tirto.id - Kordinator Nasional Sahabat Anas Urbaningrum, Muhammad Rahmad menanggapi pernyataan Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief yang menyarankan Anas Urbaningrum minta maaf secara terbuka kepada Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY, usai bebas dari penjara.
Anas sendiri keluar dari Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat pada Selasa (11/4/2023) ini.
Rahmad mengklaim saat Anas memimpin Demokrat, elektabilitas partai berada di posisi 32 persen. Ia kembali mengklaim elektabilitas 32 persen itu dinilai tertinggi saat itu.
"Saat itu, Demokrat juga dinilai publik sebagai partai yang sangat demokratis," kata Rahmad dalam keterangannya, Selasa (11/4/2023).
Ia menuding kala itu SBY menggusur kepemimpinan Anas dengan berbagai cara dan upaya. Rahmad lantas menyinggung pidato SBY yang ditujukan khusus ke KPK dari Jeddah, yaitu agar KPK segera menetapkan status Anas sebagai tersangka.
"Jika salah katakan salah. Jika tidak salah, tolong dijelaskan kenapa tidak salah," kata dia.
Ia juga menuding SBY yang membuat hancur Partai Demokrat. Awalnya, kata dia, hanya dibocorkan. Namun, berharap setelah Anas berhasil digusur, SBY bisa tampil sebagai pahlawan yang menyelamatkan kapal Partai Demokrat.
"Perkiraan SBY meleset. Ternyata Demokrat betul-betul karam akibat ulah Pak SBY. Bahkan perolehan suara Demokrat terendah sepanjang sejarah di era SBY jadi ketua umum [pada] 2014 dan 2019," ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, sudah seharusnya SBY meminta maaf, tak hanya kepada Anas tetapi juga kepada para pendiri Partai Demokrat.
"Minta maaf pula kepada pendiri dan kader-kader Partai Demokrat," kata Rahmad.
Rahmad menyakini SBY sebetulnya orang baik yang bersedia minta maaf kepada Anas. Selain itu, ia menyakini Anas akan membuka pintu maaf untuk SBY.
"Saya bersedia menjadi penghubung dan menyampaikan pesan khusus itu kepada Mas Anas, jika Pak SBY berniat minta maaf," pungkas Rahmad.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Bayu Septianto