Menuju konten utama

Saham Batu Bara Tumbang saat Harga Acuan Naik, Apa Penyebabnya?

Saham emiten batu bara tumbang dinilai lebih karena aksi ambil untung investor dengan menjual saham.

Saham Batu Bara Tumbang saat Harga Acuan Naik, Apa Penyebabnya?
Foto udara aktivitas bongkar muat batu bara di kawasan pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Kamis (9/12/2021). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.

tirto.id - Sejumlah saham emiten di sektor batu bara mengalami koreksi di zona merah pada penutupan perdagangan Rabu (9/3/2022) sore ini. Kondisi ini justru terjadi di tengah melambungnya harga batu bara acuan dalam negeri sebesar 203,69 dolar AS per ton.

Mengutip Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Adaro Energy Indonesia tbk atau ADRO sore ini, melemah berada di level 3.080, atau turun 1,28 persen. Pada pembukaan ADRO berada di level 3.120 dan sempat berada tertinggi di posisi 3.150.

Selanjutnya, saham PT Harum Energy Tbk dengan kode emiten HRUM juga menunjukan pelemahan berada di level 11.925 atau terkoreksi 6,84 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya berada di 12.800. HRUM dibuka di 11.925 dan sempat berada di level tertinggi 12.000.

Kemudian, saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk dengan kode saham MBAP mengalami nasib yang sama. MBAP ditutup melemah di level 3.830 atau turun 2,05 persen. Posisi ini merosot jika dibandingkan pembukaan tadi pagi yang berada di 3.920.

Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan, melihat penurunan serempak terjadi pada saham-saham emiten batu bara ini bukan karena faktor fundamental. Ini terjadi lebih ke arah profit taking atau aksi ambil untung investor dengan menjual saham.

"Para investor sudah mulai ambil keuntungan. Jadi mereka lebih banyak menjual sehingga menyebabkan harga saham mengalami penurunan, meskipun harga batu bara sedang mengalami kenaikan," kata Mamit saat dihubungi Tirto, Rabu (9/3/2022).

Di sisi lain, Mamit juga melihat semakin ketatnya pemerintah terhadap kebijakan domestic market obligation (DMO) atau pemenuhan kebutuhan batu bara dan gas alam cair (LNG) dalam negeri menjadi penyebab. Para investor pada akhirnya berbondong-bondong menarik sahamnya.

“Karena kenaikan sudah cukup tinggi dalam beberapa lama, mungkin saya melihatnya lebih banyak ke situ karena secara faktor fundamental lain tidak ada penyebabnya. Secara internasional juga tidak ada, tidak signifikan," jelas dia.

Dia memperkirakan, pelemahan saham-saham batu bara juga masih akan berlanjut sampai dengan minggu ini. "Sambil kita lihat pasokan harga batu bara apakah naik atau koreksi turun kembali ini jadi perhatian pasar," kata dia.

Baca juga artikel terkait BATU BARA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz