tirto.id - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (11/12/2018) pagi ini melemah sebesar 67 poin menjadi Rp14.616 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.549 per dolar AS.
Sementara itu pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (10/11/2018) sore juga terdepresiasi sebesar 67 poin ke posisi Rp14.549 dibandingkan sebelumnya Rp14.482 per dolar AS, karena faktor eksternal.
"Rupiah mengalami depresiasi, faktor ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan Cina masih membayangi pelaku pasar uang di dalam negeri," kata Kepala Riset Monex Investindo futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Ia mengatakan pasar kembali khawatir menyusul penahanan Kepala Keuangan Huawei Technology Meng Wanzhou oleh AS, karena dapat menambah tensi hubungan dagang kedua negara.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas mengingat "outlook" kenaikan suku bunga The Fed yang cenderung tidak agresif pada 2019 mendatang, setelah data upah non-pertanian (non-farm payroll/NFP) AS di bawah perkiraan.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan fluktuasi rupiah relatif masih stabil, apalagi pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas mata uang domestik melalui berbagai kebijakannya.
"Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan agar stabilitas rupiah tetap terjaga," katanya.
Stabilitas rupiah yang terjaga, lanjut dia, akan memberikan kepercayaan bagi investor untuk kembali menanamkan investasinya di Indonesia.
Sementara itu Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini, Selasa, dibuka turun 16,01 poin atau 0,26 persen menjadi 6.095,34.
Sementara Kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 3,99 poin atau 0,41 persen menjadi 970,99.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora