Menuju konten utama

Di Balik Pernyataan "UI Dungu" oleh Rocky Gerung

Kaprodi Filsafat UI menyerahkan kontroversi ucapan Rocky ke universitas.

Di Balik Pernyataan
Profil Rocky Gerung. Foto/Istimiwa

tirto.id - Rocky Gerung menjelaskan kepada Tirto isi kicauannya di akun Twitter @rockygerung pada Kamis (19/4) lalu.

Kicauan Rocky berisi lima poin: “1. Saya tak melamar. Justru UI yg minta saya ngajar. 2. Tak pernah UI beri surat berhenti. Saya yang nolak ngajar Mengapa? 3. Karena filsafat UI dipimpin oleh prof yg tak paham secuil apapun filsafat. Ajaib? Silahkan cek. Dungu juga UI.”

Sampai Sabtu (21/4) pukul 21:30, kicauan itu telah mendapat 756 komentar, 2.133 retweet, dan disukai 4.404 kali.

Rocky menjelaskan ihwal pernyataannya menyebut UI dungu. Menurut pendiri Setara Institute ini UI pantas dibilang dungu karena membuat pernyataan bahwa dirinya dikeluarkan sebagai dosen. Padahal, kata Rocky, dirinya tidak pernah dikeluarkan UI. Sebaliknya, justru UI yang memintanya mengajar.

“Kalau saya melamar, dia keluarin saya. Itu, kan, ada kontrak. Saya enggak ada kontrak apa-apa dengan UI. UI minta tolong saya,” kata Rocky.

Menurut Rocky ucapan UI dungu tak semestinya membuat civitas akademika UI muntab. Sebab, menurutnya, UI adalah kata benda. Bahwa kemudian UI dipersonifikasi hal itu karena di dalamnya terjadi kegiatan perkuliahan.

“Itu inti dari UI. Kalau ada yang bilang UI dungu terus semua orang UI merasa tersinggung, ya makin dungu aja dia,” ujar Rocky.

Rocky mengatakan ia terbiasa menggunakan kosa kata "dungu" untuk menggambarkan seseorang yang menjawab pertanyaan tanpa berpikir sistematis. Arti lain "dungu", menurut Rocky: “Koherensi antara dua premis yang tidak memiliki kesimpulan. Bayangin kalimat panjang gitu di Twitter coba? Gak muat, kan? Mending gue bilang dungu aja."

Kritik Rocky juga dilatarbelakangi kondisi jurusan filsafat UI yang, menurutnya, sekarang dipimpin oleh yang tidak memiliki latarbelakang ilmu filsafat. “Gimana orang enggak ngerti filsafat bikin kurikulum filsafat? Ya, gitu. Itu kritik saya," kata Rocky.

Rocky tidak khawatir apabila ucapannya dilaporkan ke polisi. Ia yakin apa yang diucapkan memiliki dasar logika yang bisa dipertanggungjawabkan. “Jadi dia mau adili logika itu? Yang terdakwa siapa? Saya? Saya enggak terdakwa, logika yang didakwa. Hukumnya apa? Mana pula polisi mau BAP? Hakim mau mutusin apa?" tanya Rocky.

Musfi, mahasiswa S1 Filsafat UI asal Lombok, NTB, menganggap wajar kritik Rocky atas jurusan filsafat UI. Sebab Ketua Program Departemen Filsafat UI saat ini Riris K. Toha Sarumpaet, memang tidak berlatar belakang filsafat. Ia merupakan salah satu guru besar dalam kesusastraan, bukan filsafat.

Saat masih menjadi mahasiswa Rocky, Musfi mengaku pernah kena kritik. Saat itu Rocky menyebutnya bodoh karena gagal membangun argumentasi yang baik.

“Saya pernah dikatakan bodoh oleh dia, memang terdengar tidak menyenangkan, tapi saya sadar bahwa argumentasi saya memang tidak baik, sehingga wajar saja Rocky berkata demikian," ujar Musfi seraya menambahkan Rocky layak menjadi dosen filsafat.

Mahasiswa Filsafat UI lainnya Yustinus Bona menilai ujaran "dungu" dari Rocky tidak perlu dibawa ke ranah hukum. Menurut Bona, filsafat tidak mempermasalahkan pandangan seseorang selama mempunyai data yang kuat.

"Dalam pengajaran filsafat, di UI maupun di kampus manapun, mahasiswa filsafat diajarkan untuk menghormati pendapat orang lain,” katanya.

Meski begitu ia kurang sepaham dengan kritik Rocky terhadap Departemen Filsafat UI hanya karena dipimpin orang berlatarbelakang nonfilsafat. Sebab, menurutnya, Ketua Departemen hanyalah seorang wali.

“Sedangkan untuk urusan internal departemen, seperti kurikulum yang dipakai, praktik perkuliahan, dll., itu adalah tugas dari Ketua Program Studi (Kaprodi),” ujarnya.

Infografik Current Issue Rocky gerung

Tirto berusaha menghubungi Ketua Departemen Filsafat UI Riris K. Toha Sarumpaet untuk meminta konfirmasi. Namun hingga tulisan ini tayang, Riris belum merespons.

Namun Ketua Program Studi S1 Filsafat Fristian Hadinata menyayangkan ujaran yang dilontarkan Rocky. Sebab, menurutnya, Rocky pernah menjadi bagian dari civitas academica UI.

“Saya enggak tahu kalau dari konteks Rocky itu seperti apa? Tapi yang pasti kami merasa kalimat seperti itu kayaknya, ya, enggak pas gitu untuk diungkapkan oleh Pak Rocky. Dia sendiri, kan, pernah terlibat di dalam kami," kata Fristian saat dihubungi Tirto, Sabtu (21/4).

Fristian menjelaskan pemilihan Riris sebagai Ketua Departemen Filsafat bukan tanpa alasan. Pria yang juga alumni Filsafat UI ini mengaku, Filsafat UI tengah krisis profesor di bidang Filsafat. Pihak dekanat menunjuk Riris, yang merupakan sekretaris Dewan Guru Besar sekaligus guru besar kesusateraan, untuk menyelesaikan masalah internal seperti sumber daya manusia dan lain-lain. Hal itu tidak diketahui Rocky yang bukan pengajar tetap di UI.

"Alasannya adalah alasan internal. Pak Rocky, kan, enggak tahu. Bukan dosen tetap dia. Jadi tentang pemilihan ketua departemen itu, kan, hak prerogatif dari dekan," kata Fristian.

Fristian belum memastikan apakah akan memperkarakan kicauan Rocky bahwa UI Dungu. Mereka menyerahkan semua kepada UI.

“Saya tidak tahu kalau di tingkat universitas. Karena nama UI yang dibawa. Mungkin nanti kami akan ada rapat di hari Senin, mungkin," kata Fristian.

Kepala Kantor Humas Universitas Indonesia dan KIP Rifelly Dewi Astuti menegaskan UI tidak akan menanggapi komentar Rocky.

"UI sebagai lembaga tidak dalam kapasitas merespons satu per satu komentar individu mengenai UI, namun kami terbuka jika ada masukan yang membangun UI melalui jalur telepon, email ataupun surat resmi," kata Rifelly saat dihubungi Tirto.

Himpunan mahasiswa Filsafat UI atau Komunitas Mahasiswa Filsafat UI (Komafil UI) pun tidak mempermasalahkan ujaran Rocky. Ketua Komafil UI 2018 Gavin Hans Pohan berpandangan tidak ada yang salah dengan pernyataan Rocky. Menurut Gavin, kata "dungu" menegaskan bahwa filsafat memang harus disertai argumen.

"Jadi kalau kita berargumen, lalu dijawab 'dungu' dan kita merasa [demikian], maka kita telah memastikan bahwa dia menang dalam argumennya," kata Gavin saat dihubungi Tirto, Sabtu.

Hal yang sama diungkapkan Ikatan Alumni UI (Iluni UI). Sekretaris Jenderal Iluni UI Andre Rahadian mengimbau seluruh alumni UI tidak menanggapi kicauan Rocky secara berlebihan. Ia berharap, para alumni tetap menjaga kebersamaan, apalagi Rocky cukup berkontribusi bagi perkembangan kampus yang berdiri sebelum Indonesia merdeka itu.

"Kami dari Iluni UI mengimbau untuk tidak menanggapi semua hal secara berlebihan dan menjaga kebersamaan. Bang Rocky adalah teman yang banyak memberi masukan kepada teman-teman di UI mudah-mudahan bisa kembali membagi ilmu yang bermanfaat," kata Andre.

Ahli pidana Universitas Islam Indonesia (UII) Muzakkir berpendapat, pernyataan Rocky tidak bisa dikategorikan melanggar pidana. Ia melihat, pernyataan Rocky justru adalah kritik di dunia akademik.

"Itu kalau dalam dunia akademik satu bagian dari proses kritik-mengkritik. Kalau sampai dia menggunakan kata-kata itu, ya, sebenarnya karena gaya bahasa orang saja," kata Muzakir saat dihubungi Tirto.

Muzakir mengatakan tidak mungkin ucapan Rocky dipaksakan dibawa ke ranah pidana. Ia justru menilai sebaiknya ada pengujian argumen karena masuk ranah akademik. Rocky dan pimpinan filsafat sebaiknya beradu argumen, bukan dibawa ke proses hukum.

"Kalau di akademik, tidak bisa terus kemudian hal seperti itu menjadi pidana. Itu nggak bisa. Kalau baca teks yang disampaikan itu menurut saya lebih merupakan kritik, mungkin bahasanya saja kurang etis," kata Muzakir.

Baca juga artikel terkait PENCEMARAN NAMA BAIK atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Muhammad Akbar Wijaya