etnis lainnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Politik
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH