tirto.id - Situs suarasosmed.id pada 20 April 2018 menayangkan artikel berjudul "UI: Rocky Gerung Bukan Dosen UI, Rocky: Dungu Juga UI". Artikel memuat informasi bahwa Rocky tidak pernah melamar jadi dosen di Universitas Indonesia (UI). Tapi, kampuslah yang meminta. Artikel juga menyertakan informasi dari humas UI perihal status Rocky terkait urusan ngajar-mengajar.
Jika dibaca dengan seksama, plus penelusuran di mesin pencari, artikel suarasosmed.id berasal dari artikel kumparan.com yang sudah terbit tujuh hari sebelumnya. Bedanya, suarasosmed.id menambahkan anak kalimat di judul berita: “Rocky: Dungu Juga UI”.
Fanpage Facebook Suara Sosmed turut meramaikan artikel tersebut. Fanpage memuatnya sekaligus menyebarkannya. Daya sebar postingan artikel itu, berdasarkan aplikasi Crowdtangle, sebesar 1.7 kali lebih kuat daripada artikel post lain di fanpage yang sama. Juga, lebih banyak 100 respon dari postingan lain pada fanpage Suara Sosmed. Pengamatan dilakukan hingga pukul 23.00 WIB, 20 April 2018. Artinya, artikel ini bukan artikel biasa. Bahkan, potensi dapat menjadi viral masih terbuka.
Rocky sudah memberi sanggahan. Melalui akun Twitter pribadinya, Rocky tidak sependapat dengan berita yang muncul. Cuitannya menampilkan tiga pokok hal: "1. Saya tak melamar. Justru UI yg minta saya ngajar; 2. Tak pernah UI beri surat berhenti. Saya yg nolak ngajar. Mengapa? ; 3. Karena Filsafat UI dipimpin prof yg tak paham secuil pun filsafat. Ajaib? Silakan cek. Dungu juga UI."
Saat dihubungi Tirto, Rocky menjelaskan cuitannya memang merupakan respons atas berita yang ia bagikan. Ia bahkan balik berkata jika ucapannya bisa dipertanggungjawabkan.
“Karena itu saya katakan, bila tak percaya jawaban saya, silakan cek ke Filsafat UI,” ucap Rocky
Kepala Kantor Humas Universitas Indonesia dan KIP Rifelly Dewi Astuti sendiri menyatakan kepada Tirto bahwa pernyataan Rocky soal "tidak pernah melamar pekerjaan ke UI" sebagai benar. Sebaliknya, kata Rifelly, UI yang meminta dia untuk mengajar.
“Pak Rocky benar karena memang kalau melalui cara melamar itu berlaku buat dosen tetap [kalau tidak tetap berarti tidak melamar]. Saat ini, [Rocky] sudah lama tidak ditugaskan kembali sehingga sudah tidak mengajar,” kata Rifelly.
Saat ditanyakan kenapa UI tak memperpanjang penugasan untuk Rocky, Riffely mengaku tidak tahu. Dia menyebut, perpanjangan tugas untuk seorang dosen tidak tetap merupakan hak prerogatif dekan, dalam hal ini Dekan FIB UI. Lagi pula Rocky memang sudah tidak lagi mengajar, sudah dari beberapa tahun lalu. Bukan sebatas baru-baru ini, atau sekedar nok-aktif karena kasus dan kontroversi setelah debat di ILC.
“Sudah beberapa tahun yang lalu,” kata Rifelly kepada Tirto.
Sebelumnya bahkan bersebaran informasi bahwa Rocky nok-aktif mengajar karena kasus pernyataanannya "kitab suci adalah fiksi" di ILC. Beberapa situs bahkan menyebarkan informasi Rocky dinonaktifkan dari UI karena omongannya soal "kitab suci itu fiksi". Misalnya: situs kabarpolisi.com yang berjudul "Sebut Kitab Suci Fiksi, Profesor 'Abal-Abal' Rocky Gerung Dinon-aktifkan dari UI" atau baranewsindonesia.com yang menayangkan artikel berjudul "Sebut Kitab Suci Fiksi, Rocky Gerung Dinonaktifkan Sebagai Dosen UI, Terungkap Profesor Abal-Abal". Tentu saja naskah-naskah itu diunggah tanpa konfirmasi dan klarifikasi.
Ketua Program Studi S1 Filsafat Fristian Hadinata sendiri membenarkan bahwa Rocky memang pernah mengajar di prodi Filsafat UI. Statusnya kala itu "status dosen tidak tetap".
“Pak Rocky sudah tidak aktif sebagai dosen di prodi Ilmu Filsafat UI. Dulu memang pernah tetapi bukan sebagai dosen tetap, hanya sebagai dosen tidak tetap,” ucap Fristian kepada Tirto.
Rocky tidak dapat mengajar semenjak 2015 karena terganjal Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. UU tersebut mewajibkan dosen harus bergelar minimal S2, sedangkan Rocky hanya bergelar Sarjana Sastra. Dia juga menambahkan, aturan tersebut tidak hanya berlaku untuk Rocky semata. Dosen lainnya, dengan jenjang pendidikan sama dengan Rocky, pasti mengalami hal sama.
Karenanya, tanpa informasi yang lengkap, berita mengenai Rocky rentan memicu kesalahan, apalagi isunya masih ramai, dan terus bergulir. Artikel seperti yang ditayangkan suarasosmed.id, kabarpolisi.com dan baranews.com, selain hanya mendaur ulang informasi, juga tidak membantu memberikan kejelasan duduk perkara, dan memperbesar potensi misinformasi terus bergulir.
=========
Tirto mendapatkan akses pada aplikasi CrowdTangle yang memungkinkan mengetahui sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukan Tirto sebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta.
News Partnership Lead Facebook Indonesia, Alice Budisatrijo, mengatakan, alasan pihaknya menggandeng Tirto dalam program third party fact checking karena Tirto merupakan satu-satunya media di Indonesia yang telah terakreditasi oleh International Fact Cheking Network sebagai pemeriksa fakta.
Penulis: Mufti Sholih
Editor: Zen RS