Menuju konten utama

Residensi Pemajuan Kebudayaan Targetkan Kolaborasi Budaya

Residensi Pemajuan Kebudayaan, pengembangan dari program Belajar Bersama Maestro, kini mencakup 10 Objek Pemajuan Kebudayaan.

Residensi Pemajuan Kebudayaan Targetkan Kolaborasi Budaya
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dan Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Restu Gunawan, bersama para pelaku budaya. tirto.id/ Shofiatunnisa Azizah

tirto.id - Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar "Welcome Dinner Residensi Pemajuan Kebudayaan" di The Tribrata, Hotel & Convention Center Darmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa malam (30/7). Kegiatan yang menandai awal kegiatan Residensi Pemajuan Kebudayaan 2024 ini dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, serta Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Restu Gunawan.

Residensi Pemajuan Kebudayaan merupakan pengembangan dari program Belajar Bersama Maestro, yang sebelumnya hanya melibatkan pelaku budaya di bidang kesenian. Kini, Residensi Pemajuan Kebudayaan meluaskan cakupannya menjangkau 10 Objek Pemajuan Kebudayaan, dan digadang-gadang sebagai diplomasi budaya Indonesia di dunia internasional.

“Kami berharap para peserta dapat berkolaborasi menghasilkan karya baru yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kapasitasnya dalam pemajuan kebudayaan Indonesia, dan bermanfaat dalam memperluas jejaring para pelaku budaya kita di dunia internasional. Oleh karena itu, keberlangsungan program ini tentunya perlu didukung, mengingat manfaat jangka panjangnya bagi Indonesia," kata Hilmar Farid.

Selaras dengan tujuan kegiatan, Residensi Pemajuan Kebudayaan menyasar pelaku budaya dan komunitas budaya yang berasal dari dalam dan luar negeri untuk berkolaborasi. Mereka akan berproses bersama para ahli dalam bidangnya di 3 lokasi Objek Pemajuan Kebudayaan, yaitu Tari Topeng Losari, Cirebon, Jawa Barat; Musikalisasi Pantun dan Tradisi Lisan, Pekanbaru, Riau; dan Olahraga Tradisional, Jemparingan, D.I. Yogyakarta.

Pelaku budaya internasional yang berpartisipasi pada program ini berasal dari Australia, Meksiko, Italia, India, Kanada, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Belanda, Malaysia, Kolombia, India, Ekuador, Thailand, Yunani, Mesir, Filipina, Yordania, dan Polandia. Mereka berkolaborasi dengan 30 pelaku budaya nasional yang juga turut residensi di ketiga tempat di atas bersama para ahli di masing-masing bidang.

“Kita ingin program residensi ini memperkenalkan strategi kebudayaan. Bagaimana besarnya kombinasi seni tradisi dengan ekspresi kontemporer, bagaimana pelaksanaan pemajuan kebudayaan di daerah, karena kita tahu kondisinya bervariasi,” terang Hilmar Farid mengenai kolaborasi pelaku budaya dalam program ini.

Hilmar menambahkan, Residensi Pemajuan Kebudayaan merupakan program saling belajar. Selain memperkenalkan Objek Pemajuan Kebudayaan kepada pelaku budaya internasional, pelaku budaya lokal dan nasional juga diharapkan dapat belajar mengembangkan Objek Pemajuan Kebudayaan yang ada.

Salah satu peserta Residensi Pemajuan Kebudayaan asal Australia, Haryo Hall, menyampaikan harapan yang sama. Haryo berharap dapat belajar lebih banyak mengenai musik di Indonesia, khususnya Riau, tempat ia residensi. Haryo mengikuti perkembangan musik Indonesia sejak pertama kali mempelajarinya lewat kunjungan ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2015. Pengalaman itu, selanjutnya, memantik keinginan Haryo berkolaborasi.

“Saya bekerja sama dengan beberapa artis di Australia. Saya mau membuat proyek campuran dari kolaborasi dengan musik Indonesia di masa depan,” jelas Haryo.

Residensi Pemajuan Kebudayaan akan dilangsungkan sepanjang bulan Agustus 2024. Peserta nasional langsung menuju ke lokasi, sedangkan peserta internasional lebih dulu menuju Jatiwangi Art Factory (JAF), Majalengka, untuk dikenalkan kepada khazanah budaya Indonesia sekaligus pengenalan diri.

Setelahnya, barulah mereka berkumpul bersama peserta Residensi Pemajuan Kebudayaan nasional untuk belajar bersama para pelaku budaya di lokasi tujuannya masing-masing. Restu Gunawan berharap, program ini dapat menciptakan berbagai karya kolaborasi, baik berupa karya kreasi baru atau bentuk lain dari hasil residensi bersama pelaku budaya.

“Hasil dari kolaborasi tersebut nantinya akan ditampilkan di Halaman Museum Fatahillah, Kota Tua Jakarta, pada September 2024 mendatang,” tutup Restu Gunawan.

Baca juga artikel terkait SENI BUDAYA atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Shofiatunnisa Azizah
Editor: Zulkifli Songyanan